Empat Belas

6.6K 422 16
                                    

Happy Reading✨

*****

Dengan menggunakan ojek online Baby pergi ke rumah orangtuanya seorang diri. Ini hari minggu tadinya ia ingin mengajak Erwin, tapi, pagi-pagi sekali suaminya sudah pergi entah kemana.

Setelah turun dari ojek seorang penjaga rumah yang tentu sudah mengenalnya dengan baik membukakan pagar. Baby berjalan melewati halaman rumah keluarganya yang lumayan luas. Ia terdiam sejenak di depan pintu rumah. Merasa tak punya hak lagi di rumah ini, Baby menekan bel. Sekarang ia tak bisa seenaknya masuk.

Tak lama pintu dibuka oleh Mbak Iis, art di rumah ini. Mbak Iis mempersilahkan Baby untuk masuk dan mengatakan bahwa Lena dan Dewa ada di kamar ketika Baby menanyakan keberadaan kedua orangtuanya.

Kebetulan sekali Baby bertemu Lena yang baru keluar dari kamarnya.

"Kakak" wajah Lena berbinar melihat kedatangan sang putri. Baby memeluk sang Mama dengan hati-hati karena terhalang oleh nampan berisi mangkuk dan gelas kosong yang Lena bawa.

"Papa mana, Ma?" Tanya Baby. Setiap hari minggu ia pasti mengunjungi rumah orangtuanya meskipun sikap Dewa padanya masih tak berubah. Ayahnya itu masih bersikap dingin setiap ia datang.

"Di kamar, sudah 2 hari Papa sakit" jelas Lena membuat Baby kaget. Papanya itu tipe orang yang jarang sekali sakit tapi sekali sakit bisa langsung parah. Biasanya Baby yang bertugas memijat tubuh Dewa karena jika sedang sakit Dewa bisa lebih manta dari balita.

"Masuk aja, tapi Papa lagi tidur" ucap Lena ketika melihat Baby menatap pintu kamar dengan sendu.

"Takut" cicit Baby. Setiap melihat tatapan kecewa Dewa, Baby selalu merasa bersalah.

"Masuk aja. Kenapa takut. Papa sakit itu ya karena kangen kamu. Minggu kemarin waktu kamu enggak kesini Papa nyariin. Gengsi banget emang Papamu itu bilang kangen aja" jelas Lena. Minggu kemarin Baby memang tidak sempat berkunjung karena disibukan oleh tugas kuliahnya.

Lena mendorong pelan tubuh Baby sebelum ia berpamitan ke dapur untuk menyimpan peralatan bekas Dewa makan.

Dengan ragu Baby mengetuk pintu sekilas, perlahan Baby mendorong pintu kamar orangtuanya ketika tak mendengar sahutan dari dalam. Terlihat sang Papa tidur berbaring di atas ranjangnya.

Baby duduk di samping ranjang tanpa menimbulkan banyak gerakan yang bisa membuat Dewa bangun. Ia belum siap kembali mendapatkan tatapan kecewa dari Dewa. Dengan ragu tangannya mencoba menyentuh tangan sang Papa tanpa membangunkan Papanya itu. Mengelus lembut tangan yang terasa lebih kurus dari terakhir kali ia sentuh. Jika diperhatikan wajah pucat Papanya pun kini terlihat lebih tirus.

Baby menunduk dalam membiarkan air matanya mengalir meluapkan sesak yang selama ini ia rasakan. Sakit sekali rasanya mengingat Dewa yang dulu selalu menatapnya hangat kini hanya tatapan dingin yang terlihat.

Tubuh Baby terguncang hebat akibat tangisannya. Air matanya berjatuhan membasahi tangan Dewa yang ia genggam. Ia sedikit tersentak kaget ketika merasakan tangan sang ayah balas menggenggamnya apalagi ditambah elusan pelan satu tangan Dewa dipuncak kepalanya.

"Kak" mendengar suara berat sang Ayah, Baby tidak tahan. Ia nekat memeluk tubuh Dewa. Baby sampai menangis meraung-raung seperti anak kecil saat Dewa pun membalas pelukan tak kalah eratnya. Akhirnya setelah 3 bulan berlalu ia bisa kembali merasakan pelukan hangat sang Papa.

"Papa. Ampuni aku. Aku salah. Aku sudah buat Papa kecewa. Jangan hukum aku seperti ini, Pa. Aku enggak kuat" ucap Baby terisak-isak.

"Papa sayang kakak. Maafin Papa ya, kak, belum bisa jadi orangtua yang baik untuk kakak" mendengar itu dengan cepat Baby menggeleng, ia tak menyetujui ucapan Papanya itu.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang