21

2.2K 113 13
                                    

Pagi kali ini adalah salah satu pagi yang terburuk untuk memulai hari. Sejak tadi malam Amorei sama sekali tidak ingin berbicara kepada papinya. Saat Rio berusaha mendekat, Amorei langsung menghindarinya dengan cepat.

Semua terasa kelabu bagi Amorei. Hidupnya yang semula diisi dengan kebahagiaan kini berputar begitu cepat. Apakah dia juga harus kehilangan papinya juga kali ini? Amorei duduk di pinggir kolam renang rumahnya, kakinya sedikit ia celupkan ke dalam air. Sambil menunduk menikmati angin yang berhembus ke arahnya, Amorei memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Amorei merasa jika dia hanya terus menangis maka dia akan kalah. Amorei tidak mau jika Abim dan papinya akan diambil oleh dua orang itu. Hingga akhirnya Amorei tersenyum tipis. Amorei terkesiap. Saat ada tangan yang mengusap rambutnya.

"Papi." Sapa Amorei.

Seketika Rio mengerutkan dahinya. Seingatnya putrinya itu masih marah dan tidak mau berbicara kepadanya. Tapi mengapa sekarang Amorei malah menyapanya sambil tersenyum.

Rio ikut duduk mengikuti Amorei. "Pagi princess papi." Ucap Rio mencium kepala Amorei sayang.

Amorei menatap papinya lekat. Kali ini Amorei tidak boleh diam begitu saja. Sudah cukup kemarin dia meratapi nasibnya dan kini Amorei yang lama akan kembali.

Tangan Rio memegang kedua tangan Amorei, membuat gadis itu menatap sepenuhnya pada sang papi. Rio menghembuskan nafas pelan seraya menatap putrinya.

"Rei udah gak marah sama papi?" Tanya Rio.

"Jadi, papi maunya Rei marah sama papi ya?"

Rio menggeleng cepat. "Bukan gitu maksud papi, princess."

Amorei tertawa pelan melihat kepanikan papinya. Kejadian seperti ini yang akan selalu Amorei rindu nantinya. Semua terasa begitu indah jika tidak ada pengganggu.

"Maafin papi ya. Maaf kalau misalnya papi belum bisa bikin Rei bahagia." Rio berkata dengan sangat tulus. Kedua mata Amorei langsung berkaca-kaca. Papinya adalah cinta pertamanya.

"Papi udah jadi papi yang terbaik. Malah Rei yang harusnya minta maaf karena belum bisa banggain papi." Balas Amorei menangis. Selalu topik ini yang bisa membuatnya bersedih.

Rio menarik Amorei mendekat. "Sama kayak kata Rei. Putri papi ini udah jadi paling yang terbaik di hidup papi." Terang Rio mengusap kepala Amorei menenangkan. "Maaf untuk tadi malam ya, sayang. Papi tahu kalau misalnya Rei masih kecewa sama papi."

"Papi lagi deket ya sama perempuan itu?" Bahkan Amorei enggan untuk menyebut namanya.

"Papi cuman sahabatan gak lebih. Papi cuman bantu keluarga meraka aja, karena kebetulan juga almarhum suaminya itu teman papi juga." Rio mulai menjelaskan semuanya kepada Amorei.

Amorei mengerjapkan matanya, apapun alasannya dia sama sekali tidak menyukai hal itu. Dia menangis dengan pelan.

"Rei gak suka mereka, papi. Sekarang Rei cuman punya papi dan papi mau ninggalin Rei juga?"

Tangis Amorei begitu lirih membuat Rio ikut menitikkan air matanya. Rio menarik Amorei ke dalam pelukannya.

"Sttt.... Papi disini dan akan selalu di samping Rei. Jangan nangis, princess." Rio berkata sambil terus memeluk Amorei.

Dia mendekap Amorei agar putrinya itu merasa lebih tenang. Pembicaraan seperti inilah yang harus mereka lakukan agar saling mengerti satu sama lain. Ikatan seorang ayah dan putrinya itu akan selalu hangat jika seperti ini.

"Rei gak mau kalau papi sama dia." Ucap Amorei langsung. Sedetik usai Amorei berkata demikian, Rio menghela nafas lirih. Amorei tahu itu tapi dia harus mengutarakan maksudnya sebelum semuanya terlambat.

Dan Amorei tidak akan membiarkan siapa pun itu akan masuk ke dalam lingkupnya. Mulai saat ini Amorei akan lebih berani kepada siapa pun itu. Amorei tidak akan membiarkan mereka merusak kebahagiaanya.

"Papi gak suka kan sama perempuan itu?" Amorei bertanya. Rio terdiam. Mata Amorei memanas melihatnya. "Papi jawab Rei." Desak Amorei kembali menangis.

Sampai beberapa menit berlalu, Rio masih belum membuka suaranya. Namun sekarang Rio mengeratkan pelukannya dan menumpukan kepalanya di atas kepala Amorei.

"Papi..." Panggil Amorei lirih.

Rio tidak tega dan memejamkan matanya merasa bersalah. "Papi gak suka sama dia, sayang." Jawab Rio pelan pada akhirnya.

Sekarang gantian Amorei yang terdiam. Amorei tidak tahu itu jawaban jujur atau bohong. Tapi yang pasti Amorei berharap itu adalah jawaban sesungguhnya. Walaupun itu adalah sebuah kebohongan, Amorei akan ada seribu cara untuk membuat itu semua menjadi kenyataan yang sesungguhnya. Lihat saja apa yang akan dia lakukan ke depannya.

Mereka berdua hanyut dalam keheningan yang membuat mereka nyaman. Rio mengusap rambut putrinya dengan lembut.

"Rei dan mami akan selalu jadi nomor satu di hidup papi." Ucap Rio.

"Janji ya papi." Ucap Amorei seraya menatap papinya sungguh-sungguh. Amorei menyodorkan kelingkingnya kehadapan Rio.

Rio tersenyum melihatnya. Tangannya ikut untuk menyatukannya. "Papi janji." Amorei tersenyum senang akan hal itu.

"Sayang papi." Seru Amorei dengan keras. Amorei kembali menerjang Rio dengan pelukannya.

"Sayang juga princessnya papi ini."

Usai itu, keduanya berencana akan menghabiskan waktunya bersama lagi. Di dalam kepala Amorei sudah menyiapakan cara apa yang sangat cepat agar menajuhkan papinya dari wanita itu.

Rio mengajak Amorei untuk masuk karena udara pagi kali ini semakin dingin. Setelah melihat papinya masuk kedalam kamar barulah Amorei ingin masuk juga ke dalam kamarnya.

Baru saja kakinya ingin masuk tapi terdengar bel dari dalam rumah. Amorei menunggu beberap detik masih juga belum ada yang membukakannya, mungkin saja bibinya itu tidak dengar. Dan Amorei berencana untuk membukanya.

Mata Amorei membulat saat tahu siapa yang datang.

"Tante ngapain ya kesini? Ganggu aja."

Jangan lupakan Amorei  yang sudah menyiapakan beribu cara agar menjauhkan papinya dari wanita itu. Tunggu saja apa yang akan dilakukannya kedepannya.

TBC

Spam "💙"

Follow Instagram 💙
@cutyusi_
@scrittoretu

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang