22

2K 118 20
                                    

"Tante ngapain ya kesini? Ganggu aja."

Rani terhenyak saat mendengar penuturan dari Amorei. Sedikit tidak menyangka bahwa gadis didepannya itu dapat berbicara tidak sopan. Rani kembali tersenyum mengabaikan perkataan Amorei.

"Papinya ada, cantik?" Tanya Rani. Lalu dia menyodorkan paper bag yang berisi makanan kehadapan Amorei. "Ini buat, Rei. Dimakan ya, tante denger dari Kevin kalau Rei suka yang manis-manis."

Amorei menatap datar benda itu. Sebenarnya ada perasaan tidak tega melakukan hal ini kepada wanita itu. Tapi Amorei harus tetap menjalankan misinya.

Wanita paruh baya yang berada di depan Amorei itu mengkode agar Amorei segera mengambilnya. Rani mulai aneh melihat gadis itu. Belum sempat dia berbicara datang dari arah depannya seseorang yang dia cari dari tadi.

"Rani?" Rio terkejut saat melihat temannya itu ada di rumahnya. Dan Rio melirik cemas kearah Amorei yang juga menatapnya sekarang.

"Ini aku bawain kue buat Rei, tapi Rei nya malah diam aja. Malu ya, cantik." Ucap Rani menyodorkannya kembali tetapi kali ini kearah Rio.

Rio menerimanya dengan tersenyum canggung. "Makasih ya jadi ngerepotin kan."

"Gak sama sekali kok."

"Tante kesini cuman mau bawain kue aja? Kalau iya bisa pulang sekarang." Ucap Amorei sambil memeluk lengan papinya.

"Hey princess, jangan gitu." Tegur Rio pelan. Tentu saja Rio tidak ingin menyakiti hati putri kesayangannya.

Rani menatap Amorei dengan pandangan yang tidak biasa. "Tante ada sesuatu yang pengen dibicarain dengan papi kamu."

"Masuk aja, daripada di depan pintu kayak gini gak enak masa berdiri." Ucap Rio mempersilahkan.

Amorei menarik sedikit tangan papinya kemudian dia berjinjit untuk membisikkan sesuatu. "Rei kesel."

Tanpa menunggu persetujuan Amorei, Rio segera menuntun Amorei untuk ikut duduk bersama. Rio melakukan hal ini juga ada sebabnya. Apalagi jika tidak ingin membuat Amorei semakin salah paham.

Amorei pun pasrah. Lagi pula dia ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh keduanya.

Rani diam di tempat duduknya sambil mengamati dua orang didepannya. Matanya tertuju kearah Rio.

"Rio." Rani memanggil orang didepannya.

"Iya, kamu ada perlu apa kesini?"

"Kita gak bisa ya ngobrolnya berdua aja. Bukan apa-apa, tapi aku rasa ini sedikit privasi." Rani memberi tahu.

"Emangnya apa sih yang mau dibicarain?" Amorei melanjutkan. "Apa tante gak suka ya sama Rei?"

Rio menggeleng samar agar Rani tidak membalas perkataan Amorei.  Rani diam mengikuti perintah dari Rio.

"Princess, masuk dulu ya itu sambil bawa kuenya. Papi bicara dulu bentar ya." Kata Rio.

Tanpa banyak bicara lagi, Amorei segera pergi dari sana. Tatapannya seakan menggambarkan kebencian yang mendalam.

Ini termasuk hari yang suram bagi Amorei. Daripada sebal dan tidak dapat apa-apa lebih baik dia sedikit bersembunyi agar bisa mendengarkan. Dia menunggu pembicaraan keduanya, tetapi sama sekali belum terdengar apa pun dari sana.

Ketika pandangan di depannya menggelap, Amorei spontan menghadap  ke atas dengan raut wajah terkejut karena berfikir bahwa dia ketahuan. Namun, yang ada di hadapannya saat ini adalah Abim.

Amorei berdiri dengan senyum lebarnya. Abim mengusap puncak kepala Amorei lembut.

"Abim!" Amorei langsung melompat dan memeluk Abim sangat kencang. Rasa kesal Amorei menguar setelah ada Abim dihadapannya.

Abim terkekeh. Dia mengeratkan pelukannya dan menikmati wangi Amorei. Abim menggoyangkan pelan tubuh Amorei.

Tanpa Amorei bilang kepadanya, Abim sudah tahu apa yang dilakukan Amorei tadi. Kelihatannya Amorei melupakan kegiatannya tadi.

"Jalan-jalan yok." Ajak Abim. Saat ini dia hanya ingin mengembalikan mood Amorei saja. Dan agar Amorei tidak terlalu pusing tentang semuanya.

"Ayok! Tapi..." Amorei seketika ingat dengan kegiatan awalnya.

Abim menggendong Amorei lalu berlari kencang. "Udah gak usah mikir lagi. Let's go."

....

Sekitar setengah jam Abim dan Amorei sudah menghabiskan waktu di kedai es krim. Tempat ini menjadi tempat nomor satu yang ingin Amorei kunjungi. Karena hari ini Abim membebaskannya memilih apapun itu.

Abim siap mengantar kemanapun Amorei mau. Dan juga Abim akan menuruti semua permintaanya hari ini. Demi kesenangan Amorei, Abim akan lakukan yang terbaik.

"Enak banget, Abim!" Amorei berucap riang.

"Enak sih enak, tapi jangan kebanyakan juga." Kesal Abim. Abim mengambil tisu dan membersihkan sisa es krim yang ada di bibir Amorei.

"Rei sayang Abim." Amorei memeluk cowok disampingnya erat.

Sepasang kekasih itu berpelukan singkat mengingat dimana mereka sekarang. Abim mengacak rambut Amorei gemas.

Senyum Abim terukir di wajahnya. Melihat wajah manis Amorei yang riang membuatnya gemas seketika.

"Harus senyum kayak gini terus, oke bayi?" Abim berkata.

"Oke Abim." Amorei menjawabanya sambil tertawa.

Amorei masih mempertahakan senyum manisnya.

Tawa Amorei sedikit sirna ketika dia larut dengan keadan yang sesungguhnya. Amorei menatap Abim dengan berkaca-kaca.  "Makasih banyak ya, Abim."

Abim tersenyum menenangkan. Dia paham apa yang Amorei rasakan sekarang. Pasti berat menghadapinya dan tidak mudah juga bagi gadis itu untuk menerimanya dengan cepat.

"Gue yang harusnya makasih. Makasih karena udah ada di hidup gue. Mungkin gue gak bisa gambarin seberapa pentingnya lo di hidup gue. Tapi... lo itu penting baget Rei." Segera saja Abim menarik Amorei mendekat untuk memberikan sebuah dekapan hangat.

"I love you, Abim."

"Love you more, bayi."

TBC

Spam "🍦"

Follow Instagram 💙
@cutyusi_
@scrittoretu

I'm sorry, guys. Maaf karena lama. Dan makasih buat yang selalu baca! Love you💙

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang