Mianhae-Bab 23
Seokjin tidak kembali ke rumahnya. Mana mungkin dirinya pulang dalam keadaan kusut dan penuh kesedihan seperti ini. Bisa-bisa kedua orang tuanya dan sang hyung memberinya pertanyaan segudang yang mampu membuat otaknya harus berpikir keras untuk menjawab.
Lagian, dia tidak mau jika keluarganya membenci jhope jika ia mengatakan kebenaran. Memang untuk saat ini, dirinya tidak menyukai sifat dongsaeng-nya itu, bukan berarti dia membencinya. Mungkin lebih tepatnya kali ini perasaannya kecewa disertai juga sedih mendalam karena merasa dikhianati.
Bagaimana ia membenci seorang Jhope yang sudah bertahun-tahun membantunya dalam hal dance?
Lalu di mana dirinya berada saat ini?
Jawabannya adalah seorang Kim Seokjin berada di jembatan sungai Han.
Seokjin memijit pelipisnya. Sungguh hingga detik ini dirinya belum mengerti pasti alasan dibalik sifat seorang Jhope yang mati-matian membantu PD-Nim menghancurkan dirinya. Demi apa pun di muka bumi ini, ada sisi lain dalam hatinya yang mengatakan jika Jhope tidak mungkin melakukan hal segila itu. Namun, apa yang ia dengar dan lihat membuatnya menghela napas berkali-kali.
Jung Hoseok, harapan semua member malah diluar nalar!
"Haruskah aku pergi dari kehidupan mereka?" monolognya.
Setetes cairan sebening kristal keluar dari netranya. Pemikirannya mulai kacau.
"Apa BTS baik-baik saja tanpa aku? Lalu bagaimana dengan mereka jika aku pergi?" Jin kembali memijit pelipisnya. Ia sungguh tidak menyangka jalan hidupnya seperti ini.
Dulu, impian dia memang bukan di sini, bukan di BTS. Seandainya ia tidak mengiyakan kata hatinya untuk menjadi bagian dari Bighit dan BTS, mungkin ia tidak akan merasakan sakit yang luar biasa seperti ini.
Ia merindukan PD-Nim yang dulu. Seorang yang begitu peduli pada mereka dan berhasil membuat mereka naik ke puncak dengan kerja sama yang luar biasa.
Kenapa bisa seorang yang berjuang bersama mereka disingkirkan dan digantikan oleh PD-Nim yang tidak peduli pada perjuangan.
Drrtt
Drttt
Drrtt
Seokjin merogoh mantel tebal miliknya saat ponsel mewahnya berdering. Nama Jimin tertulis di layar lebar bersama foto sang dongsaeng.
Sejenak, bibir seksi milik Kim Seokjin mengembang sempurna saat melihat foto Jimin yang lucu. Ia ingat betul saat mengambil foto itu, Jimin merajuk satu harian kepadanya lantaran foto itu jelek. Pada akhirnya, dia bisa membujuk dengan mengiming-ngimingi akan membelikan apa pun yang Jimin mau.
Ah, bisakah ia meninggalkan salah satu adik-adiknya itu?
Tidak!
Jimin pernah berkata pada mereka secara tidak langsung, ia tidak bisa tanpa salah satu dari mereka.
Lalu, jika ia pergi, apakah Jimin bisa tanpa dirinya?
Ponselnya masih berdering. Jin ingin sekali mengabaikan, akan tetapi hati nuraninya tidak bisa melakukan itu. Ia segera menggeserkan tombol hijau dan menempelkan benda pipih nan mewah itu di telinganya.
"Wae?" tanya Seokjin setelah sambungan telepon terhubung.
"Hyung, eodie?" tanya Jimin dengan nada suara khawatir.
"Wae, Jiminie?" Seokjin kembali mengulang pertanyaan yang sama. Bedanya adalah ia menyelipkan nama Jimin di belakang.
"Aku khawatir, Hyung. Kau pergi dari dorm dengan menangis. Ada apa sebenarnya? Apa Hyung bertengkar dengan Hobi Hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae (Jhope BTS)
Fiksi PenggemarPERHATIAN! Follow sebelum baca. Diwajibkan vote dan komen ya! ** Cerita ini hanya fiktif semata. Hanya imajinasi author yang terlalu banyak mengkhayal. Cast's dan segala bentuk kesamaan adalah milik Bighit Entertainment. NB : Up setiap Selasa dan...