Dua Puluh Empat

7.7K 590 23
                                    


Masih dalam misi meluluhkan hati mantan mertua yang ia yakini sebentar lagi akan kembali menjadi mertuanya, Erwin jadi semangat untuk ikut sang Papa pergi memancing. Beberapa kali juga ia mengajak Baby, wanitanya itu selalu terlihat antusias setiap ia ajak berlayar ke laut. Setelahnya, ia akan menceritakan pengalaman memancingnya itu kepada Dewa setiap ada kesempatan, meskipun lagi-lagi tak ada respon yang lelaki tua itu berikan. Erwin juga sudah menghadiahi satu set alat pancing yang menurut Papanya itu adalah alat pancing terbaik untuk memancing di laut lepas. Ia berikan lewat Baby. Baby bilang, Dewa tak menerima juga tak menolak alat pancing yang Erwin beri. Hanya digeletakan begitu saja di pojok ruangan.

Sebenarnya kecuali Petra, anggota keluarga Baby yang lainnya pun masih belum bisa menerima sepenuhnya keputusan Baby untuk rujuk. Tapi, mereka hanya diam tak menunjukan ketidaksetujuannya secara langsung. Erwin hanya cukup meluluhkan hati Dewa, ia yakini yang lainnya juga pasti akan menuruti keputusan Dewa.

Hari ini Erwin belum bertemu Baby. Wanitanya itu izin tidak kerja karena tak bisa menahan sakit datang bulan. Ia sudah hafal itu, dulu juga setiap datang bulan Baby terlihat sangat kesakitan sampai tak bisa mengerjakan apapun. Rencananya pulang bekerja nanti ia akan berkunjung ke rumah wanitanya itu.

Tapi, sebelum itu, Erwin menerima pesan dari Petra. Lelaki itu memintanya untuk menjemput Glen yang sedang les berenang. Tentunya Erwin lakukan dengan senang hati. Hitung-hitung pendekatan dengan calon ponakannya.

"Gimana les berenangnya?" Tanya Erwin membuka percakapan. Ia melihat bocah lelaki itu hanya diam memalingkan wajah. Tak mau menatap padanya.

"Glen udah makan? Mau makan dulu di luar?" Lagi-lagi Glen tak menanggapi setiap ucapan Erwin.

"Glen kenapa? Sakitkah?"

"Kata Papa jangan bicara sama, Om. Om itu orang jahat" balas Glen.

"Om bukan orang jahat, Glen. Kalo Om orang jahat pasti sekarang Om sudah bawa Glen pergi jauh bukan pulangin Glen ke rumah"

Bocah itu hanya mengangkat bahunya acuh. Ia hanya menuruti ucapan orangtuanya.

Ketika mobil Erwin akan melewati gerbang perumahan, matanya memicing ketika dari kejauhan ia seperti melihat seseorang yang ia kenal sedang duduk di pos satpam.

Erwin menurunkan kaca mobilnya, benar saja ia melihat Dewa sedang duduk bersama dua orang satpam.

"Sore semua" sapa Erwin seramah mungkin.

"Tumben ada disini, Om?" Tanya Erwin pada Dewa yang enggan menatapnya. Fokus Dewa malah pada Glen sang cucu yang bisa bersama dengan mantan menantu biadabnya.

"Kakak Glen kok bisa sama dia? Papa enggak jemput kakak?" Tanya Dewa. Ia bisa melihat cucunya itu menggeleng pelan.

"Enggak tau, Opa. Mama bilang katanya di jemput Om Petra, tapi, Om ini yang jemput aku" jelas Glen.

"Mau ikut pulang bareng, Om?"

"Sudah sana kamu pergi. Antar cucu saya sampai rumah" Erwin menurut. Setelah berpamitan ia kembali melajukan mobilnya menuju rumah Baby.

Ketika Erwin sedang membantu Glen turun dari mobil, pintu rumah terbuka. Terlihat Lena menghampiri mereka.

"Loh, kok kamu yang jemput Glen?" Tanya Lena.

"Petra masih ada kerjaan, Tan. Dia minta saya yang jemput Glen" Lena memerintahkan Glen untuk langsung masuk ke dalam. Bocah lelaki itu tentu saja menurutinya.

"Tante kenapa?" Tanya Erwin melihat wajah gelisah Lena.

"Papanya Baby. Pamit ke atm dari siang belum balik lagi" ucap Lena yang khawatir suaminya itu kenapa-napa. Sudah di telpon tapi ponselnya tidak aktif. Sebelum pergi Dewa sempat mengeluh kepalanya pusing, ia takut terjadi apa-apa kepada suaminya.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang