- Little Things That Aren't Little

986 88 2
                                    

"Jeff, aku mau kasih kabar kalau Aleta masuk IGD. But I promise you she will be fine, will updating to you soon."

Tidak pernah terlintas di kepala Jeffrey bahwa ia akan menerima berita semacam ini saat dirinya berada di jarak 11.000 km dari Jakarta, pesan dari Joevanna yang berhasil membuat sekujur tubuhnya bergetar. Ia baru saja menyelesaikan final discussion untuk tesisnya yang memakan waktu hampir dua jam dan sialnya ia tidak sempat mengisi daya ponselnya sehingga ponselnya baru menyala sesampainya ia di apartemen.

Laki-laki itu tidak bisa duduk tenang, telepon Joevanna tidak terhubung sejak tadi. Kedua orang tuanya pun sama.

"Pada kemana sih orang-orang.." Gerutuan kecil meluncur dari bibir laki-laki itu. Ia duduk di sofa ruang tengah, mengacak rambutnya dengan tidak tenang.

Ponsel Aleta pun tidak dapat dihubungi.

Aplikasi diponselnya berpindah dari WhatsApp ke website maskapai, mencari jadwal penerbangan tercepat. Dirinya sudah tidak memikirkan perihal hasil final discussion dan jadwal thesis defense yang akan diumumkan beberapa hari kedepan. Ia hanya mau melihat keadaan Aleta, sekarang.

Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke sofa, ia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruang tengah apartemennya. Pelipisnya berdenyut, isi kepalanya berisik karena segala spekulasi yang timbul. Ia butuh informasi terbaru tentang keadaan Aleta.

Dengan ragu, ia mencari kontak maminya Aleta. Ia sedikit ragu menganggu maminya Aleta secara langsung, tapi sepertinya ini satu-satu harapannya.

"Halo.." Sapaan diujung telepon sana membuat Jeffrey sedikit bernafas lega, entahlah tapi rasanya cukup lega karena teleponnya kali ini mendapatkan jawaban.

"Halo Tante, ini Jeffrey..."

"Oh Jeffrey, iya loh daritadi tuh Tante mau telepon kamu. Tapi lupa terus.."

"Iya Tante.. Tadi Jeff dapat kabar dari Kak Anna, maaf Tante tadi Jeff lagi diskusi untuk tesis jadi handphone-nya nggak aktif."

"Uwis ndak apa-apa, ini Aleta-nya juga ndak apa-apa. Lagi kebangun aja dia mau ke toilet."

Ah iya, Jeffrey baru tersadar kalau sekarang di Jakarta sudah tengah malam. Ia semakin merutuki dirinya sendiri karena mengganggu maminya Aleta tengah malam begini.

"Tante maaf ganggu malam-malam, Jeff nggak ngeh kalau di Jakarta sudah tengah malam." Ujar Jeffrey, menyampaikan permintaan maaf atas rasa tidak enaknya.

"Ndak apa-apa, memang sedang terbangun ini Aleta baru selesai dari toilet. Mau ngobrol dengan Aleta, tah?" Terdengar tawaran dari mami Aleta bersamaan dengan suara diujung telepon sana yang bertanya siapa yang menelpon.

"Halo Je..."

Suara yang berhasil membuat Jeffrey menghembuskan napasnya panjang.

"Ta, gimana keadaannya?"

"Diminta dokter untuk opname beberapa hari, biar bisa dikontrol. But all good kok Je, I'm fine."

Hening beberapa saat, terlalu banyak hal yang ingin Jeffrey tanyakan tapi rasanya kasihan juga jika Aleta harus meladeni pertanyaan laki-laki itu di tengah malam seperti ini.

"Ya udah, kamu istirahat ya."

"Je..."

"Ya?" Mendengar panggilan Aleta, Jeffrey mengerutkan keningnya bingung. Diujung sana, perempuan itu terdengar ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Nggak jadi deh."

"Oke, besok aku telepon lagi ya. Sekarang kamu istirahat dulu, kasihan juga Mami mau tidur."

MEET CUTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang