7

2.9K 152 5
                                    

"Ini gak boleh dilepas sayang." Abim menahan tangan Amorei yang terus berusaha membuka masker oksigen. Abim menghela nafas gusar saat Amorei terus memberontak dengan lemah.

Amorei ingin menangis saat Abim tidak mau menuruti permintannya. Sungguh dia sangat tidak menyukai benda ini ada di wajahnya. Tubuhnya masih sangat lemas untuk memberontak dan mengalahkan tenaga Abim.

"Tidur lagi ya, istirahat dulu. Ini masih malem banget. Tuh liat papi aja tidur nyenyak." Ujar Abim membelai lembut surai rambut Amorei.

Tengah malam Amorei baru sadar kan diri. Abim bahkan sempat tidak enak saat menghubungi Karin untuk mengecek keadaan Amorei. Untungnya tante Amorei itu masih berada di rumah sakit karena memang berjaga-jaga. Sedangkan Rio, Abim tidak tega harus membangunkan pria itu karena dari kemarin Rio baru saja tertidur lelap sekarang.

Abim yang memang tidak bisa tidur nyenyak semenjak Amorei berda dirumah sakit pun dengan sigap mendekat. Abim tahu bahwa Amorei masih sangat sakit terbukti suhu tubuhnya yang masih tinggi.

"Hm? Apa sayang?" Abim bertanya sangat lembut. "Ini gak boleh dilepas, denger kan tadi katanya." Lanjut Abim saat Amorei mencoba membukanya dengan tangan yang lain. Rasa tidak tega Abim rasakan saat melihatnya.

Amorei meneteskan air matanya pasrah. Dia merasa akan baik-baik saja jika benda itu akan dilepaskan. Walaupun Amorei tahu tubuhnnya masih sangat lemas bahkan untuk mengangkat tangannya saja.

Abim menyerah dan membuka masker oksigen tersebut setelah menghapus air mata Amorei. Amorei menyerngit saat merasa perbedaan yang sangat terasa. Nafasnya sedikit tersenggal saat benda itu sudah terlepas dari wajahnya. Amorei benci saat-saat seperti in.

"Sesak kan. Ngeyel banget sih nih bayi satu." Ucap Abim memperhatikan Amorei dengan tatapan khawatirnya. "Nih minum dulu abis itu pake lagi." Amorei meminum dengan sangat pelan.

Kembali Abim pasangkan masker oksigen itu dengan sangat hati-hati walaupun tangan mungil didepannya terus menghalanginya. Abim tersenyum menenangkan saat Amorei menatapnya sendu.

"Sekarang tidur, gue juga ngantuk nih." Eluh Abim sedikit berbohong. Sengaja Abim mengatakan bahwa dirinya mengantuk agar Amorei tidur. Karena cewek itu akan merasa kasihan dengan dirinya.

Amorei mengangguk membuat Abim membenarkan selimut yang ada di tubuh Amorei. "Tidur, Rei." Titah Abim saat Amorei malah mengedarkan padangannya kesana kemari.

Perlahan Amorei memejamkan matanya seiring dengan Abim yang mengusap rambutnya dengan sangat lembut. Abim juga membisikkan kata-kata penenang untuk gadis itu. Perlakuan yang Abim lakukan berdampak sangat baik, terbukti Amorei segera tertidur.

"Sweet dream, baby."

.....

Setelah terbangun dari tidurnya, Amorei disuguhkan dengan beberapa pengecekan yang dilakukan. Amorei hanya pasrah saat Karin mengambil darahnya. Semua itu bukan murni keinginannya tapi karena tidak tega melihat papinya yang menatapnya sedih.

Rio mendekat saat Amorei sudah benar-benar selesai di periksa. Rio menarik kursi untuk didekatkan disamping ranjang Amorei.

"Tahan ya, princess." Pinta Rio sedih menahan tangis. "Papi tadi tanya sama tante Karin katanya maskernya belum boleh dilepas. Gak papa ya, biar Rei cepet sembuh."Rio mencoba memberi pengertian.

"Jadi sekarang Rei dengerin papi ngomong aja ya. Rei mau kan dengerin cerita papi?"

Amorei mengangguk sambil tersenyum dibalik masker oksigen yang menutupi setengah wajah cantiknya.

"Papi sedih. Papi kecewa sama diri papi sendiri karena gak bisa jagain Rei dengan baik." Rio menundukkan kepalanya sebentar sebelum kembali melihat wajah putrinya. "Kalo bisa papi aja yang sakit jangan princess papi ini."

Amorei menangis, terdengar begitu menyesakkan. Dengan cepat Rio menyeka air mata Amorei. "Hey, jangan nangis. Papi gak suka."

Kembali Amorei tersenyum meski masih sedikit terisak.

"Dari Rei lahir papi selalu janji buat jaga Rei. Hidup papi cuman buat Rei dan Mami. Karena sekarang mami udah bahagia disana dan hanya ada Rei yang disamping papi. Papi bahkan rela tukar nyawa papi demi Rei selalu sehat." Ucap Rio ikut meneteskan air matanya saat melihat Amorei kembali menangis

"Rei mau kan wujudin papi buat selalu bisa jaga Rei?" Amorei menangguk cepat dan menggerakkan tangannya untuk menghapus air mata papinya.

Rio menangkup tangan Amorei. "Anak cantik gak boleh nangis. Udah dong berhenti nangisnya, nanti sesak lagi loh." Peringat Rio.

"Sehat ya, princess papi." Rio mencium puncak kepala Amorei lekat. Menikmati setiap detik yang terus dilewatinya dengan Amorei dan juga kenangan bersama Gina.

TBC

Follow Instagram 💙
@cutyusi_

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang