40

795 66 5
                                    

Rio memperlambat langkah kakinya saat dilihatnya perempuan yang beberapa bulan kebelakang ini sudah tidak bertemu dengannya. Seperti janjinya pada putrinya, ia sudah mulai tidak memberikan celah. Baru beberapa hari dia pulang dari urusan bisnisnya.

Pagi ini, lelaki itu kembali bertemu dan dia merasa canggung saat sebuah pasang mata disana menatapnya sendu. Rio tidak ingin lagi ada kesalahpahaman. Maka dari itu dia harus meluruskannya sekarang.

Tepat dihadapannya sekarang, Rani menatapnya dengan penuh kekecewaan. Saat Rio ingin mengatakan sesuatu, perempuan di depannya sudah lebih dulu berbicara.

"Kita emang gak ada harapan lagi ya?" ucap Rani bergetar. "Atau memang selama ini aku aja yang terlalu berharap lebih dengan perlakuan kamu." Perempuan itu tidak dapat menahan air matanya.

"Aku cuman bantu kamu karena kamu teman aku, gak lebih. I'm sorry, Ran." Hanya itu yang dapat Rio ucapkan. Bagaimanapun dia sudah terlalu brengsek membuat perempuan di depannya terlalu berharap lebih padanya.

Rani mengusap air matanya. Kemudian dia memberikan sebuah undangan kepada Rio. "Maaf kalau aku selama ini terlalu memaksakan perasaan."

Rio mengamati undangan yang sekarang berada di genggamannya. Tertulis nama perempuan yang berada di depannya sekarang dan juga nama lelaki yang dia kenal.

Bibir Rio terasa kelu untuk mengucapkan sesuatu. Dia tidak tahu harus meresponnya seperti apa. Jujur saja Rio sedikit lega saat melihat undangan tersebut.

"Aku dijodohin sama papa. Awalnya aku mencoba menolak, tapi pada akhirnya aku terima. Karena aku yakin mungkin aja ini adalah takdir yang terbaik untuk aku." ucap Rani sambil tersenyum. Tetapi Rio tahu itu hanya senyum palsu.

Rio memandang Rani dengan senyum tipisnya. "Congrats, Ran. Aku yakin bahwa kamu akan segera menemukan kebahagian yang memang kamu inginkan. Maaf bahwa aku gak bisa balas perasaan kamu." Tangan kanan Rio terjulur kedepan, menunggu Rani menjabat balik tangannya.

Rani menjabat tangan itu yang terasa dingin. "Aku harap kamu dateng dan sampaikan permintaan maaf aku juga ke putri kamu."

Keduanya berhasil untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri sesuatu yang sebenarnya belum dimulai.

"Aku pasti datang sama Rei." ucap Rio mantap.

Rani tidak mengalihkan sedetik pun tatapannya dari Rio. Mungkin ini adalah tatapan terakhir dengan dekat yang dapat dia lakukan. Karena sepeninggalnya dari sana, dia akan mulai benar-benar melepas pria itu. Beruntungnya Gina yang dicintai pria itu sampai perempuan itu sudah menutup usia. Bagaimanapun dia tahu bahwa cinta pria itu sudah habis dengan mendiang istrinya. Dan seberapa besar usahanya tidak akan membuat Rio akan mencintainya.

"See you, Rio."

"See you, Ran. Bahagia terus ya. Aku kenal baik dengan calon suami kamu. Aku percaya dia bisa bahagiain kamu. Sekali lagi maaf. Dan titip salam juga buat Kevin dan Killa." tulus Rio. Perkataan yang Rio ucapkan bukan membuat Rani merasa lega tetapi perempuan itu kembali berkaca-kaca.

Sosok pria yang selalu dikagumi sejak dulu. Pria yang selalu ada untuknya walaupun dengan hanya status teman. Kini sudah cukup sampai disini.

"I loved you, Rio." ucap Rani saat pria itu mulai membalikkan tubuhnya ingin pergi dari hadapannya.

"Terimakasih banyak, Rani." balas Rio sebelum kembali benar-benar pergi dari hadapan Rani. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Semua sudah selesai.

Untuk sekarang Rio harus fokus untuk putrinya. Salah satu peninggalan Gina yang bisa dia rasakan dengan nyata. Dengan ini Rio serius untuk tidak ingin membuka hatinya untuk siapa pun lagi.

.....

"Lo gak lagi galau kan?"

Jari yang sedang begerak  mengetik terhenti saat mendengar celetukan dari seseorang yang duduk di depannya. Matanya tidak lagi fokus menatap layar laptopnya. Secangkir kopi yang tersisa setengah itu, dia minum secara perlahan.

"Apa yang harus gue galauin?" tanya balik pria itu.

Dani berdecak kesal mendengar pertanyaan Rio. Kepala Dani menggeleng pelan. "Kali aja lo sedih ditinggal nikah." setelah mengucapkannya, dia tertawa dengan sangat kencang.

Rio kembali memutuskan pandangannya dari Dani. Untung saja lelaki itu adalah temannya sejak dulu dan mungkin akan selamanya. Tak lama, Rio ikut tertawa pelan.

"Gue seneng sih. Beban yang selama ini selalu gua pendam akhirnya selesai tanpa gue tahu secepat ini." ucap Rio santai lalu membawa tubuhnya untuk bersandar disofa yang sedang dia duduki.

"Gue juga gak nyangka dia mau nikah. Gue kira dia bakal terus ngejar lo." Dani menyipitkan matanya kearah Rio. "Lo beneran gak galau kan?"

Rio melempar pena yang ada di meja. Dia sama sekali tidak merasa sedih ataupun merasa kehilangan. Hanya saja Rio merasa bersalah telah membuat perempuan itu memangis. Ya... hanya itu. Rio dapat pastikan hanya hal itu.

Seketika Rio berdecak saat melihat tatapan jahil dari seseorang di depannya. Dia berniat melemparkan sesuatu lagi.

Dani dengan sigap mengangkat tangannya. "Iya, percaya gue. Gini amat sih calon besan."

"Berhenti natap gue kayak gitu." decak Rio. Menyebalkan sekali melihat sikap Dani yang jahil seperti itu.

"Yaelah, Rio. Eh, gimana kabar mantu gue?" tanya Dani sambil menaik turunkan alisnya.

Seketika Dani kembali mendapat lemparan barang. Dani tertawa karena selalu berhasil memancing emosi sahabatnya itu.

"Masin calon woi."

"Galak amat buset. Tapi makasih, udah ngerestuin hubungan Abim dengan Rei." Bagaimanapun juga Dani sangat tahu bahwa Rio menyayangi putrinya begitu dalam.

Tatapan tajam Rio memudar, digantikan senyuman tipis. "Gue yang makasih karena lo udah bantuin gue juga jagain Rei."

"Rei anak gue juga kali, jadi tenang aja."

"Anak gue." cetus Rio.

"Ya, anak gue juga." balas Dani.

"Anak lo tuh Abim."

"Rei yang anak gue." ucap Dani tidak mau kalah.

"Diliat-liat anjing juga lo ini." kesal Rio yang disusul tawa keras oleh Dani.

Setidaknya Dani bisa mengalihkan Rio dari kejadian tadi yang membuatnya sedikit diam.

TBC

Happy reading everyone! selamat malam minggu

Makasih semuanya yang masih setia dengan cerita ini. Sehabis ini adalah waktu romantis nya Abim dan Amorei yeayyyyy

Ig :
@cutyusi
@scrittoretu

Tiktok :
@cutyusiii
@scrittoretu

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang