Tadi, melihat keberadaan Erwin dengan cepat Gina membangunkan Kamal. Dan kini keluarga kecil itu sedang duduk bersama di ruang keluarga. Tempat dulu mereka sering menghabiskan waktu bersama.Gina dan Kamal saling bertatapan ketika kini Erwin masih dengan erat memeluk tubuh Gina. Menyandarkan kepalanya di bahu Ibunya. Tangan Gina mencoba membalas dekapan tubuh sang putra yang jauh lebih besar dari tubuhnya.
"Kamu enggak kerja, nak?" Tanya Gina sambil mengelus sayang punggung lebar sang Putra. Erwin hanya diam, helaan nafasnya terdengar berat. Gina tahu ada yang tidak beres dengan Erwin. Putranya itu sedang tidak baik-baik saja. Selama 12 tahun pergi tidak pernah sebelumnya Erwin dengan sukarela datang ke rumah tanpa adanya paksaan.
"Ma..." Erwin mendongkakan wajahnya hingga kini bertatapan dengan Gina. Ibunya, salah satu wanita yang juga ia sakiti hatinya. Melihat Gina yang kini masih menyambutnya dengan penuh kasih sayang membuat rasa bersalah yang Erwin rasakan semakin besar.
"Aku bajingan, Ma. Kenapa ada manusia seburuk aku?" ucap Erwin dengan suara tercekat, ia tak kuat melihat tatapan hangat yang Gina tunjukan padanya.
"Kamu ini bilang apa sih, nak?"
"Anakku meninggal. Aku manusia biadab, Ma" ucap Erwin membuat kedua orangtuanya menatap dirinya tak mengerti.
"Anak apa? Kamu punya anak?" Tanya Gina.
"Dulu Baby hamil anakku dan dengan biadabnya aku selingkuhi dia. Anakku meninggal sewaktu dilahirkan, dia pasti gak sudi punya ayah seperti aku, Ma" untuk pertama kalinya Erwin menangis tersedu-sedu karena menyesali kebodohannya. Tanpa malu isakan pilunya terdengar oleh Gina dan Kamal yang juga bisa merasakan sesak yang sama.
Untuk Kamal dan Gina sendiri, mereka sudah tak pernah lagi melihat Erwin menangis sejak putranya itu beranjak remaja.
Kamal merapat, mengambil duduk tepat disebelah Erwin membuat posisi Erwin berada di tengah antara kedua orangtuanya.
"Semua orang punya masa lalu yang terpenting sekarang kamu mau berubah jadi lebih baik lagi. Bagaimanapun kamu tetap anak Papa dan Mama. Baik buruknya kamu tetap anak kami. Yang lalu kita jadikan pelajaran, nak. Supaya kamu jadi manusia yang lebih baik lagi dan selalu jadi pengingat agar jangan penah kamu lakukan hal buruk itu lagi" Kamal menepuk-nepuk bahu kokoh putranya yang kini terlihat sangat rapuh.
"Sejak dulu Papa selalu katakan apa yang kita perbuat hari ini dampaknya baik dan buruknya akan kita rasakan di masa depan"
"Kamu melakukan kesalahan kamu mau merubah jadi lebih baik lalu kamu buktikan jika kamu memang benar-benar menyesali segala hal buruk yang kamu buat di masa lalu dan juga kamu buktikan kamu tidak akan mengulangnya lagi" kini Kamal beralih mengelus rambut tebal Erwin, mengingatkan kembali dulu dirinya pun sering melakukan itu pada sang putra.
"Kita atur jadwal, nanti kita sama-sama pergi ke rumah keluarga Baby"
Erwin beruntung masih ada keluarga tempatnya berbagi cerita, masih ada keluarga tempat ia pulang. Sampai kapanpun Gina dan Kamal akan selalu menyambutnya dengan hangat.
****
Elrama dan Dion menatap heran Erwin yang belum sama sekali mengeluarkan suaranya sejak lelaki itu tiba 15 menit yang lalu. Tidak seperti biasanya. Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Elrama menunggu kedatangan Petra untuk pergi bersama ke tempat gym.
"Lo ada masalah sama Petra?" Tanya Elrama, pasalnya kemarin Petra datang berkunjung ke kantornya, tak seperti biasa yang setiap bertemu selalu ribut kemarin mereka hanya saling diam. Apalagi Petra, Elrama merasa ada kilat berbeda dari tatapan mata lelaki itu.
Erwin memghela nafas panjang lalu semakin menyandarkan dirinya ke sandaran sofa.
"Ternyata dulu Baby sempat hamil anak gue, bayinya enggak selamat sewaktu dilahirkan" ujar Erwin membuat kedua sahabatnya tentu saja kaget. Keadaan kembali hening cukup lama.
"Terus lo mau gimana? Mau tetap lanjut ngejar Baby?" Tanya Dion yang dibalas Erwin dengan gelengan kepala, ia pun tidak tahu. Tapi ia sudah ikhlas jika harus hidup sendiri. Tak ingin muluk-muluk, Baby mau menerima maafnya saja ia sudah bersyukur.
"Petra ngebatalin, dia bilang gak jadi ikut" ucap Elrama yang baru saja menerima pesan dari Petra.
Erwin sudah memprediksinya. Mengorek kisah Baby sama dengan membuka luka lama Petra. Erwin sangat mengetahui bagaimana sayangnya keluarga Baby kepada wanita itu, terutama Petra dan Dewa.
"El lebih baik gue bilang dari sekarang, rencananya akhir tahun nanti gue mau pindah ke singapura. Bantu Papa kelola perusahaanya" jelas Erwin. Ia sudah memikirkan matang-matang permintaan Kamal untuk mulai mengambil alih posisi Ayahnya itu. Untuk beberapa tahun ke depan ia akan belajar mengelola perusahaan kepada Om dan Tantenya yang ada di Singapura sebelum nanti ia benar-benar memegang kendali sepenuhnya atas perusahaan yang akan Kamal wariskan.
"Kenapa mendadak, Win"
"Enggak mendadak, ini gue kasih tau dari sekarang"
"Akhir tahun tinggal 3 bulan lagi" ucap Elrama.
"Gue mau mulai hidup baru, mau cari suasana baru. Gue juga kasian sama Papa. Seengaknya bokap bisa mulai untuk pensiun kalo gue mau coba ambil alih kerjaanya" jelas Erwin.
"Sorry El gue gak bisa tepatin ucapan gue untuk mengabdikan seluruh hidup gue sama lo. Gue hutang banyak sama lo" ucap Erwin dengan suara tercekat. Entah bagaimana hidupnya dulu jika tanpa ada Dion dan Elrama yang senantiasa membantunya.
"Apapun keputusan lo, kita pasti dukung" ucap Elrama, Dion yang duduk di samping Erwin menepuk bahu lelaki itu beberapa kali.
"Thanks El lo mau nampung gue selama ini. Lo juga Ion. Kalo enggak ada kalian dulu pasti gue bisa gila tiba-tiba jatuh miskin" Setidaknya dengan semua karma yang ia terima Tuhan masih berbaik hati mengirimkan Elrama dan Dion. Dua teman baiknya yang membantu Erwin bisa melewati tahun-tahun penuh ujian dalam hidupnya.
Dengan jahilnya Erwin mengecup pipi kiri Dion.
"Erwin anjing! ngapain, lo?"
"Cium. Gue 'kan sayang sama lo" ucap Erwin dengan tampang dibuat sepolos mungkin sampai Elrama tertawa keras melihat tingkah Erwin yang masih saja belum berubah.
"Jijik, Win. Gara-gara lo yang suka cium-cium sembarangan, dulu gue dikira gay sama Yuna" Dion masih saja emosi jika mengingat itu, dulu bartahun-tahun ternyata ia dikira penyuka sesama jenis karena kebiasaan Erwin yang suka mencium sembarangan orang.
"Sini El, lo belum gue cium"
"Gue hajar lo Erwin" ancam Elrama kini giliran Dion dan Erwin yang tertawa dengan kencangnya.
"Bapak-bapak dimohon jangan berisik. Ada anak bayi disini" Yuna dengan perutnya yang mulai membuncit menghampiri ketiga lelaki yang tadi berpamitan untuk pergi ke tempat gym tapi ternyata masih belum pergi juga.
Saat Dion berpamitan untuk pergi ke gym Yuna minta di antarkan ke rumah Elrama yang kebetulan menjadi titik kumpul ketiga lelaki dewasa tersebut.
"Mager deh gue, gak jadi pergi" ucap Erwin yang dengan lancangnya tiduran dengan berbantalkan paha Dion. Yuna yang melihat itu tentu memekik tak terima.
"Laki gue"
"Minjem sebentar. Tenang aja Yun gue masih demen lobang gak suka kon..." Sebelum Erwin menyelesaikan ucapannya Dion sudah memukul keras kepala lelaki itu.
"Jangan sembarangan kalo ngomong, ada anak gue" Dion mendorong kepala Erwin yang ada di atas pahanya lalu memilih mengambil Mario dari gendongan Yuna.
"Ya, maaf"
*****
Vote & komennya jangan lupa manteman🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With My Ex [END]
ChickLitHARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! Terpaksa menikah muda karena tergerebek saat berbuat mesum adalah pengalaman sangat memalukan bagi Baby Felisha. Pernikahan dadakan itu tak berlangsung lama. Baby menyandang status janda tepat sebulan setelah hari k...