Sembilan Belas

7.1K 442 19
                                    


Perasaan Baby tak karuan. Hari ini ia sudah boleh pulang ke rumah. Sejak tiga hari yang lalu ia terus saja menangis ingin bertemu anaknya tapi kenapa saat ini kedua orangtuanya malah membawanya ke sebuah area pemakaman?

Dengan diapit kedua orangtuanya, Baby menyusuri pemakaman sampai mereka berhenti di depan sebuah makam kecil yang masih baru. Di atas makam itu masih terlihat jelas taburan kelopak bunga yang sudah mulai layu.

Baby menatap Dewa dan Lena dengan pandangan memburam dipenuhi air mata. Ketika melihat keduanya mengangguk, tubuh Baby seketika luruh ke atas tanah. Ia menangis kencang sambil memeluk gundukan tanah kecil dihadapannya.

Mimpi buruk yang tiga hari ini menganggunya menjadi kenyataan. Sebelumnya ia mencoba selalu berfikir positif, mungkin anaknya masih membutuhkan perawatan makanya mereka belum bisa dipertemukan. Tapi, kini dihadapannya gundukan tanah tempat anaknya dikuburkan. Mimpi-mimpi serta harapan yang sudah beberapa bulan ini ia rangkai bersama buah hatinya seketika sirna. Mimpi dan harapan itu pergi terkubur bersamaan dengan tubuh kecil anaknya. Baby tak bisa berpikir apa yang akan ia lakukan setelah ini, karena selama ini yang membuatnya tetap bertahan adalah anaknya.

"Dek, Mama bahkan belum sempat cium dan peluk kamu untuk yang terakhir kalinya. Kenapa adek tinggalin Mama sendiri?" Baby terisak sambil memeluk gundukan makam anaknya. Tak memperdulikan tubuhnya yang kotor terkena tanah.

"Maafin Mama. Mama enggak bisa jaga adek Evan"

Baby mengelus nisan kecil bertuliskan nama EVAN PUTRA. Nama yang sudah ia siapkan sejak mengetahui jenis kelamin anaknya adalah laki-laki.

"Ya Tuhan. Anakku. Kenapa harus dia yang Engkau ambil? Kenapa bukan aku?" Lirih Baby.

Dengan tiba-tiba Baby memukuli gundukan tanah dihadapannya sambil menangis dan meraung kencang. Dewa mencoba menahan ketika Baby mencoba menggali kuburan itu menggunakan kedua tangannya.

"Aku mau peluk anakku, Papa. Mau peluk dia sebentar. Evan juga pasti mau aku peluk" teriak Baby histeris. Ia terus memberontak dari dekapan Dewa yang menghalangi geraknya.

"Nak..." lirih Lena mencoba menggenggam tangan putrinya. Kedua tangan Baby terlihat mengepal kencang.

Lena memekik kaget melihat Baby yang tiba-tiba tak sadarkan diri dalam dekapan Dewa. Dengan sigap Dewa membopong tubuh sang putri yang terasa sangat ringan. Membawanya pergi dari sana.

Lena yang menemani Baby di jok tengah sedangkan di depan sana Dewa fokus menyetir. Mereka berniat akan kembali membawa Baby ke rumah sakit. Tapi, Baby yang sudah kembali sadar merengek ingin pulang saja atau diantarkan kembali ke makam sang putra.

Dibantu oleh Lena, Baby pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Baru saja membuka pintu tubuhnya mendadak menjadi kaku melihat kamar yang biasa ia tempati ada satu sisi yang diberi dekorasi khas bayi. Melihat Baby yang kembali menangis, Lena kembali merasa bersalah. Semua itu ia yang rencanakan. Kejutan untuk menyambut cucu pertamanya. Karena terlalu sibuk mereka belum sempat menyingkirkan barang-barang si kecil Evan yang kini sudah tenang di alam sana.

"Nanti Mama minta tukang singkirin itu" ucap Lena mengelus sayang ramput putrinya.

"Jangan! Jangan dilepas, Ma. Jangan. Anakku pasti suka. Jangan dilepas" larang Baby dengan suara seraknya.

"Aku mohon Mama jangan dilepas" ucap Baby memelas. Lena hanya bisa mengangguk pasrah mengikuti kemauan sang putri.

Setelah mandi, Lena membantu menyisirkan rambut panjang Baby. Baby sedang duduk di atas kursi meja riasnya. Menatap kosong pada pantulan wajahnya yang terlihat sangat tirus. Lingkar di matanya terlihat jelas dan jangan lupakan bibir yang terlihat sangat pucat.

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang