Bab XI - Terjebak

172 30 5
                                    

"Bentar deh. Ini perasaan gua aja atau emang ini tempat jadi lebih sepi?" pertanyaan itu membuat mereka terdiam.

Sepuluh menit yang lalu, keadaan museum masih riuh. Tidak ada tanda-tanda kalau museum akan ditutup ataupun hal lainnya terjadi. Bahkan, ketika kejadian Wooyoung dan San berkejaran saja masih sangat ramai pengunjung. Namun, sekarang sudah tidak ada orang selain mereka di sana.

Yeosang melihat jam tangannya. Jamnya masih menunjukkan pukul 13.00 WIB. Sedangkan jam tutup museum adalah pukul 17.30 WIB.

"Waktu tutupnya masih ada 4 jam lagi. Gak mungkin tutup tiba-tiba", kata Yeosang.

"Apa ada yang iseng ya?" Mingi bertanya dengan wajah bingung.

"Atau apa ini jebakan?" semua pandangan mata tertuju pada Yunho. Mereka tambah kebingungan dengan ungkapan Yunho.

"Ya, maksud gue tuh jebakan buat pengunjung. Mungkin mereka mau jadiin kita manekin", ucapnya lagi.

Hongjoong termenung. Dia mencoba mencerna ucapan Yunho yang tidak masuk di logikanya.

"Jadiin kita manekin? MAKSUDNYA ADA YANG MAU JADIIN KITA KOLEKSI?!"

"LAH?! KITA BAKAL MATI GITU?!" Seonghwa dan Wooyoung mulai panik. Bahkan badan Wooyoung sedikit bergetar. Ada gelenyar aneh yang dirasakan hatinya. Tidak nyaman dan ingin segera keluar.

"Tenang dulu. Jangan gegabah dan jangan panik. Mungkin aja ada perbaikan atau apa. Mending kita coba cari penjaga museum sekarang", San mencoba menenangkan.

"Setuju. Sekarang kita ke lantai bawah. Dan kalo bisa kita langsung pulang aja. Gak usah keliling lagi", Jongho ikut menimpali.

Keduanya mengajak yang lain untuk mulai melangkah. Meninggalkan lantai dua museum dengan segala koleksinya. Dan tanpa disadari sepasang mata di sana berkedip pelan sambil menatap sendu kepergian delapan pemuda itu.

Ketika menuruni tangga, Hongjoong merasakan ada tiupan kecil di leher belakangnya. Ia juga merasakan hawa museum lebih mencekam dari sebelumnya. Perasaan gelisah menyerangnya.

Dalam situasi ini, yang masih bisa terlihat tenang adalah San dan Jongho. Keduanya tidak terlalu memperdulikan stigma aneh yang mulai memenuhi isi kepala mereka.

"Sepi. Bahkan langkah kita bisa kedengeran", Yeosang memecah keheningan. Sejauh ini, suara langkah mereka terdengar menggema. Dan tidak ada suara lain yang terdengar.

"Gua takut anjir. Pengen pulang", adu Mingi. Walaupun badannya besar, Mingi ini terbilang penakut. Hampir sama seperti Wooyoung dan Seonghwa.

"Tenang. Jangan panik. Pokonya sebisa mungkin jangan pisah", entah kenapa perkataan itu meluncur mulus dari mulut Hongjoong. Rasanya seperti sesuatu yang buruk akan terjadi saja.

BRAKK!!!

Suara seperti barang jatuh dari ketinggian mengagetkan mereka semua. Karena penasaran, mereka mempercepat langkah.

"ANJIR!!!"

"GILA!!"

Mereka langsung merapatkan diri satu sama lain. Dengan jantung yang berdebar cepat, kaki lemas, dan napas yang mulai tidak beraturan. Mereka kaget dengan barang yang jatuh itu. Karena barang yang jatuh itu adalah salah satu koleksi museum dan parahnya lagi, darah berceceran di sekitar tubuhnya.

"LARI!!!"

Yunho langsung lari begitu melihat sekelebat bayangan hitam dengan sabit di tangannya. Diikuti oleh teman-temannya. Mereka langsung menuju ke arah pintu keluar.

"BANGSAT!!! KENAPA ADA TULISAN 'CLOSED'?! MUSEUMNYA TUTUP?!"

"DOBRAK AJA DOBRAK!!!"

BRAK!!!

ATEEZ | The Museum [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang