25

2.5K 155 9
                                    

Amorei menghela nafas lemah. Tubuhnya terasa sangat hangat. Sepertinya perkataan Abim dan papinya memang benar. Karena Amorei merasa sekarang badannya sangat lemah.

"Papi... Abim..." Lirih Amorei.

Untuk mengganti posisi tidurnya saja, Amorei merasa tubuhnya tidak mampu. Sekarang ada dua hal yang menjadi faktor dirinya jatuh sakit. Yang pertama terlalu banyak memakan es krim. Karena nyatanya Amorei tidak bisa terlalu banyak memakan atau meminum makanan yang dingin. Dan satu lagi, Amorei tidak bisa terlalu banyak pikiran.

Sekarang keadaanya justru mendukung hal itu. Amorei bahkan terlalu memendam semuanya sendirian. Cewek itu kembali memejamkan matanya.

Tubuhnya tidak bisa diajak kompromi untuk saat ini. Dan Amorei pasrah. Deru nafasnya memberat, flu menyerangnya.

"Bayi, udah bangun belum?" Suara itu dapat membuat Amorei untuk membuka matanya kembali.

Amorei melihat Abim yang sudah tampak segar dengan pakaian santainya. Amorei menyerngitkan dahinya.

Paham dengan tatapan Amorei, Abim segera berkata. "Hari ini gue gak ada kelas. Lagian kalau adapun gue bakal tetap izin. Karena sekarang pacar gue lagi sakit." Abim mencubit kecil hidung Amorei.

Tangan Abim terulur untuk mengecek suhu badan Amorei yang hangat bahkan mulai sangat panas. Abim memberikan tatapan khawatirnya.

"Pusing ya? Udah gue bilang jangan banyak-banyak makan es krim." Amorei tampak diam saja. Memang semua ini salahnya dan sekarang dia harus menanggungnya.

"Lo banyak pikiran ya? Gue sedih, karena gue pikir gue udah tahu semua tentang lo karena lo selalu cerita semuanya. Tapi gue salah. Masih banyak hal yang lo gak mau bagi sama gue." Abim terlihat memandang Amorei dengan tatapan sendunya. "Gue rupanya belum bisa jadi tempat yang lo percaya buat bagi semuanya."

Mata Amorei memanas. Amorei mengerjapkan matanya saat dia tidak berhasil menghalau air mata yang akan jatuh. Isak tangis Amorei mulai mendengar.

"Kok malah nangis sih." Abim mendekat, menarik tubuh Amorei untuk masuk ke dalam pelukannya.

Amorei menumpahkan tangisnya disana, dia memeluk Abim dengan erat. Abim menumpukan dagunya di atas puncak kepala Amorei. Cowok itu menepuk-nepuk pungung Amorei menenangkan. Abim tahu bahwa Amorei kuat. Tapi sekuat-kuatnya Amorei, ia masih butuh seseorang yang bisa dibagikannya seluruh perasaanya.

Sepertinya Abim harus memberitahu mamanya tentang keadaan Amorei saat ini. Pastinya saat mendengar kabar ini mamanya itu akan khawatir dan akan langsung datang kesini. Dan Abim harap mamanya bisa mengerti tentang Amorei karena sama-sama perempuan. Amorei bahkan sangat dekat dengan mamanya.

"Jangan nangis, sayang." Bisik Abim, mengusap kepala Amorei.

Tangisan Amorei begitu menyesakkan ditelinga Abim. Abim sampai meringis saat memeluk Amorei karena suhu tubuh gadis itu.

"Rei pingin kayak dulu aja. Sekarang Rei gak kuat, Abim."

Abim menepuk-nepuk punggung Amorei untuk membuatnya tenang. "Gak boleh ngomong gitu. Gue selalu sama lo, bayi."

Amorei kembali menangis setelahnya. Dan Abim dengan setia memeluknya kembali dengan pelukan yang hangat. Amorei bersyukur punya Abim dihidupnya.

.....

