Bab 33 ~ Pindah Rumah

848 22 2
                                    

Selamat Membaca




Paginya

Pagi ini usai sarapan, aku dan Fira duduk di teras depan, mengobrol sambil bercanda.

"Mas gak siap-siap ke kantor?" Tanya nya.

"Nanti berangkat agak siangan, kebetulan gak ada meeting pagi." Jawab ku lembut, sambil menyalakan ponsel yang sengaja kumatikan semalam.

Tring

Tring

Tring

Banyak chat masuk ke aplikasi hijau ku.

Dan yang paling banyak dari Salma, ku Hela nafas ku dalam. Isteri ku yang satu ini pasti murka.

Apalagi, acara 4 bulanan nya tak ku hadiri.

"Mas lebih baik kamu telpon Salma." Katanya dengan tersenyum, aku tau dia senyum terpaksa.

"Kamu yakin?" tanya ku.

Dia mengangguk.

Beberapa saat kemudian, Mia dan Rizki anak bi Ijah dan pak Parman datang.

"Selamat pagi tuan dan nyonya." Ucap mereka sopan.

"Selamat pagi juga, kalian pasti Mia dan Rizki anaknya bi Ijah ya?" Tanya Fira dengan senyuman khas nya.

"Iya." Jawab mereka serempak.

Entah mengapa, keramahan isteri ku pada mereka membuatku tidak nyaman. Terutama pada Rizki.

Rizki terlihat menatap isteriku penuh minat.

"Hem, sebaiknya kalian kerjakan tugas kalian dengan baik ya." Tegas ku.

"Iya pak " Mereka pun pamit, lalu segera ke belakang. Mengitari samping rumah. Untuk masuk lewat pintu belakang rumah.

"Sayang jangan terlalu dekat dengan Rizki ya." Ucap ku, sambil menggenggam tangan nya.

"Emang nya kenapa?" Tanya nya heran.

"Dia sepertinya suka padamu." Langsung saja aku kata kan biar dia paham, aku cemburu.

"Mas, mas." Dia geleng-geleng kepala heran sepertinya.

Entah kenapa, aku jadi cemburuan begini. Padahal dulunya tidak terlalu.

Jadi ingat kejadian semalam saat pesta, aku jadi kesal kalau ingat Yudha. Ternyata, dia kuasa hukum utama di perusahaan tempat ku bekerja.

Ko, bisa kebetulan begitu.

"Sayang, kamu jangan suka telponan sama Yudha ya. Mas gak suka!" Tegas ku, sambil menatap nya tajam.

Sebagai tanda bahwa aku memang tak menyukai orang itu.

"Tenang aja, aku adalah tipe wanita setia. Kecuali..." Dia menatap ku dalam.

"Kecuali apa sayang?" Aku deg-degan.

"Kecuali, kamu sakiti hatiku lagi. Mungkin, aku akan mencari seseorang yang bisa memberiku ketenangan dan kebahagiaan." Ucap nya serius.

Mendengar perkataan nya hatiku mencelos.

Tak ingin aku kehilangan dia, tapi aku juga takut rencana ku tak sesuai harapan.

Aku berencana membahagiakan Fira dan anak-anak kami. Juga berencana membahagiakan Salma dan anak kami nantinya.

Aku ingin punya 2 isteri yang akur dan mereka bahagia.

Semoga semua sesuai rencana ku.

"Kenapa diam mas?" Tanya nya.

"Mas gak pernah ingin menyakitimu, maaf." Ku cium keningnya sekilas.

Akulah Istri SahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang