GrandLucky Superstore SCBD
Selama perjalanan, hanya ada suara dari radio memenuhi ruang di mobil ini. Aleta menatap keluar jendela. Dirinya memang kurang ahli dalam memulai obrolan, apalagi dengan Jeffrey yang baru dikenal dan hanya bertemu beberapa kali.
"Ke GrandLucky ada janjian sama orang Ta?"
Aleta menoleh, "Nggak kok, belanja sendiri aja."
"Oh sendiri?"
"Iya sendiri, kenapa? Aneh ya. Hehe.." Mendengar perkataan Aleta, Jeffrey menoleh sebentar kearah perempuan yang sedang menoleh kearahnya juga. Lalu kembali fokus ke jalanan lagi.
"Nggak, malah keren? Berani sendirian."
"Ah biasa aja, udah kebiasaan soalnya dari kecil."
"Gue dari kecil malah nggak boleh kemana-mana sendirian. Makanya menurut gue keren, berani pergi sendirian."
"Sampe sekarang nggak boleh?" Aleta berusaha bercanda, "Kalo masih nggak boleh mah, sekarang kita bertigaan sama Nyokap gue." Dan untungnya Jeffrey menangkap gurauan Aleta.
"Tapi karena nggak kebiasaan, jadi aneh kalo sendirian. Biasanya harus ada temen kalo pergi, tadi aja pas dari GrandLucky ke Ashta gue malah nggak enak karena nyetir sendirian." Jeffrey melanjutkan ceritanya tanpa diminta.
"Oh.." Aleta hanya mengangguk pelan, bingung harus merespon apa.
"Lo temenan lama sama Syanaz?"
"Dari SMA."
"Lama juga, bisa ya masih temenan deket sampe sekarang."
"Lo sama Daffa juga kayaknya temenan lama, ya?"
"Keliatannya gitu ya?" Jeffrey bertanya balik sambil menoleh sebentar kearah Aleta. Aleta mengangguk. "Gue baru kenal Daffa pas masuk kantor yang di Barat. Baru sekitar 3 tahun lah, tapi ya lumayan cocok jadinya begitu. Hobinya juga sama, tontonannya juga lumayan mirip." Cerita Jeffrey cukup panjang. Aleta menyadari kalau perkataan Syanaz benar, soal Jeffrey yang humble dan friendly. Sebagai dua orang asing yang baru bertemu tiga kali, itupun tidak pernah benar-benar mengobrol, Jeffrey sangat aktif dalam mencari topik.
"Ya ampun, gue malah kiranya kayak temenan dari kecil yang tetanggaan gitu." Jeffrey tertawa mendengar perkataan Aleta itu, laki-laki itu menggeleng. "Rumah gue sama dia aja hampir dari ujung ke ujung." Fakta pertama yang membuat Aleta menatap Jeffrey bingung.
"Loh kok naik Transjakarta nya bareng?"
"Keseringan gue nginep rumah Daffa, dia anak tunggal terus gue cuma dua bersaudara. Kakak gue udah married, jadi yaa gitu deh." Fakta kedua, Jeffrey anak bungsu.
"Oh pantes, klop banget ya sama lo."
"Yuk turun." Mobil sudah terparkir di parkiran GrandLucky, Aleta keluar dari mobil. Keduanya berjalan bersisian menuju pintu masuk, mendekati pintu masuk Aleta mengeluarkan ponselnya begitu juga dengan Jeffrey. "Udah bisa Pedulilindungi nya?" Tanya Jeffrey saat Aleta hendak mengarahkan kamera ponselnya ke QR Code. "Udah dong, udah lancar.." Ujar Aleta dengan bangganya.
Checked in.
Aleta mengambil satu troli yang akan digunakannya membawa belanjaan titipan Metta. "Lo mau nyari Nyokap lo?" Tanya Aleta kepada Jeffrey, "Iya nih, ditelepon nggak angkat." Jeffrey menyentuh layar ponselnya, sesekali mendekatkan ke telinga nya. Namun sepertinya tidak mendapatkan jawaban.
"Coba keliling dulu deh."
"Oh ya udah, misah aja. Thank you ya Jeff udah boleh nebeng.."
"Eh jangan, gue keliling dulu. Takut nya Nyokap gue udah balik duluan. Boleh minta nomor lo nggak? Nanti kalau nggak ketemu Nyokap gue, gue balik ke lo lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET CUTE [COMPLETED]
Ficção GeralAleta seperti diberi kesempatan menjadi pemeran utama dari sebuah cerita yang ia sendiri tidak tau berjudul apa, ia terus ditempatkan pada adegan-adegan tidak terduga yang ia sendiri tidak yakin akan berakhir seperti apa. Bagi Aleta, pertemuannya de...