Chapter 23

1.2K 112 4
                                    

Flashback, 3 days before that 'night'

"Makasih yaa semuanya untuk dua tahun terakhir ini. Gue banyak belajar sama kalian, terutama Bang Tigor yang nggak pernah sabar kalau ngajarin gue tapi selalu mau ngajarin. Hahaha.. Semoga kedepannya kita semua selalu dilancarkan setiap pekerjaannya! Dan semoga anak baru yang nanti gantiin gue lebih baik dari gue dan bisa berkontribusi untuk kantor lebih lagi.

Maaf kalau selama ini banyak salah, kadang kita slek tapi makasih semuanya kita selalu bisa pisahin masalah kantor dan pribadi. Untungnya selama ini gue nggak ada masalah secara pribadi sama kalian, semoga di kalian juga nggak ya.

Pokoknya see youuu guys! Hit me up ya kalau nongkrong, jangan sombong-sombong!"

Malam ini, Syanaz mereservasi sebuah private room untuk makan malam divisi creative. Acara simpel yang ditutup dengan memberikan kenang-kenangan untuk Syanaz dan foto bersama.

"Tapi sih kayaknya kalo gue sama Pak Jeff masih bisa sering ketemulah, ya?" Syanaz menghampiri Jeffrey dan Daffa, duduk disebelah Daffa yang kebetulan terdapat kursi kosong. "Sekarang aja lo baru pake 'Pak'." Sejak siang, Daffa tidak berhenti mencari perhatian Syanaz, Jeffrey yakin laki-laki itu pasti merasa sedih ditinggal oleh Syanaz.

"Lah Jeff nya yang nggak mau dipanggil Bapak." Syanaz membela dirinya tapi Jeffrey akui setelah promosi dadakannya, ia selalu mengatakan tidak mau dipanggil 'Bapak'. Rasanya umurnya belum cukup tua untuk sampai diharuskan dipanggil seformal itu.

"Lagian ya, boss gue ini lagi dianggurin sama temen lo. Dibantu dong dibantu!!"

"Tau kok gue, tapi kan itu hubungan mereka berdua. Ngapain gue ikutan."

"Ya tapi dibantu!!"

"Ya gue bantu gimana Dapa!!"

Jeffrey tertawa melihat adu argumen dua anak ini, mulai besok Jeffrey tidak bisa menonton keributan yang meributkan hal tidak penting seperti ini lagi.

"Sok tau lo Dapa, orang udah baikan."

"Nggak ah, gue belum melihat sinyal pergi nge-date lagi."

"Lo tuh yaaa, ngurusin banget sih hubungannya Jeffrey!"

Jeffrey dan Aleta memang sudah kembali berkomunikasi lagi, tapi hanya sekadar chat aja. Aleta belum mau pergi bersama, katanya sebelum perempuan itu menjelaskan 'masalah'-nya ia tidak berani pergi berdua dengan Jeffrey.

Jeffrey berusaha untuk memahami dan memberikan ruang yang diminta.

"Eh tapi jujur ya, gue sebenarnya penasaran tau lo sama Aleta kenapa. Soalnya Aleta juga nggak cerita sama sekali ke kita-kita. Kenapa sih kalian?" Pertanyaan Syanaz, direspon dengan lirikan sinis Daffa.

"Katanya gak mau ikut campur, tapi nyatanya kepo juga. Hih!" Ujar Daffa sambil melongos begitu saja, meninggalkan Jeffrey dan Syanaz berdua.

"Belum tau juga, Aleta baru mau cerita Sabtu nanti."

"Lama banget!"

Jeffrey mengendikkan bahu karena ia juga tidak tau kenapa harus selama ini menunggu penjelasan Aleta. Tapi tidak masalah untuk Jeffrey daripada tidak ada kejelasan sama sekali, kan?

"Sebenernya gue agak suspicious deh, ini awalnya baru prasangka gue sama anak-anak ya. Kayaknya ada sedikit sangkut-paut sama si Anjing."

Anak-anak yang dimaksud Syanaz adalah Lula dan Fanny dan si Anjing yang disebut Syanaz adalah Rama.

MEET CUTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang