17

2.2K 110 8
                                    

Amorei munuruni tangga dengan sempoyongan. Amorei berjalan lebih cepat saat melihat Abim dan papinya sudah duduk di meja makan.

"Eh princess udah bangun." Mendengar suara itu, Amorei berlari memeluk Rio yang merentangkan tangannya.

Amorei mendesah lesu. "Rei masih ngantuk banget, papi." Eluh Amorei.

Rio tersenyum maklum. Tangannya menarik lembut Amorei agar duduk di bangku sebelahnya. "Makan dulu baru boleh tidur lagi." Ucap Rio menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya. "Liat tuh, Abim aja udah mandi. Udah selesai makan juga, masa pacarnya masih bau iler sih."

Perkataan papinya membuat Amorei menatap Abim sepenuhnya. Amorei memperhatikan Abim yang memang sudah rapih duduk di hadapannya. Lalu dia melirik dirinya sendiri yang masih menggunakan baju kemarin.

"Tapi Rei gak bau kok." Bela Amorei. Raut wajah menggemaskan gadis itu seolah meyakinkan dua orang disana.

Abim tertawa. Untung saja dia yang menjadi kekasih Amorei . Gadis itu terlalu menggemaskan untuk menjadi milik orang lain.

"Kok tapi Abim kayak nyium bau gitu ya, pi." Ucap Abim sambil menutup hidungnya.

Rio mengangguk setuju. "Iya, kayaknya baunya dari yang samping papi ini." Tentu saja Rio bohong dengan ucapannya. Karena sebenarnya Amorei tidak bau sama sekali.

"Rei ngambek." Amorei memalingkan wajahnya.

Abim berpindah posisi, yang semula berhapan kini menjadi disamping Amorei. Pria itu dengan telaten mulai menyuapi Amorei walaupun ada perdebatan kecil sebelumnya.

Rio terkekeh melihat pemandangan di sampingnya. Tersenyum sendu saat mengingat bayangan sang istri yang masih sangat melekat. Pria itu bangkit dari duduknya dan mengecup puncak kepala Amorei.
"Papi ke kantor sebentar ya, princess." Pamit Rio mengusap rambut Amorei.

Amorei mendongak dan menatap papinya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Ini kan hari libur, kok papi ke kantor sih." Amorei mencebikkan bibirnya kesal.

"Papi ada urusan sebentar. Gak papa ya sayang, papi janji bakal pulang cepet." Rio pelan-pelan membujuk putrinya. Rio juga merasa tidak tega meninggalkan Amorei yang tampaknya menunjukkan raut sedihnya.

Abim ikut membujuk Amorei. Dia kasihan melihat Rio yang tampak bingung harus membujuk Amorei lagi. "Kan ada gue, nanti kalau lo mau kita pergi. Boleh kan, pi?"

"Boleh kok. Sama Abim yang baik ya sayang. Nurut ya sama Abim." Ucap Rio.

Amorei akhirnya sedikit luluh akibat beberapa bujukan dari kedua lelaki itu. "Hati-hati papi." Hanya itu ucap Amorei.

"Iya, princess. Papi pergi ya." Pamit Rio sekali lagi mencium puncak kepala Amorei. "Titip Rei ya, Abim."

"Iya, aman." Balas Abim mengangguk.

Amorei memandang sendu punggung tegap papinya yang perlahan menghilang dari pandangannya. Tak dapat dipungkiri ada rasa janggal yang Amorei rasakan. Amorei merasa papinya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Abim mengusap kepala Amorei. Dia tersenyum tulus dan membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Dan senyuman itu menular pada Amorei.

"Sayang Abim banyak-banyak." Abim tertawa, semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu.

.....

"Hey, udah nunggu lama ya?" Ucap seorang pria yang datang dengan tergesa-gesa. Dan langsung duduk di kursi dihadapannya.

"Enggak kok, aku juga baru dateng." Balas wanita didepannya.

"Kamu udah pesen makanan?" Tanya pria itu lagi.

Wanita itu mengangguk. "Aku sekalian pesenin kamu juga." Jawabnya. "Makasih ya udah mau dateng. Aku kira kamu gak bakal dateng. Sebenernya aku juga gak enak takut ganggu waktu kamu sama putri kamu itu." Ucap wanita itu tersenyum tulus.

"Aku  juga gak tega ninggalinnya tadi, tapi kayaknya kamu lebih butuh." Pria itu menatap wanita didepannya.

"Kamu masih sama kayak dulu ya."

TBC

Follow Instagram 💙
@cutyusi_

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang