15

2.4K 112 2
                                    

Amorei tersenyum senang. Bibir itu tak berhenti menebarkan senyuman. Ada alasan dibalik semua itu. Kali ini papinya mengajak dia untuk pergi bersama hanya berdua.

Hubungan ayah dan anak itu perlahan kembali membaik. Awalnya Amorei masih marah tapi berkat bantuan bujukan dan nasihat dari Abim membuatnya berubah pikiran.

"Enak, princess?" Tanya Rio sambil menatap Amorei yang terlihat lahap memakan makanannya.

Amorei mengangguk antusia. "Enak, udah lama Rei gak makan spaghetti. Soalnya kalau sama Abim, Rei sering gak dibolehin. Dulu juga mami ngelarang banget Rei makan mie dalam bentuk apapun. Cuman papi yang bolehin Rei..." Amorei berkata dengan sangat lirih diakhir kalimatnya.

Tangan Rio terulur untuk mengusap rambut putrinya lembut.

Kepala Amorei menunduk. "Tapi papi udah jarang ngajakin Rei makan bareng, kayak sekarang. Rei kangen."

Rio tersenyum sendu. "Sorry princess. Papi juga kangen banget sama Rei."

Amorei menoleh dan menubruk papinya dengan sebuah pelukan. Dengan erat Amorei memeluk sosok didepannya erat.

Amorei dan papinya terlarut dalam kenyaman dalam pelukan mereka. Selang beberapa menit mereka kembali menyantap makanan dimeja.

Keduanya sepakat untuk sama-sama melupakan kejadian kemarin. Walau sejujurnya Amorei masih tidak terima dan rasa ingin tahunya masih sangat tinggi. Tapi bagaimana lagi jika papinya memohon kepadanya untuk melupakannya.

"Abis ini kita mau kemana?" Tanya Amorei.

Rio tampak berfikir. "Ke pantai?" Ucap Rio sedikit ragu.

"Rei mau!" Amorei menjawab senang.

Rio juga membalas senyuman senang. Karena saat ini dia sedang rindu dengan mendiang istrinya, Gina. Salah satu tempat favorit Gina adalah pantai. Dan dia akan mengajak Amorei untuk melihat pantai yang sering didatanginya dengan Gina dulu. Ya, dulu karena sekarang hal itu tidak dapat dilakukan lagi.

.....

Amorei memejamkan keduanya matanya, menikmati angin yang berhembus menerpa tubuhnya. Disebelahnya ada papinya yang tersenyum menatap hamparan laut yang tenang.

"Dulu mami suka kalau papi ajak kesini. Kalau Rei suka gak papi ajak kesini?" Rio merangkul Amorei untuk mendekat.

Amorei memandang papinya. Senyumnya tertarik mengingat kenangannya bersama sang mami. "Rei juga suka. Beda ya rasanya gak ada mami."

"Hey, papi ajak Rei kesini biar seneng, bukan berarti papi gak mau bahas mami. Tapi, Rei harus bisa ya kembali kayak Rei yang biasanya." Ucap Rio memegang bahu Amorei lembut. "Rei yang selalu ceria. Papi tahu kalau Rei suka nangis sendirian.  Maaf ya papi gak bisa jadi kayak mami."

Amorei menggeleng cepat. Air matanya turun dengan perlahan. "Rei yang harusnya minta maaf. Karena sampai sekarang Rei masih nyusahin papi. Bahkan sampai mami udah gak ada, Rei belum bisa juga banggain papi sama mami."

Rio ikut menteskan air matanya. Putrinya rupanya sangat rapuh tanpa dia sadari. Putrinya yang menjadi kesayangannya.

"Rei itu anugrah. Gak ada satu hari pun papi lewatin untuk bersyukur karena Rei ada di hidup papi. Jadi janji ya jangan tinggalin papi apapun yang terjadi."

"Iya, papi. Rei janji. Papi jangan pernah berubah ya." Amorei memeluk Rio dengan sangat erat.

"Gak akan pernah papi berubah, princess."

Rio memegang kedua tangan Amorei dan mengusapnya. Dia tidak boleh gagal lagi dalam menjaga orang tersayangnya.

"Kita minum kelapa yok." Ajak Rio.

"Let's go, papi." Seru Amorei menarik tangan papinya untuk berlari.

Keduanya berlari dengan tawa yang terdengar. Baik anak maupun ayah itu sama-sama berharap agar momen ini terus terjadi. Semoga saja takdir berpihak kepada mereka.

TBC

Follow Instagram 💙
@cutyusi_

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang