Sembilan

8.1K 607 26
                                    


Happy Reading✨

****

Erwin yang baru kembali dari membeli sarapan buru-buru pergi ke kamar ketika mendengar teriakan Baby. Sedikit banyak Erwin mengetahui penyebab Baby sepagi ini sudah berteriak sekencang itu.

Erwin bisa melihat tatapan tajam Baby padanya ketika ia baru membuka pintu kamar. Ia tidak sempat menghindar ketika sebuah botol parfum mendarat tepat di atas kepalanya. Seketika kepalanya berdenyut sakit.

Erwin mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menjelaskan penglihatannya yang tiba-tiba memburam.

"Lo brengsek! Biadab" belum pulih rasa sakit di kepalanya Erwin sudah dikagetkan dengan serangan Baby yang tiba-tiba. Wanita itu memukuli tubuh Erwin tanpa ampun. Erwin yang tak bisa menghindar pasrah saja ketika tubuhnya dipukuli brutal oleh Baby. Setelah cukup puas, terakhir Baby tendang dengan kuat bagian belakang lutut Erwin membuat tubuh lelaki itu ambruk seketika sambil meringis kesakitan.

"Pusing, By" ringis Erwin. Baby hanya mendelik menatap Erwin sinis. Ia memilih keluar dari kamar melewati lelaki itu begitu saja.

*****

Erwin menjatuhkan tubuhnya di atas sofa tak jauh dari Baby yang sedang bermain bersama Kirey dan Ucok. Wanita itu hanya menatapnya sekilas.

"Mana baju gue?" Tanya Baby tanpa mau menatap Erwin.

Dengan masih memegangi kepalanya, Erwin berjalan ke belakang. Mengambil baju Baby yang semalam sudah ia cuci lalu tadi ia minta Mbak Nana untuk setrika.

"Tana sudah lahiran. Nanti jenguk sama-sama, ya" ucap Erwin.

"Ngapain harus sama lo, gue bisa sendiri kesana" balas Baby sambil lalu. Ia pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya.

Baby sudah melepas baju yang ia pakai. Pantulan cermin di depannya semakin jelas menunjukan tanda-tanda yang lelaki itu buat. Sialan tanda ini pasti tidak akan hilang sehari atau dua hari. Ia harus menutupinya agar orang-orang tak curiga padanya.

Baby mencoba menggerakan kedua pahanya, ia tak merasakan keanehan apapun disana. Ia bersyukur Erwin tak sejauh itu bertindak pada tubuhnya. Meski tetap saja Baby emosi dengan mantan suaminya itu.

Ia menggosok gigi dengan sebuah sikat gigi baru yang sepertinya sudah Erwin siapkan di dekat wastafel. Ia yang tadi hanya berniat mencuci muka seadanya memutuskan untuk mandi tanpa membasahi rambutnya, setelah itu bergegas kembali berpakaian. Ia tak mau lama-lama harus berada di rumah mantan suaminya ini.

"Aku udah beli sarapan, By. Ayo makan dulu" Baby yang baru keluar dari kamar mandi sudah melihat Erwin sedang menyiapkan bubur di atas meja makan. Mengabaikan tawaran itu, Baby ingin secepatnya pergi.

"Mana kunci mobil gue?" Tanya Baby.

"Nanti aku kasih. Sekarang kita sarapan dulu, ya"

"Kunci mobil gue!" Ucap Baby penuh penekanan.

"Ban mobil kamu kempes" ujar Erwin. Baby memicing menatap Erwin curiga.

"Kamu parkir sembarangan semalam, By. Aturan disini yang parkir sembarangan bakal dikempesin" jelas Erwin.

Baby mendengus kesal. Kenapa ia harus terjebak disini. Semalam ia merindukan Evan. Ia ingin pergi berkunjung ke tempat lelakinya itu. Tapi, gara-gara ia mabuk entah mengapa ia jadi terdampar di rumah ini.

"Lo pasti punya alat pompakan?"

"Ada, kamu makan dulu baru aku kasih" putus Erwin dengan tatapannya menunjuk nasi uduk yang ia beli. Dengan malas Baby akhirnya menuruti ucapan lelaki itu.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang