13

2.5K 131 3
                                    

Abim menghembuskan nafas lega. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa menenangkan Amorei. Cewek itu masih terus menolak akan adanya Kevin yang menjaganya. Abim juga sudah membicarakannya kembali pada Rio, tapi pada akhirnya Abim kembali setuju dengan alasan Rio.

Amorei kini sedang memeluk tubuhnya erat seperti tidak ingin dilepaskan. Dilihatnya Amorei yang terlihat mengantuk. Abim pun yang paham langsung mengusap punggungnya.

Perlakuan Abim membuat mata Amorei bertambah berat.

"Rei ngantuk." Kata Amorei. Dia mencari tempat ternayaman di dalam dekapan Abim. Tubuhnya benar-benar memeluk Abim dengan sempurna.

"Tidur sayang." Suara Abim terdengar menenangkan. "Gue tungguin lo sampe bangun. Jadi tidur sekarang."

Abim mencium sekilas puncak kepala Amorei. Memberikan kenyaman agar Amorei terlelap dengan nyenyak. Dia kemudian menumpukan kepalanya diatas kepala Amorei.

"Awas ya bohong." Celetuk Amorei tiba-tiba yang membuat Abim sedikit tersentak. Abim kira kekasihnya itu sudah tertidur.

"Iya, bayi. Udah tidur yok. Gue juga ngantuk nih." Abim menguap dengan pelan.

Amorei mengangguk dan mulai memejamkan matanya tenang. Setelah merasa Amorei sudah benar tertidur membuat Abim diam dengan tangan yang mengelus rambut Amorei.

"Pasti lo bakal nolak bener pas tahu kalo Kevin itu kakaknya Killa."

Setelah itu, Abim memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya pada gadis di dalam dekapannya.

.....

"LO SEKARANG ADA PENJAGA PRIBADI?!" Pekik Anna dengan kencang. Dia terkejut mendengar perkataan Amorei tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini. Anna tidak menyangka Amorei akan semakin dijaga dengan ketat. Padahal dengan adanya Abim saja yang ada disisi Amorei sudah membuat gadis itu tidak bisa kemana mana.

"Iya, namanya Kevin jelek." Amorei menaruh kepalanya lesu dimeja.

"Terus Abim gimana?" Tanya Anna, dia agak sedikit tidak menyangka bahwa Abim juga memberi izin untuk Amorei berdekatan dengan cowok lain. "Emangnya dia gak papa, lo kadang di rumah ditemenin sama si Kevin itu?"

Amorei mengangguk. "Papi udah bicarain itu sama Abim. Dan Abim juga setuju soalnya Abim juga lagi sibuk kuliah kan sekarang."

Mereka berdua kini tengah berada di café dekat kampus mereka. Sepulang dari kuliah, mereka berencana bertemu karena sudah lama tidak mengobrol akibat kesibukan masing-masing. Sambil menunggu Abim selesai dari kelas maka dari itu Amorei diperbolehkan oleh lelaki itu.

"Tapi si Kevin itu baik kan. Soalnya kalau diliat dari cerita lo kalian juga udah kenal dari kecil." Ucap Anna sambal meminum minumannya.

"Baik sih tapi Rei gak suka." Amorei mecebikkan bibirnya.

"Gak suka kenapa?"

"Gak tau." Amorei berkata sambal mengedikkan bahunya acuh.

Anna mengehela nafas kasar melihat sahabatnya itu. Sebenarnya sedikit ada rasa kasihan saat Amorei menceritkan bahwa dia tidak menyukai si Kevin itu tapi jika melihat begini dia malah ikut setuju saja dengan keputusan papi cewek itu.

"Bukannya itu papi?" Gumam Amorei mengerjapkan matanya ragu. Amorei berdiri dari duduknya dan panik saat sosok yang dikiranya papinya itu mulai menjauh.

Amorei berjalan cepat meninggalkan tas dan juga Anna yang masih bingung mengapa cewek itu berjalan meninggalkannya sendiri tanpa bicara apa pun.

"REI!" Teriak Anna yang dihiraukan oleh Amorei.

Amorei mengedarkan pandangannya. Pikirannya berkelana kemana-mana saat melihat adegan tadi. Sejujurnya, dia belum memastikan itu benar papinya dan jika benar siapa wanita yang ditenangkan oleh papinya tadi.

"Itu beneran papi." Ucap Amorei kembali berlari saat menemukan keberadaanya. "PAPI!"

Mungkin karena suara bising lalu lintas membuat suara tidak terdengar sama sekali. Amorei mempercepat langkah kakinya tanpa melihat sekelilingnya.

Terlambat. Mobil papinya itu sudah pergi tepat saat dia akan menyebrangi jalan. Amorei menggeleng pelan.

"Itu pasti cuman rekan kerja papi kan." Lirih Amorei berkaca-kaca.

.....

"Lo kenapa sih dari tadi diem mulu?" Tanya Abim menarik Amorei untuk mendekat.

Bibir Amorei melengkung ke bawah. Cewek itu terus memikirkan kejadian tadi siang. Sebenarnya sudah hal biasa jika rekan kerja papinya wanita tapi apa iya rekan kerja perlakuannya seperti tadi.

"Papi belum pulang ya?" Amorei bertanya dengan pelan.

"Belum. Bentar lagi kan biasanya." Balas Abim menenangkan. Cowok itu juga tidak tahu apa yang sedang memenuhi pikiran kekasihnya. Tapi Abim tahu bahwa Amorei tadi tiba-tiba berlari meninggalkan cafe dari cerita Anna.

Amorei memeluk Abim dengan kencang. "Abim gak bakal tinggalin Rei kan?"

"Enggak bakal." Tegas Abim mengusap rambut Amorei.

"Walau Abim gak cerita tapi Rei tetap tahu." Ucap Amorei pelan.

Abim mengerutkan keningnya. "Tentang apa? Tanya aja, mungkin aja ada sesuatu yang memang belum gue certain. Pasti gue kasih tahu."

"Killa." Ucap Amorei singkat.

Mendengar itu membuat Abim menghela nafas kesal. Pasti perempuan itu kembali berulah menganggu Amorei. "Lo pasti udah tahu ya kalo gue satu kelas sama dia. Lo tahu dia gimana jadi gak usah dipikirin itu nenek sihir. Cukup pikirin diri lo aja."

"Rei takut kalau Rei akhirnya bakal sendirian. Rei sekarang cuman punya papi sama Abim. Kalau kalian pergi, Rei sama siapa?" Tanya Amorei menangis.

Kejadian akhir-akhir ini membuatnya sedikit merasa cemas yang berlebih. Amorei suka memikirkan tentang kejadian buruk yang mungkin akan terjadi ke depannya.

"Kata siapa gue bakal ninggalin lo?" Tanya Abim dengan suara rendanhnya. "Gue disini. Gak bakal kemana-mana."

"Semua orang bisa bohong, Abim."

"Gue enggak." Balas Abim dingin. Sedikit tidak suka tentang pernyataan Amorei.

Amorei menatap Abim dengan air mata yang menetes. "Kalo Abim sama papi pergi, Rei juga mau pergi ikut mami."

TBC

Follow Instagram 💙
@cutyusi_

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang