Bab 18 √

600 69 31
                                    

Sejin mengetuk jari-jarinya di atas meja. Ragu dan juga gugup menguasainya secara bersamaan. Bahkan napasnya sedari tadi tidak berembus secara beraturan. Bertemu dengan orang yang sudah ia sakiti selama bertahun-tahun itu membuatnya seperti berada dalam bara api yang sudah siap membakarnya.

Apa iya semua akan berjalan lancar?

Ah, Sejin ingin membatingkan kepalanya di meja saat ini. Bagaimana ia bisa memutuskan bahwa orang yang tadi malam ia hubungi akan datang menemuinya? Bukankah saat ia menghubungi, lelaki itu hanya diam dan setelah Sejin selesai berbicara langsung mematikan sambungan telepon?

Kepala Sejin ingin pecah. Hanya keyakinan yang kuat yang memberinya kekuatan untuk bertahan duduk di kafe hampir satu jam.

"Aku akan menunggu satu jam lagi. Jika dia tidak muncul juga, aku akan mendatanginya di rumah."

Sejin memutuskan seperti itu. Ia menunduk, bermain dengan embun yang terdapat di gelas minumannya, yang disebabkan oleh hawa dingin milkshake yang sebenarnya tidak ia sukai. Namun, demi menetralkan otak dan jantungnya, kenapa tidak mencoba.

"Ternyata kau punya niat yang kuat. Bahkan rela menungguku begitu lama!"

Seseorang berbicara pada Sejin. Refleks namja itu menoleh pada sumber suara yang terdenger.

"Bang Shi Hyuk. Maaf, maksudnya PD–nim." Sejin terlihat gugup.

Shi Hyuk mendudukkan dirinya di kursi kosong. "Aku bukan atasanmu. Jadi berhenti memanggilku seperti itu. Cukup dengan hyung saja."

Sejin mengangguk.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan? Katakan! Aku tidak punya waktu untuk dibuang percuma!"

Sejin menelan ludahnya gugup. Bagaimana ia memulai untuk berbicara? Meskipun kalimat sudah mengumpul di ujung lidahnya, tapi tenggorokannya terasa tercekik!

"Tidak ada yang ingin kau katakan? Aku akan pergi!"

Shi Hyuk sudah hampir melangkah, tapi tangannya ditahan oleh Sejin. "Hyung, dengarkan aku dulu. Sebentar saja!"

"Oke, katakan," kata Shi Hyuk akhirnya.

"Sebelumnya ... Mianhae, Hyung. Ini tentang ketujuh namja yang dulunya sangat Hyung banggakan."

"Maksudmu ... BTS?" Shi Hyuk menyandarkan punggungnya di kursi. Ah, ia merindukan tujuh bocah yang begitu berharga dalam hidupnya.

"Siapa lagi kalau bukan mereka?" Sejin menjilat bibirnya untuk meredam rasa sesal dan emosi yang mulai mendominasi.

Shi Hyuk menghela napas panjang. Jujur ia merindukan ketujuh bocah yang baginya seperti anak itu. Namun, apa boleh buat, rindu yang ia punya tidak layak untuk ia sematkan lagi.

Ah, tapi bukan berarti ia tidak mengikuti perkembangan mereka? Ia bahkan tahu apa gosip yang menimpa Seokjin. Jimin yang kecelakaan, dan lagi itu hanya bisa ia saksikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia bukan CEO lagi, seseorang telah merenggut posisi itu darinya, bahkan Sejin sendiri juga memilih namja tua bangka itu daripada dirinya yang jelas berteman baik dengan Sejin.

"Apa yang terjadi?" Shi Hyuk pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Hyung mau pesan apa?" Sejin mencoba menawarkan makanan sebelum memulai bercerita.

"Apa saja yang penting tidak membuatku mengantuk. Aku harus bekerja setelah ini."

Sejin mengangguk. Memanggil pelayan kafe dan memesan kopi hitam panas untuk mantan atasannya itu beserta spageti agar mengenyangkan perut.

Mianhae (Jhope BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang