Satu

19.2K 962 19
                                    


Baby terbangun dengan tiba-tiba dari tidurnya. Nafasnya terengah. Bersandar di kepala ranjang lalu mengumpat kesal saat mimpi itu kembali hadir. Bukan hanya sekedar mimpi tapi kejadiannya pernah terjadi di masa lalu. Yang tak akan pernah bisa Baby lupakan seumur hidupnya meski sering coba ia lakukan.

Melirik gelas minumnya yang kosong, Baby bangkit berjalan menuju dapur. Mengambil segelas air dingin yang diminum dalam satu kali tegukan. Tenggorokannya benar-benar kering.

Menyandarkan tubuhnya di kulkas, Baby mengusap kasar wajahnya. Kejadian itu sudah terlewat lama. Hampir dua belas tahun lalu. Semenjak kembali ke kota ini, mimpi itu terus hadir dalam tidurnya. Ketakukan akan kembali bertemu dia mungkin salah satu pemicunya.

Baby menghela nafas kasar lalu kembali berjalan ke kamarnya. Jam masih menunjukan pukul 3 pagi. Tapi kantuknya sudah hilang. Jam rawan untuk Baby. Pikirannya akan kembali ke masa lalu saat ia masih lugu dan baru mengenal cinta. Sudah memberikan segalanya, dibuat malu lalu dicampakkan begitu saja. Sungguh Baby sangat prihatin dengan dirinya yang dulu. Dirinya yang malang.

****

Baby sedang memakan bubur yang tadi sempat ia beli sepulang jogging harus menghentikan kegiatannya sejenak saat mendengar bel apartemennya berbunyi.

Saat pintu terbuka telihat adik lelakinya menjulang tinggi berdiri di depannya.

"Kok lo balik gak bilang-bilang, kak?" Tanya Petra. Tanpa dipersilahkan Petra masuk begitu saja ke dalam apartemen kakaknya. Baby hanya mendengus sebal melihat kelakuan adiknya itu.

"Gue alergi ketemu cowok brengsek" ucap Baby membalas pertanyaan Petra sebelumnya.

"Lebih brengsek mana dibanding mantan lo?" tanya Petra yang sukses mendapat lemparan bantal sofa dari Baby. Tepat mengenai wajahnya.

"Berapa lama disini?" Tanya Petra, ia seakan sudah tahu kedatangan Baby tidak akan lama. Seperti biasanya Baby hanya singgah sementara setelah itu kembali pergi entah kemana. Hidup kakaknya ini nomaden, berpindah-pindah kemana saja sesuai keinginannya. Hampir semua kota besar di Indonesia pernah Baby tinggali.

"Tadinya cuma sampai selesai nikahan Vio, Tapi Mas El minta tolong gue bantu dia, kasusnya sama si Marvel" jelas Baby.

"Vio aja udah kawin Mba, lo kapan?" Baby memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Petra.

"Kalo lo lupa gue udah kawin"

"Tapi, cerai" tambah Petra

"Gak usah urusin gue, pikirin aja nasib lo belom pernah kawin" ucap Baby meledek adiknya itu.

"Lah, gue kawin udah sering cuma belum pernah kegrebek aja kaya elo" Petra tertawa terbahak melihat wajah kesal Kakaknya itu.

"Biadab! Brengsek! Pergi lo dari sini!" Baby dengan brutal memukuli Petra dengan bantal sofa. Petra masih terbahak tapi tak mencoba menghindar dari pukulan kakak perempuannya itu. Petra sangat senang menjahili Baby, reaksinya akan selalu seperti ini, meledak-ledak.

Melihat adiknya yang malah kegirangan dipukuli dengan bantal sofa yang empuk, Baby beralih menjambak rambut tebal Petra hingga kini pria itu mengaduh kesakitan.

"Lepas, kak. Lo bar-bar amat" Tak Baby pedulikan teriakan kesakitan Petra. Petra masih mencoba melepaskan jambakan kedua tangan Baby di rambutnya.

"Lepas kalo enggak gue kasih tau mantan lo kalo lo ada disini" Mendengar ancaman Petra, dengan terpaksa Baby melepaskan jambakannya. Wajah Petra memerah menahan sakit. Kulit kepalanya terasa benar-benar perih. Helaian rambut Petra yang rontok terlihat di sela-sela jari tangan Baby yang mengepal.

Petra merapihkan helaian rambutnya  yang berantakan sambil menatap Baby sinis, Baby balas memandang adiknya itu tak kalah sinis.

Baby memilih melanjutkan sarapannya yang tertunda. Sedangkan Petra berjalan ke arah kulkas, mencari makanan di dalam sana. Kulkas Baby penuh dengan makanan, Petra yakin Ibu mereka yang mengisinya, tidak mungkin Baby mau repot-repot mengisi makanan dalam kulkas. Lalu Petra kembali duduk bersama kakaknya yang sedang sarapan sambil menonton tv.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang