Chapter 2

2.6K 169 1
                                    

"Anjing banget Jeff, bisa-bisanya lagi gini dia ke Bali sama tuh cowok bangsat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anjing banget Jeff, bisa-bisanya lagi gini dia ke Bali sama tuh cowok bangsat."

"Laura, Dap?"

"Ya siapa lagi anjing, ngomong komitmen-komitmen tai kucing. Nginep dong Jeff, gue emosi banget anjing!"

"Gue bawa mobil nggak?"

"Nggak usah, Gojek aja. Besok naik Transjakarta bareng gue aja ke kantornya."

"Ah rame lah, kopit kopit."

"Jeff gue lagi galau banget, Ya Allah!"

"Iye, iye. Jam 4 gue jalan, nganter Nyokap dulu."


***

Pertama kali kembali menaiki bus Transjakarta setelah dua tahun vakum menjadi anak Transjakarta, membuat Jeffrey agak kikuk. Apalagi dengan adanya virus dan kondisi bus yang cukup ramai dan tujuan yang berbeda. Jeffrey dan Daffa berdiri dibagian pintu belakang, untungnya dibagian belakang tidak terlalu ramai berbanding terbalik dengan kondisi dibagian area khusus wanita yang sudah berdesak-desakkan. Women can be so much scarier for Transjakarta or Commuter Line things.

Bus kembali berhenti di halte, pintu terbuka membiarkan para penumpang turun dan naik. Jeffrey mengerutkan keningnya saat melihat sosok familiar, perempuan yang mengenakan ransel hitam dan jaket hitam yang sama dengan yang dikenakan seseorang kemarin.

Perempuan yang aplikasi Pedulilindungi nya error di depan Starbucks, kemarin pagi.

Jeffrey menyikut Daffa pelan, "Temennya Syanaz." bisiknya pelan. "Kok lo tau?" Daffa balik bertanya dengan intonasi suara yang sama. "Sering ada di Story Syanaz, kemaren juga pas gue ke Starbucks ada gue bantuin karena aplikasinya nggak bisa." Jelas Jeffrey singkat, tetap menjaga intonasi suaranya pelan agar tidak terdengar oleh perempuan yang berdiri disisi lain pintu.

"Merhatiin orang banget lu, gue liat-liat."

Entah sadar atau tidak sejak perempuan itu masuk, Jeffrey selalu memperhatikan gerak-gerik perempuan itu. Perempuan itu sibuk mengetik sesuatu, sesekali ia tertawa (ps. Jeffrey tau karena terlihat dari sudut mata perempuan itu yang mengerut setiap ia tertawa pelan). Setelah sampai, perempuan itu terlihat terburu-buru keluar dari halte dan berjalan cepat menyusuri jembatan.

"Gue mau Bubur Panin deh kayaknya, beli bentar Jep."

Karena keinginan Daffa itu, Jeffrey tidak berjalan berbarengan dengan Aleta.

Ah iya, Aleta namanya. Sedari tadi Jeffrey berusaha mengingat nama perempuan itu.

***

Siang ini pohon beringin di depan gedung kantor sudah kembali ramai, Jeffrey tidak tau sebelum pandemi seramai apa karena Jeffrey baru pindah ke cabang pusat saat pandemi gelombang pertama. Jadi ini pertama kalinya Jeffrey ikut nongkrong di pohon beringin dengen beberapa teman kantornya.

"Kalo biasanya si Kiki mah tepe-tepe disini. Nyari cewek, kalo ada yang sendirian dideketin." (tepe=tebar pesona)

Jeffrey mengedarkan pandangannya, terdapat empat pohon beringin yang berada disetiap sudut membentuk persegi dan ditengahnya area kosong yang adalah air mancur. Sebelum bekerja disini, Jeffrey sudah beberapa kali mengunjungi mall yang berada di sebelah gedung kantornya ini. Mall kalangan elit Jakarta.

"Eh itu Syanaz?" Perkataan Daffa membuat lima laki-laki yang sedang menghisap rokok mengikuti arah pandang Daffa. Terlihat perempuan yang dipanggil Syanaz berjalan beriringan dengan tiga temannya. Sudah hal umum bagi anak kreatif melihat Syanaz pergi dengan ketiga temannya yang kebetulan juga bekerja di lingkungan yang sama. Area kantor ini terdiri dari tiga office tower, satu mall, dan satu apartemen. Dua office tower berada disisi timur mall dan satunya lagi berada disisi barat.

"Charlie's Angel nambah satu personil."

Itu kalau kata Kiki, setiap melihat Instagram Story maupun melihat secara langsung Syanaz dan teman-temannya itu. Atau bisa juga seperti ini

Jeffrey memperhatikan Aleta, perempuan itu mengenakan blouse navy yang tadi pagi tertutup jaket. Perempuan itu sibuk dengan ponselnya namun sesekali ikut menimpali perkataan temannya. Pandangan Jeffrey terus mengikuti mereka sampai akhirnya keempat perempuan itu menghilang dibelokkan.

***

Jeffrey merentangkan kedua tangannya untuk stretching, matanya sudah agak kering karena sejak subuh tadi harus mengerjakan pekerjaan yang harus selesai pagi ini. Sekarang pukul 7.00 pagi dan dua rekan timnya masih tertidur pulas diatas matras yang berada di kolong meja masing-masing. Sudah menjadi hal biasa jika tim kreatif menginap di kantor, makanya sudah tersedia matras untuk mereka beristirahat sejenak. Jeffrey sudah sempat tidur di jam 12 malam dan bangun sekitar dua jam setelahnya, sudah cukup namun Jeffrey butuh kafein sebelum perjalanan pulang. Ia bergegas ke kamar mandi, cuci muka dan menyikat gigi, tidak mungkin ia turun ke lantai bawah dengan kondisi benar-benar baru bangun tidur dan untungnya ia selalu menyediakan sabun, pasta gigi, dan sikat gigi dilacinya. Ia mengenakan hoodie dan mengganti maskernya sebelum turun kebawah.

Sebenarnya bisa saja Jeffrey mengerjakan pekerjaannya di rumah, tapi ia sangat tau kalau di rumah ia akan malas mengerjakannya dan berakhir akan sibuk di satu jam sebelum deadline. Kalau dikerjakan di kantor akan seperti ini, ia akan selesai lebih awal dan bisa pulang ke rumah di pagi hari, siang nanti setelah jam makan siang baru ia akan kembali ke kantor. Tapi sepertinya memang setidaknya minimal satu kali dalam seminggu, tim kreatif harus ada yang tidur di kantor.

Jeffrey berjalan kearah office tower 2 yang berada disebelah gedung kantornya, pintu masuk terbuka dan Jeffrey menemukan tas ransel hitam yang mulai agak familiar.

"Sebentar ya Pak, nyoba dulu. Penasaran soalnya kenapa nggak bisa."

"Emang banyak yang error juga, Mbak. Dicoba dulu aja, masih sepi ini, Mbak."

Jeffrey jadi ikut menahan langkahnya dan memperhatikan layar ponsel perempuan didepannya, masih error.

"Mas nya bisa pakai QR code sebelah sini." Seolah sadar kalau ada pengunjung lain, Satpam yang dari tadi memperhatikan beralih mempersilakan Jeffrey kearah sisi lain yang juga terdapat barcode untuk check in.

"Eh?" Mata Aleta membesar saat menyadari sosok yang berdiri dibelakangnya.

"Masih nggak bisa, Mbak?"

"Iya nih, tapi lagi coba dulu. Tapi sebenernya boleh masuk sih pake sertifikat vaksin, tapi masih penasaran. - Eh scan duluan aja.."

Aleta bergeser sedikit, memberikan ruang untuk Jeffrey maju selangkah. Jeffrey menurut, ia mengarahkan kamera ponselnya.

"Mau gue bantu coba scan? Kemarin temen gue juga begitu, gue coba lebih deket lagi pas scan bisa. Jaraknya kejauhan."

"Masa sih? Gue juga udah scan nya deket banget." Ujar Aleta sembari memberikan ponselnya ke Jeffrey, laki-laki itu mendekatkan kamera ponsel Aleta kearah QR code.

Checked in.

"Nih bisa.."

"Itu Mas nya bisa."

"Loh kok bisa?"

MEET CUTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang