37

2.4K 137 18
                                    

Rio menghela nafas pelan sambil terus mengusap lembut kepala putrinya dengan sangat pelan. Ditatapnya sang putri yang sedang tertidur lelap sambil memeluk erat sebelah tangannya.

Dapat Rio lihat jejak air mata dipipi Amorei. Gadis itu sehabis menangis setelah mendengar kabar bahwa Rio akan pergi ke luar negeri untuk pekerjaannya. Sejujurnya Rio juga tidak tega meninggalkan Amorei, tapi sungguh kali ini sangat mendesak dan dia tidak bisa untuk meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

"Papi...." lirih Amorei di dalam tidurnya.

"Papi disini, princess." bisik Rio menenangkan Amorei yang tampak tidak nyenyak di dalam tidurnya.

Perlahan Amorei mulai mengerjapkan kedua matanya perlahan-lahan. Amorei tersenyum sedih menatap papinya. Dia merubah posisinya menjadi duduk dan merentangkan tangannya kearah papinya.

"Hm princess papi. Jangan sedih, sayang. Papi juga berat banget."

"Jangan pergi, papi." rengek Amorei mulai menangis.

Rio mengecup puncak kepala Amorei. Diusapnya rambut halus milik putrinya itu untuk menenangkannya. Bukannya Rio lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan Amorei tetapi mengingat semua yang dilakukannya sekarang ini juga demi masa depan putrinya itu.

"Perusahaan papi lagi butuh papi disana, princess. Semua papi lakuin juga buat masa depan, Rei." ucap Rio bergetar.

Amorei memeluk Rio dengan sangat erat. Tiada yang bisa mengalahkan cinta papinya untuk dirinya.

"Rei sayang banget sama papi."

Rio tersenyum saat mendengar ucapan Amorei dan merasa pelukan putrinya semakin mengerat.

"Papi juga sayang princess papi ini." Rio menghujami ciuman dipuncak kepala Amorei.

"Rei jadi minep tempat Abim?" tanya Amorei mendongakkan kepalanya. Amorei mengingat tadi papinya bilang akan menitipkannya disana. Tentu saja Rio tidak akan membiarkan Amorei sendirian dirumah besar itu. Walaupun disana ada beberapa asisten rumah tangga dan juga beberapa satpam. Tetap saja Rio tidak ingin Amorei merasa kesepian.

Rio mengangguk mantap. "Yang baik ya disana, princess."

Pria itu kembali membawa Amorei kedalam dekapannya. Sepertinya beberapa hari kedepan dia akan merindukan semua rengekan putrinya.

.....

Abim terus mengusap punggung Amorei yang sedang memeluk Rio dengan erat. Mereka kini sudah berada di bandara untuk mengantarkan keberangkatan Rio.

Tetapi sedari tadi Amorei sama sekali tidak mau melepaskan sedikut pun papinya. Hal itu membuat Rio semakin tidak tenang rasanya. Perasaanya juga gelisah sekali melihat putrinya seperti ini.

"Rei mau dibawain apa nanti sama papi?" tanya Rio berusaha membujuk Amorei.

Terlihat Amorei menggelengkan kepalanya. "Rei cuman mau papi cepet pulang."

"Papi usahain ya, princess. Papi juga gak bisa banget jauh-jauh dari putri papi." ucap Rio terdengar sedih.

Rio menggoyang-goyangkan pelukan keduanya untuk menenangkan Amorei. Sesekali diciumnya kepala Amorei dengan sayang. Dia akan rindu berat sepertinya.

Saat terdengar suara yang memberi pemberitahuan tentang keberangkatan, Amorei yang semula sudah tenang kembali menangis histeris. Rasanya kali ini berbeda, dia sangat tidak ingin berjauhan dengan papinya.

"Papi pergi ya, princess. Papi sayang Rei." pamit Rio mencium kening Amorei.

Abim mengambil alih tubuh Amorei yang memberontak saat melihat papinya yang perlahan menjauh dari pandangannya. Abim memeluk erat Amorei dari belakang tubuh gadis itu.

"Papi...." lirih Amorei dengan tubuh yang sudah melemas didekapan Abim.

Reflek Abim mempererat pelukannya karena takut Amorei akan jatuh. "Mama udah nunggu di rumah, bayi. Yok, jangan nangis lagi."

Amorei memutar tubuhnya agar bisa menghadap kearah kekasihnya itu. Sedangkan Abim tertawa kecil melihat hidung Amorei yang tampak memerah. Cowok itu mencuri sedikit kecupan di pipi Amorei.

.....

Setelah drama yang panjang, akhirnya Abim dan Amorei tiba di rumah Abim. Mereka berdua turun dari mobil dengan Abim yang setia menggenggam erat tangan Amorei.

Melihat Abim dan Amorei yang masuk ke dalam rumah membuat Riska segera menghampiri mereka berdua. Riska memeluk Amorei dengan cepat membuat genggaman Abim pada tangan Amorei terlepas.

Abim mendengus kesal, selalu jika berada di rumahnya mamanya akan selalu memonopoli Amorei darinya.

"Jangan sedih sayangnya mama." Riska mencium pipi Amorei berulang kali.

Amorei semakin memeluk Riska. Sambutan hangat dari Riska membuat Amorei kembali tersenyum. Kini pelukan Riska terasa sangat hangat baginya

"Rei mau tidur dulu, sayang?" tanya Riska membelai rambut Amorei.

Kepala Amorei mengangguk untuk menyetujui tawaran itu. Sungguh sehabis menangis selalu membuatnya kelelahan.

Dengan lembut Riska membawa Amorei kedalam kamar yang biasanya Amorei tempati tepat disebelah kamar Abim. Begitu juga Abim yang mengikuti mereka dari belakang. Namun tepat dipintu kamar Abim, Riska menghentikan langkahnya.

"Apa Rei mau tidur di tempat Abim aja?" tanya Riska karena sesungguhnya Amorei lebih sering tidur dikamar Abim daripada kamar yang sudah dia sediakan itu.

Abim yang melihat Amorei kebingungan dan juga sudah mengantuk membuatnya mengambil alih. "Rei tidur kamar Abim aja ya, ma." jawab Abim karena dia tahu Amorei lebih suka dikamarnya. Dan alasan lainnya adalah karena Amorei sering takut jika berada ditempat yang dia jarang tempati.

Riska menyetujui sambil tersenyum. Wanita itu mengusap rambut Amorei yang perlahan tertidur. "Betah disini ya, sayang."

Perlahan Abim tersenyum kecil. Senang melihat Amorei yang selalu dikelilingi orang-orang yang sangat menyayanginya.

Abim memeluk lengan mamanya erat. "Thanks for everything, ma." ucap Abim tulus.

"Anytime, putra mama."

TBC

Jangan lupa baca sambil dengerin lagunya ya! I hope you enjoy it, guys🤍

Ig :
@cutyusi
@scrittoretu

Tiktok :
@cutyusiii

Abim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang