Enam Belas

7K 460 25
                                    

Happy Reading,✨

******

Berita putusnya hubungan Baby dan Erwin menyebar cepat karena Erwin termasuk lelaki yang populer, sudah sangat terkenal di angkatannya maupun adik tingkatnya. Apalagi jika bukan dikenal sebagai seorang player, dengan dianugerahi tampang rupawan ditambah barang-barang mewah yang selalu Erwin pakai, wanita mana yang tidak tertarik padanya. Mulut Erwin juga dikenal sangat manis jika sedang merayu wanita. Bukti putusnya mereka diperkuat oleh orang-orang yang sempat melihat Baby menangis lalu tak lama Erwin juga terlihat terang-terangan menggandeng seorang gadis maba.

Sebenarnya banyak yang sudah memprediksi hal itu pasti akan terjadi mengingat bagaimana sifat Erwin yang tidak pernah cukup hanya dengan satu wanita. Biasanya jika menjalin hubungan tak akan lebih dari satu bulan, dengan Baby mungkin yang paling lama. Meski sebenarnya belum banyak yang mengetahui hubungan mereka sudah lebih dari sekedar pacaran.

Secara cepat juga Dewa telah mengurus perceraian putrinya. Ia tak mau jika Baby harus terjebak hidup bersama lelaki biadab itu.

Kedua orangtua Erwin awalnya kaget dikabari anak mereka masuk rumah sakit. Ketika mereka ingin menyusul ke rumah sakit, mereka dikagetkan lagi oleh kehadiran Ayah Baby yang terlihat sedang menahan emosi. Dewa menceritakan kepada orangtua Erwin bagaimana sikap kurang ajar lelaki itu. Bagaimana dengan teganya Erwin mengaku bahwa lelaki itu berselingkuh karena sudah bosan kepada Baby. Gina dan Kamal pun sama emosinya. Mereka kira setelah menikah Erwin bisa berubah, tapi, ternyata sikap putra mereka masih sama saja.

Setelah tahu apa yang diperbuat sang putra tanpa ragu kedua orangtua Erwin pun mengusir anak mereka dari rumah. Bahkan mereka sama sekali tak memperdulikan ketika Dion kembali menghubungi mereka karena keadaan Erwin lumayan parah. Mereka sudah terlanjur kecewa. Menurut informasi dari Dion, tulang rusuk Erwin patah karena kuatnya pukulan Dewa, Petra dan Zaki.

Gina dan Kamal sama sekali tak akan menuntut ketiganya, Erwin pantas mendapatkan balasan atas apa yang lelaki itu perbuat. Tidak cukup hanya diusir, segala fasilitas yang Erwin dapat juga dicabut. Tapi, mereka masih berbaik hati untuk membiayai pengobatan Erwin selama di rumah sakit sampai anak itu sembuh. Selebihnya Erwin tak mendapatkan apapun setelah keluar dari rumah.

"Silakan keluar dari rumah saya. Setelah ini pintu rumah tertutup rapat untuk kamu. Saya ambil yang pernah saya berikan, kamu bebas hidup sesukamu"

Itu kalimat yang Kamal ucapkan dengan nada dingin ketika ia mengunjungi Erwin yang sedang tidak berdaya di rumah sakit. Tak memperdulikan protesan sang putra, setelah mengucapkan itu Kamal pergi sambil menggandeng istrinya. Gina sebenarnya sudah sedikit luluh ketika melihat keadaan Erwin yang mengenaskan, tapi keputusan suaminya sudah bulat. Tidak bisa diganggu gugat.

Orang tua Erwin juga berkali-kali datang ke rumah keluarga Baby untuk menemui menantunya. Tapi dengan keras Dewa melarang mereka pertemu sang putri. Gina bahkan sampai harus memohon, tapi Dewa tetap pada pendiriannya.

*****

Baby termenung dikamarnya, hari ini sidang terakhir perceraiannya. Pernikahan yang baru seumur jagung itu sudah hancur. Ia telah menjadi janda di usia sangat muda. Selama tiga bulan terakhir ia tak pernah pergi kemanapun, hanya berdiam diri di dalam kamar. Ketika acara wisudanya satu bulan yang lalu juga Baby tidak hadir.

Selama tiga bulan ini dirinya hidup bagai mayat tapi masih bernafas. Tidak pernah melakukan apapun bahkan bicara pun hanya seperlunya. Dunianya kembali berubah dalam waktu yang cepat. Ia tidak kuat. Bayang-bayang lelaki itu selalu menganggu dalam tidurnya. Kata-kata menyakitkan yang Erwin ucapkan selalu berdengung dalam pikirannya.

Tangan Baby meraba bawah bantal, mengambil sebilah pisau buah yang tadi diam-diam ia ambil di meja makan. Dengan pandangan kosong perlahan Baby mengiris pergelangan tangan kirinya menggunakan pisau yang terlihat masih mengkilat itu. Ia hanya memejamkan matanya ketika dengan perlahan merasakan darah segar mengalir dari pergelangan tangannya. Tak hanya satu, Baby mengiris kedua pergelangan tangannya dengan banyak sayatan yang cukup dalam. Pisau yang sudah dipenuhi darah itu terjatuh ke lantai bersamaan dengan mengalirnya titik-titik darah segar yang keluar dari pergelangan tangannya.

"Kita pergi sama-sama, ya, nak" lirih Baby sambil mengelus perutnya dengan tangan bergetar.

Lagi-lagi bayangan itu muncul, ucapan manis dan menyakitkan Erwin silih berganti masuk dalam pikirannya. Baby mulai terisak.

"Kamu jahat, kak. Hiks...." Tubuh Baby perlahan merosot ke bawah lantai. Ia melirik pintu mendengar gedoran serta teriakan Petra memanggil namanya.

"BRENGSEK, LO APA-APAAN, HAH!"

Saat kesadarannya sudah mulai menipis, Baby masih bisa merasakan ketika Petra mengangkat tubuhnya.

*****

Meja makan hanya terisi Baby, Petra dan Vio. Zaki sedang ada di luar kota sementara orangtua mereka pagi-pagi sekali sudah pergi untuk mengurus perceraian Baby.
Petra menatap sedikit curiga melihat pandangan Baby yang terus tertuju pada sebuah pisau buah. Ia terus mengawasi gerak-gerik kakaknya itu. Jangan sampai mereka kecolongan lagi karena beberapa waktu lalu Baby pernah dengan nekat akan meminum cairan pembersih lantai untungnya hal itu diketahui ART di rumah ini. Dengan cepat aksi tersebut bisa digagalkan.

Ia pamit sebentar ke kamar untuk untuk bersiap-siap berangkat ke kampus dan meminta Vio untuk menemani Baby. Petra melakukan semuanya dengan cepat, ia merasakan perasaan tak nyaman. Benar saja ketika kembali ia tak melihat pisau itu di tempat semula. Vio masih ada di tempat sedang serius  dengan laptopnya tapi ia tak melihat keberadaan Baby.

"Mana kak Baby?"

"Tadi bilang ke kamar mau mandi" balas Vio. Petra menggeram kesal, kenapa kembarannya itu sangat tidak peka. Mendengar Baby bicara setelah sekian lama hanya bungkam Petra semakin curiga, semoga apa yang ada dalam pikirannya tidak benar.

Dengan cepat ia berlari ke kamar Baby. Kecurigaannya diperkuat dengan terkunci rapatnya pintu kamar sang Kakak. Tak biasanya Baby menyunci pintu kamarnya. Bagai orang kesetanan Petra mencoba mendobrak pintu kayu jati yang tidak terbuka sedikitpun. Pintu itu sangat kuat.

"Kak buka, kak!" Teriak Petra masih sambil mencoba mendobrak pintu. Lalu tak lama Vio datang membawa kunci cadangan kamar kakaknya itu. Perasaanya juga tiba-tiba jadi tidak enak.

Ketik pintu terbuka tubuh Petra dan Vio seketika lemas melihat Baby yang perlahan kehilangan kesadarannya dengan banyak darah tercecer di sekitar tubuh wanita itu.

Petra berteriak marah. Ia dengan cepat mengangkat tubuh sang kakak sambil meminta pada Vio untuk menyiapkan mobil.

"Gue akan pergi dengan bahagia bersama anak gue, Petra" lirih Baby sambil tersenyum kecil.

"Sinting lo tolol, diem lo gak usah banyak omong!" Bentak Petra dengan perasaan kacau. Ia benar-benar ketakutan saat ini.

Dengan perasaan tak karuan Petra menggendong tubuh Baby yang terasa semakin ringan. Mbak Iis yang melihat keadaan Baby pun tak kalah paniknya. Petra meminta Mbak Iis untuk menelpon orangtuanya agar segera menyusul ke rumah sakit.

Mobil sudah siap, Petra membaringkan tubuh Baby si kursi tengah dengan berbantalkan paha Vio. Sedangkan di balik kemudi dengan tubuh bergetar hebat Petra menyetir bagai orang kesetanan.

*****

Cuplikan next chapter

"Emangnya mati enak, hah?Lo jangan egois! Anak lo juga berhak hidup. Jangan cuma pikirin diri lo sendiri. Lo gak mikir gimana perasaan Mama dan Papa yang sudah mati-matian merawat lo sejak kecil. Jangan sia-siakan hidup lo hanya untuk lelaki brengsek macam dia"

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang