Mengantre bus di halte kembali menjadi rutinitas Aleta. Rabu pagi ini, meski jam sudah menunjukkan pukul 7.55 Aleta masih berada diantrean belakang. Sudah pasti ia akan sampai di kantor lebih dari pukul 8.30, hari terakhirnya bekerja sebelum besok ia cuti long weekend untuk menemani Metta dan Ivan melakukan foto pre-wedding di Bandung. Bus baru sampai lagi tetapi Aleta tetap tidak bisa ikut bus tersebut, setidaknya sekarang ia ada dibarisan paling depan dan pasti akan bisa ikut bus selanjutnya. Benar saja, lima menit setelahnya bus berhenti. Aleta masuk dan memilih tempat yang agak lebih longgar.
"Halo Aleta!" Sapaan ringan dari arah belakang membuat Aleta menoleh, Daffa duduk tepat dibelakangnya. Aleta memang beberapa kali bertemu Daffa di bus.
"Eh hai! Tumben siang Daff."
"Iya nih telat bangun, mau duduk Ta?" Tawar Daffa yang langsung ditolak halus oleh Aleta, "Nggak usah Daff, nggak apa-apa."
Melihat Daffa, ingatan Aleta kembali ke minggu lalu. Makan malam Taichan dengan Jeffrey dan tidak ada komunikasi lagi setelah itu. Hari itu sebelum Aleta terlelap, ada notifikasi masuk keponselnya yang memberitahukan bahwa Jeffrey mengikuti Instagram nya. Aleta tidak ambil pusing karena ia tau, Jeffrey pasti mengetahui Instagram nya karena mention Instagram Story Syanaz yang diunggah perempuan itu saat di ASHTA District 8.
***
Bandung
Tiga hari yang Aleta lalui dengan kesibukan mengikuti Metta dan Ivan kesana kemari, membantu ini dan itu, akhirnya berlalu. Hari ini mereka akan pulang ke Jakarta, tapi sebelum pulang Metta mengatakan kalau ia akan bertemu dengan vendor wedding gown.
"Jauh banget ambil bridal di Bandung?" Tanya Aleta pagi tadi, saat Metta menyuruhnya bersiap-siap. "Bukan, lagi kebetulan di Bandung juga Mbak Jo. Soalnya besok Ivan ke Pontianak, takutnya nggak bisa bareng fittingnya. Mulai minggu depan lo sama Mami ikut fitting ya." Jelas Metta yang hanya dijawab anggukan oleh adiknya. Aleta memang belum memilih gaun yang akan dikenakan di hari pernikahan kakaknya.
Maka itu, siang ini Aleta duduk berhadapan dengan kakak dan calon kakak iparnya. Saat ini ketiganya berada dalam sebuah meeting room kecil yang telah di reservasi oleh Ivan. Mereka masih menunggu kedatangan Mbak Joevanna. Setelah hampir 15 menit Aleta hanya duduk sambil melihat-lihat katalog yang diberikan Metta, akhirnya pintu terbuka. Menampilkan seorang perempuan mengenakan dress putih dan sedang menggendong seorang anak kecil.
"Hai, sori ya aku telat. Tadi Makaila tiba-tiba poop jadi aku gantiin pampers dulu."
Metta menyambut perempuan itu, "Iya Mbak, Nggak apa-apa kok. Kita juga baru sampe - Hai Makaila!" Metta mengusap kepala gadis kecil yang sibuk dengan lollipop nya.
"Ini kenalin adik aku, Mbak."
"Hai, maaf ya jadi nungguin lama. Aku Joevanna, tapi biasa dipanggil Jo aja."
"Aleta, Mbak Jo. Nggak apa-apa kok, Mbak. Hehe.."
"Ayo Mbak pesan dulu.." Ivan mempersilakan Mbak Jo duduk.
***
"Makaila suka kue nya?"
"Kaaa.." Aleta terkekeh, lalu kembali menyuapi Makaila yang saat ini duduk di baby chair sebelahnya. Ketiga orang dewasa lainnya berada diujung meja lainnya, sedang serius membahas beberapa design gaun pernikahan Metta.
"Makaila seneng ya ada Tante cantik." Joevanna tersenyum melihat anaknya cukup akrab dengan adik klien nya ini.
"Sori ya Aleta, aku jadi ngerepotin." tambah Joevanna merasa tidak enak karena daritadi Aleta yang menyuapi Makaila makan.
"Nggak repot kok, Mbak. Makaila nya pinter." Ucap Aleta sambil tersenyum.
"Maa.. mu ke Om.." Makaila mengarahkan tangannya kearah pintu,
"Mau ke Om?" Tanya Aleta kepada Makaila. Anak kecil itu mengangguk, "Omm.. pan.." Makaila memang belum terlalu lancar berbicara, tapi Aleta cukup memahami apa yang dibicarakan Makaila.
"Oh di depan ada adik aku, tadi dia lagi smoking makanya aku ajak Makaila masuk. Aku panggil Om nya deh, biar Makaila sama Om nya."
"Aku anterin kedepan aja Mbak." Aleta mengajukan diri saat melihat Joevanna mengambil ponselnya.
"Eh nggak apa-apa nih?"
"Iyaa Mbak nggak apa-apa, Om nya ada dimana Mbak?"
"Tadi di smoking area yang dekat parkiran sih. Nanti aku chat dia aja ngabarin kalau Makaila kebawah."
"Oke Mbak, aku bawa Makaila kebawah dulu ya."
"Makasih ya Aleta.."
Aleta menggendong Makaila keluar dari ruangan, dengan pintar gadis kecil itu mengalungkan kedua lengannya di leher Aleta. Aleta selalu suka wangi anak kecil, perpaduan bedak bayi, minyak telon, dan baby cologne sangat menyenangkan.
"Makaila bosen yaa makan mille crepes nya, padahal aku suka."
"Kaa.." Mendekati anak tangga, Makaila meminta turun dari gendongan Aleta. Sepertinya gadis kecil ini mau menuruni tangga sendiri.
"Makaila pegang tangan aku aja ya, jangan pegang tangga nya. Kotor.."
Makaila menurut. Gadis kecil itu menggenggam tangan Aleta yang sedang menuntunnya menuruni tangga satu persatu, tadinya Aleta ingin menggendong anak ini tapi ditolak karena gadis kecil ini senang menuruni tangga.
"Om nya dimana Makaila?"
Setelah keluar dari restoran, Aleta mengedarkan pandangannya. Menatap orang-orang yang duduk di smoking area, mengira-ngira yang mana Om-nya Makaila. Tidak ada yang menghampiri mereka.
Akhirnya Aleta memilih untuk duduk disalah satu kursi kosong yang tersedia dan memangku Makaila, ia mengeluarkan hand sanitizer dari dalam tas lalu menggunakannya. Setelah itu Aleta mengeluarkan tisu basah yang lalu digunakan membersihkan kedua tangan Makaila.
"Nggak ada nih Om nya."
"Om ga da.."
"Iya, Makaila mau ke Mama lagi aja?"
"Om.."
Gadis kecil itu masih kekeuh ingin bersama Om-nya.
"Ya udah, kita tungguin sebentar lagi ya. Kalau 5 menit Om nya nggak ada, kita naik lagi. Banyak asap rokok." Ujar Aleta sambil merapihkan masker kecil yang dikenakan Makaila.
Bunyi lonceng bertanda pintu terbuka terdengar,
"Om!" Makaila beringsut turun dari pangkuan Aleta dan berlari kearah pintu restoran. "Makaila jangan lari!" Aleta berjalan cepat menyusul Makaila menghampiri seorang laki-laki yang baru saja keluar dari pintu utama restoran.
"Eh Kaila." Makaila digendong oleh laki-laki yang dipanggilnya Om itu.
"Aleta?"
Dunia sesempit inikah?
Minggu siang ini, Aleta berdiri dihadapan Jeffrey yang sedang menggendong Makaila anak dari vendor wedding gown kakaknya. Jeffrey adalah adiknya Mbak Joevanna.
"Eh hai?"
Kombinasi Jeffrey, celana jeans, kaos polos hitam, sepatu vans, dan masker bersama Makaila digendongannya. Aleta tidak tau harus bereaksi seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET CUTE [COMPLETED]
General FictionAleta seperti diberi kesempatan menjadi pemeran utama dari sebuah cerita yang ia sendiri tidak tau berjudul apa, ia terus ditempatkan pada adegan-adegan tidak terduga yang ia sendiri tidak yakin akan berakhir seperti apa. Bagi Aleta, pertemuannya de...