Saat mendengar putrinya jatuh sakit, Rio sangat panik. Dia menelpon kakaknya untuk memeriksa Amorei secepatnya. Ingin membawa putrinya itu ke rumah sakit tapi dia tidak tega melihat Amorei yang merengek tidak mau. Jika ingin dipaksakan juga nantinya akan lebih berdampak buruk untuk kesehatannya.

Keadaan Amorei masih belum ada perubahan. Suhu tubuhnya masih tinggi. Bahkan Karin sudah memberikan Amorei obat yang bagus. Semua orang panik saat Amorei kembali jatuh sakit.

Sesudah memeriksa Amorei tadi, Karin sedikit mengintrogasi adiknya itu. Karin menceramahi Rio dengan tegas. Bahkan tadinya mengancam membawa Amorei agar ikut bersamanya. Tentu saja Rio marah akan hal itu.

Dan sekarang Rio termenung di sisi tempat tidur Amorei. Tangannya menggenggam sebelah tangan Amorei. Kini dia bergantian dengan Abim menjaga Amorei. Karena Abim pulang untuk membersihkan diri dan juga sekalian mengajak mamanya itu untuk bertemu Amorei.

Rio masih diam, ia termenung menatap wajah pucat Amorei. Amorei terlihat damai dalam tidurnya. Akhirnya Amorei bisa tidur dengan tenang walalupun tadi sedikit mengeluh akan suhu tubuhnya yang sangat panas.

"Princessnya papi." Rio tersenyum mengusap kepala Amorei. Jika diperhatikan Amorei lebih mirip dengannya. Tapi juga lumayan banyak mirip dengan Gina. Rio merasa Amorei benar-benar jiplakan dengannya saat kecil. Jika masih ada Gina disini pasti keduanya masih mendebatkan hal itu.

Terkadang Gina masih tidak terima saat Rio mengejeknya bahwa Amorei hanya sedikit mirip dengan dia. Wanita itu kekeuh jika Amorei lebih mirip dengannya. Mengingat kenangan itu membuat kedua mata Rio memanas.

Saat yang bersamaan pula Amorei membuka matanya. Amorei menemukan papinya yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Masih panas ya, princess?" Tanya Rio mengusap dengan lembut dahi Amorei.

Amorei mengangguk lemah. "Papi gak kerja?"

"Papi gak bakal bisa fokus. Kalau princess papi ini lagi sakit. Cepat sembuh ya, princess. Papi sedih tau."

"Papi."

"Iya, princess?"

Amorei merentangkan tangannya meminta papinya untuk memeluknya. Rio dengan senang hati memeluh tubuh ringkih itu. Papinya adalah cinta pertamanya bagi Amorei.
"Rei sayang papi." Ucap Amorei memejamkan matanya, merasa sangat nyaman apalagi papinya itu sambil mengusap rambutnya.

"Papi juga sayang Rei." Rio mencium kepala Amorei. "Papi boleh minta satu hal gak?"

Amorei mendongak agar bisa melihat wajah papinya. "Lebih dari satu juga gak papa. Soalnya Rei sayang papi."

Rio tertawa kecil. "Sekarang papi mintanya satu dulu. Yang lainnya boleh kapan-kapan kan? Soalnya menurut papi satu ini aja udah cukup banget."

"Emang papi mau apa? Rei pasti berusaha biar bisa turutin. Papi kan juga sering turutin permintaan Rei." Wajah Amorei menunggu permintaan papinya dengan senyuman kecilnya.

"Janji ya Rei harus turutin permintaan papi. Papi udah sering bilang, tapi papi takut kalau Rei lupa." Rio mengacak gemas rambut Amorei.

"Janji!"

"Papi mohon jangan tinggalin papi apapun yang terjadi, princess. Karena sekarang papi cuman punya Rei."

TBC

Follow Instagram 💙
@cutyusi
@scrittoretu
Untuk informasi tentang cerita inii, lovuu

Tiktok
@cutyusiii

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang