Chapter 5

1.6K 135 0
                                    

PAUL Bakery & Patisserie, Plaza Senayan

Aleta memutar garpu, melilit spaghetti aglio' olio yang ada dipiringnya tanpa berniat menyuapkan makanan tersebut ke mulutnya. Pikirannya entah kemana.

"Ta!" Sentakan Lula membuyarkan lamunan Aleta. "Mikirin apa sih?" Tanya Lula yang duduk diseberangnya, namun di sisi berlawanan dengan Aleta karena harus menerapkan social distancing. Fanny dan Syanaz yang berada di meja sebelahnya juga ikut memperhatikannya.

"Nggak, lagi nggak enak aja. Dapet hari pertama gue."

"Bohong." Celetukan Fanny membuat Aleta cemberut. "Serius kenapaa sih, Ta?" Fanny rasanya gemas. Kalau saja tidak ada teguran jika Fanny pindah duduk disebelah Aleta, perempuan itu pasti sudah berpindah duduk disebelah Aleta.

"Nanti aja deh ceritanya.."

"Sekarang. Lo mah nanti-nanti nggak cerita, ujung-ujungnya kejadian duluan." Syanaz menimpali, mengingat kejadian pasca putus Aleta dulu.

Dimana beberapa hari setelah putus, ketiga temannya ini baru tau kalau sebenarnya bukan Aleta yang mengakhiri hubungan dengan mantannya tetapi laki-laki brengsek itu yang memutuskan Aleta karena Aleta mengetahui kalau mantannya memiliki selingkuhan. Cerita yang cukup dramatis sehingga membuat Aleta belum berani memulai hubungan lagi sejak dua tahun lalu.

"Jadi gue ada ketemu sama satu orang ini, tiga kali ketemu nggak sengaja terus. Sebelumnya nggak pernah ketemu sama sekali." Sejujurnya Aleta bingung harus menceritakannya bagaimana.

"Ihhh cowok ya!!" Lula langsung heboh.

"Siapa? Siapa? Bumble ya?" Lula mencondongkan tubuhnya kearah Aleta.

Fanny memukul kepala Lula pelan, "Dibilang ketemu nggak sengaja."

"Orang sini?" Aleta mengangguk, menjawab satu persatu pertanyaan Lula.

"OH Gue tau! Jeffrey ya?" Tebak Syanaz tepat sasaran. Sebenarnya beberapa kali Syanaz juga sudah mau menanyakan hal ini, tapi ia selalu lupa.

"Hah Jeffrey siapa?" Lula terlihat bingung.

"Iya Jeffrey, lo kenal Naz?"

"Itu mah anak kantor gue, tim sebelah. Lo nggak pernah liat soalnya dia baru pindah kesini, pas awal WFH lagi kemaren."

Aleta hanya mengangguk, bingung juga harus bereaksi apa. Tadi itu Aleta hanya mengira-ngira maksud "See you" Jeffrey yang sudah dua kali laki-laki itu ucapkan, maksudnya Aleta tidak benar-benar memikirkan Jeffrey.

"Baik kok anaknya, dia di Barat sebelum dipindahin kesini. Kesini gantiin Bang Yogi yang resign." Jelas Syanaz tanpa diminta.

"Bang Yogi yang Creative Director?" Tanya Fanny yang dijawab anggukan oleh Syanaz. "Wow diatas lo dong Naz?" Syanaz mengangguk lagi mendengar pertanyaan Lula.

"Iya tapi beda tim gitu. Tapi humble kok orangnya, friendly banget. Beda tiga tahun doang sama kita."

"28 dong? Mature enough dong ya. Udah Ta, nggak apa-apa." Lula menepuk lengan Aleta pelan.

"Buset udah kayak apa tau, cuma penasaran doang kali.. Nggak yang gimana-gimana." Sanggah Aleta menolak tatapan intens teman-temannya.

"Sumpah nggak ada apa-apa!" Sanggah Aleta lagi, karena ketiga temannya masih menatapnya dengan tatapan mencurigakan.

"Ada apa-apa juga nggak apa-apa. This is the first time you talk about man lagi Ta, after two years. Luckily, it's Jeffrey."

***

Setelah selesai makan, Aleta dan Syanaz pergi ke foodcourt yang berada di lantai atas mall. Lula dan Fanny langsung kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang menunggu mereka. Aleta bersyukur bisa bekerja di lingkungan yang berdekatan dengan teman-temannya, untuk Aleta yang sulit bergaul dengan orang baru tentunya ini adalah hal yang bagus.

Keduanya mengantre di bagian pick up tempat menjual minuman.

"Tapi kalo lo sama Jeffrey gue seneng banget Ta, serius." Masih dengan pembahasan yang tidak selesai-selesai.

"Nggak lah Naz, nggak sejauh itu. I think I'm not ready yet." Dan jawaban Aleta yang masih sama.

"It's okay to start again, Aleta." Aleta terdiam, ini bukan masalah Aleta sudah move on atau belum, ini masalah ketakutan Aleta. Banyak hal yang ditakutkan oleh Aleta sampai ia sendiri tidak bisa menjabarkannya.

"But yeah, it's okay juga kalau lo belum healed sepenuhnya. Kita happy-happy aja dulu. Tapi.... if there's your fourth meeting dan dia beneran make a move. Coba buka hati lagi ya Ta, gue yakin banget dia baik."

"Bagus ya Syanaz bolos!"

Syanaz memutar tubuhnya saat mendengar suara familiar itu, dibelakangnya berdiri seorang laki-laki yang membawa nampan berisi makanan.

"Sori ya gue udah mau balik kantor, lo kali yang baru mau makan jam segini. Ckckck.." ujar Syanaz tidak terima mendengar tuduhan Ibnu. "Yehh gue mah abis meeting." Ibnu membela diri. "Bohong.. Janjian sama cewek lantai berapa lagi lo?!"

"Jih nggak percaya, tanya aja noh biji." Ibnu mengendikkan bahunya, lalu berjalan melewati Syanaz, "Eh halo temen Syanaz.." sapa Ibnu saat menyadari ada Aleta. Teman Syanaz yang sering terlihat di Instagram Story Syanaz.

Mata Syanaz mengikuti punggung Ibnu yang menghampiri sebuah meja, dimana tanpa sadar Aleta juga melakukan hal yang sama. Nafas Aleta sedikit tertahan saat indra penglihatannya menangkap sosok yang terakhir dilihatnya satu minggu yang lalu. Rasanya ada yang menggelitik perutnya saat mata mereka bertemu.

"Ta, gue nggak ikut campur tangan ya. Ini bener-bener unexpected meeting keempat lo."

MEET CUTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang