20

2.2K 123 17
                                    

Sekitar setengah jam berlalu dan Amorei masih belum mengerti kedaan di depannya. Meja bundar di tengah restaurant itu diisi dengan keheningan. Amorei sama sekali tidak menampakkan senyum manisnya seperti biasa. Abim yang berada di sebalahnya itu hanya mengusap rambut Amorei dengan tenang tanpa menghiraukan pandangan orang yang berada di meja itu.

Rio berdeham menatap putrinya yang tampak tidak suka dengan kehadiran orang lain. "Rei ini teman papi yang waktu itu ketemu Rei di mall. Dia juga mamanya Kevin, princess." Jelas Rio membuat Amorei memalingkan wajahnya.

"Kenapa ada mereka?" Akhirnya gadis itu mau untuk membuka suaranya.

"Kan biar rame. Rei suka kan kalau banyak orang." Ucap Rio tersenyum.

Amorei menggeleng tegas. "Tapi Rei gak suka sama orang asing."

Mendengar perkataan Amorei, Kevin yang berada di depannya menatapnya sendu. Apakah ia juga termasuk orang asing baginya. Walupun Kevin tahu bahwa pertemuan mereka hanya diisi dengan pertengkaran.

Rio menatap mereka dengan pandangan tak enak. "Emang Kevin juga orang asing?"

"Bukan Kevin. Tapi dua perempuan itu." Bahkan Amorei tidak sudi menyebutnya siapa. Amorei tahu bahwa dia tak seharusnya lansgung membenci wanita itu. Tapi Amorei sudah sedikit mengetahui apa yang terjadi antara papinya dan wanita itu.

Sedikit demi sedikit senyum Kevin mengembang setelah mendengar perkataan Amorei. Walau ada sedikit rasa sedih saat Amorei tidak menyukai adiknya dan juga mamanya.

"Cantik, kenapa gak suka sama tante?" Wanita itu tersenyum manis dihadapannya.

Amorei hanya diam menatap sendu ke bawah. Apa secepat ini papinya menemukan pengganti maminya. Tidak ada yang bisa menggantikan maminya.

"Rei." Peringat Rio lirih. Sungguh dia tidak enak dengan semuanya.

"Rei kalau lo gak suka sama gue, jangan benci mama gue juga." Ucap Killa. Gadis yang sedari menyimak kini membuka suaranya membuat semua mata menatapnya. Killa sedikit berdeham gugup.

Amorei berdiri dari tempat duduknya. "Lo sama mama lo itu sama aja. Pergi gak!" Amorei meninggikan suaranya.

Abim ikut berdiri. Cowok itu memeluk Amorei yang sudah menangis di pelukannya. "Jangan kayak gini, bayi."

"Usir mereka, Abim." Lirih Amorei.

Abim tidak menuruti kemauan kekasihnya itu. Dia meminta izin kepada Rio untuk pergi darisana. Abim membawa Amorei ke rooftop restaurant itu.

Tangan Abim memeluk tubuh Amorei erat. Matanya terpejam meresapi setiap lirihan yang keluar dari bibir Amorei.

"Rei, ada gue disini. Jangan takut."

Amorei menagis, memeluk Abim begitu erat. "Rei pengen sama mami, Abim."

"Nanti pasti ketemu, tapi gak sekarang. Gue masih butuh lo, sayang."

.....

Rambut coklat bergelombang itu berterbangan mengikuti angin yang berhembus. Amorei masih dengan nyaman memeluk Abim tanpa menghiraukan orang yang kini ikut berada di sampingnya.

Kevin memandang lurus kearah jalanan yang masih padat. Dia tersenyum tipis saat melihat Amorei sudah tenang.

Sejak Kevin ditugaskan untuk menjaga Amorei. Sejak itulah dia sudah menganggap Amorei sebagai adiknya. Menjahili Amorei bukan berarti dia tidak sayang pada gadis itu.

"Gue juga baru tahu Rei, kalau papi lo lagi deket sama mama gue. Dan jujur gue juga bingung harus bersikap gimana." Kevin menghela nafas pelan.

Amorei memejamkan matanya saat Kevin berbicara. Aneh rasanya jika papinya bisa semudah itu melupakan maminya. Apakah hanya dia sendiri disini yang masih berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi.

Kevin mendekat dan matanya menatap Amorei lekat. Tangannya hampir saja ikut mengusap rambut Amorei seperti yang Abim lakukan. Abim peka dengan hal itu.

"Gue udah anggap lo sebagai adek gue, Rei. Maaf ya kalau kedatangan mama dan adik gue menganggu lo. Tapi saat liat mama gue selalu senyum saat ketemu papi lo, gue bingung. Mama gak pernah sebahagia itu beberapa tahun terakhir ini." Ucap Kevin yang mulai menceritakan kedaan. "Gue seneng liat mama yang udah bisa senyum lagi. Dan adik gue yang mulai nganggep papi lo itu papa dia karena udah lama gak merasakan kasih sayang papanya."

"Terus gantian gitu, Rei yang sekarang harus sedih?" Tanya Amorei menangis.

Abim diam tetapi dia sangat tahu perasaan Amorei sekarang. Apapun keadaanya dia akan selalu berada dipihak Amorei. Karena Amorei adalah dunianya.

Kevin menatap Amorei sendu. "Bukan gitu, Rei. Tapi apa lo juga gak mau liat papi lo bahagia lagi?"

Amorei sudah muak mendengar semua kata yang keluar dari mulut Kevin. Amorei melepaskan pelukannya. "Kevin gak tau rasanya. Papi Rei itu hidup Rei. Terus Kevin dan keluarga Kevin mau ambil, jahat banget."

Abim yang merasa Amorei sudah lelah pun ikut turun tangan. Abim mengkode Kevin untuk pergi meninggalkan mereka berdua kembali. Kevin berjalan pelan dan merasa bersalah karena telah membuat Amorei kembali menangis.

"Mereka jahat, Abim." Eluh Amorei. Cewek itu masih menangis hanya itu yang bisa dilakukannya.

"Ssttt... Ada gue Rei, ada gue." Abim berkata dengan sangat lembut.

"Papi udah gak sayang Rei ya, Abim?"

"Gak mungkin, bayi. Lo pasti bakal selalu jadi nomor satu di hidup papi. Udah ya, jangan nangis lagi."

Rio mendengar semuanya dari pintu masuk rooftop itu. Semua langkah yang dia ambil, rasanya semua begitu menyakiti putrinya. Seharusnya dia yang membuat senyuman Amorei merekah bukan tangisan lirih yang begitu menyakiti hati.

TBC

Spam "🦋"

Follow Instagram 💙
@cutyusi_

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang