Dua Puluh Satu

7.6K 606 54
                                    


Aku kasih double up nih, mau komennya dong buat part ini

Happy Reading✨

*****

Tiga bulan sudah berlalu setelah kejadian mengenaskan itu. Elrama sudah berhasil menang di pengadilan. Marvel, sepupu Elrama dan beberapa petinggi diperusahaanya yang ternyata membantu Marvel melakukan korupsi kini sudah mendapatkan hukuman penjara. Meskipun sebenarnya Elrama belum merasa puas, ia tak bisa mengangkat kembali kasus kecelakaan ayah dan kedua adiknya dulu yang ia yakini itu adalah ulah Marvel dan keluarganya.

Elrama juga sangat menyesali semua yang terjadi pada Baby, atas rasa tanggung jawabnya lelaki itu membiayai seluruh pengobatan Baby hingga Baby bisa sembuh seperti sedia kala.

Selama menunggu masa pemulihan Baby kembali tinggal di rumah kedua orangtuanya. Baby sudah kembali bekerja, ia memutuskan untuk tetap tinggal di kota ini. Kini tangan kanannya sudah bisa digunakan seperti sedia kala meskipun tetap harus dijaga jangan dulu digunakan untuk melakukan hal-hal berat.

****

"Mau melayat ke mana lo?" Tanya Baby melihat Petra berjalan melewatinya dengan berpakaian serba hitam.

"Ke tempat Erwin" jawab Petra santai. Baby yang sedang menuangkan susu ke dalam mangkuk sereal menghentikan gerakannya. Tubuhnya mematung beberapa detik mencoba mencerna kembali kalimat yang Petra ucapkan.

Melayat ke tempat Erwin. Yang ia tahu, terakhir kali mendengar, keadaan mantan suaminya itu masih belum ada perubahan meski sudah di rujuk ke rumah sakit terbaik yang ada di Jepang. Jadi, apakah lelaki itu sudah menyerah dengan hidupnya?

"Kak Erwin" gumam Baby lirih tanpa sadar matanya berkaca-kaca memikirkan lelaki yang dulu sangat ia cinta kini sudah pergi.

"Gue ikut, lo tunggu disini"

"Tapi, kak--" belum selesai Petra bicara sang kakak sudah melesat pergi ke kamar. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sepertinya Baby salah paham.

*****

Sepanjang perjalanan Petra bisa melihat wajah gelisah Baby. Kakaknya itu duduk dengan tidak tenang. Baby bahkan beberapa kali mengumpat kesal karena mereka harus terjebak macetnya jalanan ibu kota.

Karena halaman rumah keluarga Erwin sudah penuh oleh mobil para pelayat, Petra harus berputar untuk mencari tempat parkir. Baby yang sudah tidak sabaran karena Petra terlalu lama memilih keluar dari mobil. Ia harus berjalan melewati halaman luas rumah keluarga Erwin. Melihat banyaknya pelayat yang hadir, Baby memaksakan kakinya yang sebenarnya sudah bergetar untuk melangkah dengan cepat.

Untuk beberapa detik tubuh Baby terdiam kaku melihat sesosok manusia yang terbaring di tengah ruangan tertutup oleh kain putih. Air mata yang sedari tadi ia tahan meluncur dengan deras. Ia melangkahkan kakinya cepat ke tengah ruangan. Tanpa memperdulikan banyaknya orang di ruangan tersebut, Baby memeluk sesosok manusia yang kini telah terbaring kaku. Entah kenapa, meskipun telah banyak kesakitan yang Erwin berikan untuknya, ia sedikit tidak rela melihat tubuh lelaki itu sudah tidak bernyawa.

"Kak... Hiks..." Baby teringat kembali mimpi yang sudah beberapa hari ini datang dalam tidurnya. Di dalam mimpi tersebut ia sedang bersama Erwin, dengan lelaki itu menggendong seorang anak kecil yang wajahnya tak bisa Baby lihat dengan jelas. Tapi, dalam mimpi itu Erwin tidak pernah bicara, mereka hanya saling menggenggam tangan hingga Baby kembali bangun dan menyadari itu semua hanya mimpi. Apa mimpi itu salah satu tanda bahwa Erwin akan pergi meninggalkan dunia?

"Kak Erwin" ia masih menangis terisak-isak.

"Nak..." Baby menoleh ketika merasakan seseorang menyentuh bahunya. Terlihat Gina menatapnya dengan mata sembab.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang