Dua Puluh

7.6K 552 11
                                    

Happy Reading✨

****

Baby mengerjap pelan ketika cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya sangat menyilaukan untuknya. Kepalanya pusing. Ia juga merasakan seluruh bagian tubuhnya terasa sakit, terutama tangannya.

Saat pandangannya mengedar ke penjuru ruangan terlihat kedua orangtuanya tertidur di atas sofa dengan posisi Lena membaringkan tubuhnya menggunakan paha Dewa sebagai bantalan kepalanya. Sedangkan Dewa tidur sambil duduk satu tangannya menggenggam tangan Lena.

Ketika melihat kesamping juga terlihat tubuh yang sedang tidur, menelungkupkan kepala pada ranjang yang ia tiduri. Itu Petra, adik lelakinya. Baby menatap kosong pada langit-langit ruangan tempatnya saat ini berada. Dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya ia yakin saat ini dirinya sedang berada di rumah sakit. Baby mencoba mengingat-ingat bagaimana sampai bisa ia terbaring di atas ranjang rumah sakit ini.

Seperti rekaman video yang kembali diputar, perlahan potongan-potongan kejadian ketika beberapa orang mulai memepet mobilnya lalu tak lama orang-orang itu bisa membuat Baby bisa menepikan mobilnya.

Saat itu Baby mencoba melawan. Tapi, perlawanan Baby sia-sia ketika orang-orang berbadan besar itu menodongkan sebuah pistol di kepalanya dan mulai mengambil alih kemudi mobilnya lalu membawanya entah kemana. Untungnya sebelumnya Baby sudah mengantongi sebuah taser gun yang selalu tersedia di dalam tas yang ia bawa. Ketika mereka mencoba menyeret Baby masuk ke dalam sebuah gedung tua dengan cepat Baby menyerang mereka dengan taser gun yang ia bawa. Ia mencoba lari dari beberapa orang yang kembali mengejarnya. Ia ingat ketika ia sudah hampir kelelahan berlari dari kejauhan ia bisa melihat sosok yang ia kenal sebagai mantan suaminya. Semua terjadi begitu saja ketika Erwin mengajaknya kabur, dari arah berlawanan Baby ingat sekali mobil yang menghantam motor Erwin adalah mobil miliknya. Tabrakan tak bisa terhindarkan, Baby bisa mendengar suara kencang dari benturan dua kendaraan tersebut sebelum tubuhnya melayang lalu mendarat tepat di atas aspal jalan. Selanjutnya ia tak bisa mengingat apa-apa lagi.

"Kak..." Baby menoleh ketika merasakan ada yang menggengam tangannya. Terlihat Petra menampilkan wajah leganya melihat Baby kembali membuka mata.

"Sa-kit" hanya gerakan mulut, tak ada suara yang terdengar dari mulut Baby.

Baby hanya bisa mengerjapkan matanya, ia ingin bicara tapi suaranya tercekat. Baby bisa melihat Petra membangunkan orangtua mereka sebelum memanggil dokter untuk memeriksa keadaanya.

*****

Tangan kanan Baby masih belum bisa digunakan, pagi hari Baby disuapi makan oleh sang Mama. Karena Baby tak suka makanan rumah sakit ia minta dibelikan bubur Ayam. Tubuhnya memang sakit tapi lidahnya tidak. Ia masih bisa mengecap makanan dengan baik.

Sedangkan Dewa dengan perhatiannya sedang memijat kedua kaki Baby. Tadi Baby sempat mengeluh kakinya terasa pegal-pegal karena beberpa hari hanya terbaring di rumah sakit, tak digerakkan.

Bertepatan dengan habisnya sarapan Baby, Petra datang. Giliran Petra bergantian menjaga Baby sementara Dewa dan Lena bisa pulang untuk membersihkan diri.

Mereka hanya sama-sama diam. Baby perhatikan Petra beberapa kali menatap ponselnya sambil mendesah kecewa.

"Daripada lo bengong mending lo pijitin kaki gue, Pet" dengan patuh Petra menuruti keinginan sang kakak.

"Gimana keadaan Erwin?" Tanya Baby. Sebagai sesama manusia masih ada sedikit rasa simpati dalam diri Baby. Apalagi mereka kecelakaan bersama.

Petra sudah menceritakan dengan jelas kejadian bagaimana ia bisa diselamatkan dari orang-orang suruhan sepupu Elrama. Beruntunga belum sempat orang-orang itu sampai menghabisi nyawanya dan Erwin, Elrama datang di waktu yang tepat bersama beberapa orang polisi.

"Ciee nanyain mantan" ledek Petra. Baby sudah bersiap menghajar Petra dengan tangan kirinya ketika dengan cepat adik lelakinya itu meminta ampun.

"Erwin masih belum sadar. Kalo sampai lusa dia masih belum ada perkembangan orangtuanya bilang akan bawa dia berobat ke luar negeri" ucap Petra sambil mendesah sedih, ia tak menyangka melihat tubuh teman berdebatnya kini sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sedang berjuang antara hidup dan mati.

"Tulang rusuk dia yang dulu sempat patah sekarang patah lagi. Bahkan lebih parah, paru-parunya sampai ikut terluka kena tulang rusuknya, karena benturan di kepala cukup kencang ditambah dia enggak pakai helm, dia juga sempat mengalami pendarahan di otak" lanjut Petra.

Ia menerawang kembali ke masa lalu. Dulu dia dekat dengan Erwin memang sengaja ingin membalaskan dendam pada mantan kakak iparnya itu. Karena Erwin sudah membuat hidup Baby benar-benar hancur. Tapi, entah kenapa dendam itu tak berlanjut malah kini mereka berteman dekat. Setelah sekian tahun berteman rasa dendam yang ada dalam dirinya perlahan terkikis melihat bagaimana gigihnya Erwin berusaha berubah menjadi lebih baik. Yang Petra tahu, setelah bertekad kembali ingin mendekati Baby, Erwin benar-benar tak pernah dekat dengan wanita manapun. Bahkan Petra bisa melihat Erwin sengaja menghindari wanita padahal Petra tahu banyak sekali wanita yang mencoba mendekatinya. Erwin hanya tinggal tunjuk, wanita yang akan dengan cuma-cuma melemparkan dirinya pada Erwin.

"Lo bener-bener gak mau balikan sama dia, kak?" Tanya Petra hati-hati.

"Lo mau gue jadi gila lagi?" Sarkas Baby.

"Tapi, kak, selama gue kenal dia, gue rasa dia udah benar-benar menyesali semua perbuatannya. Gue bisa liat semakin hari dia selalu belajar menjadi manusia lebih baik lagi. Dia sangat menyesali segala perbuatan bejatnya di masa lalu. Gue bisa jamin itu" ujar Petra.

"Disogok apa lo sampe bisa bilang begitu" ucap Baby menatap Petra sinis. Orang yang dulu sangat dimusuhi Petra kini bisa berteman sangat baik dengan adiknya itu.

"Gue frustasi. Gue gak tau cara untuk membalaskan dendam gue sama dia. Gue rasa saat ini lebih baik meminta pertanggung jawaban untuk segala rasa sakit yang dia beri"

"Maksud lo dengan gue balik sama dia?" Tanya Baby yang di angguki Petra.

"Enggak waras" ucap Baby yang tak habis pikir dengan jalan pikiran Petra. Bagaimana bisa dirinya kembali pada sosok pemberi luka terbesar dalam hidupnya.

"Gue saksi selama 12 tahun ini gimana dia menyesali perbuatannya dulu" jelas Petra. Baby hanya diam tak menanggapi ucapan Petra.

"Lo bisa anterin gue ke tempat dia?" Pinta Baby setelah mereka hanya sama-sama diam.

Petra hanya mengangguk, karena Baby merasa tubuhnya sudah cukup kuat, ia menolak ketika Petra memintanya untuk menggunakan kursi roda. Petra dengan sigap menuntun sang kakak perlahan menuju tempat Erwin saat ini dirawat.

Sampai di ruang ICU tempat Erwin berada, Baby bisa melihat Gina dan Kamal duduk bersisian dengan tangan besar Kamal membawa tubuh Gina dalam pelukannya.

Melihat kedatangan Baby, dengan cepat Gina bangkit berdiri. Memeluk erat mantan menantunya itu. Baby sedikit meringis merasakan tangannya kesakitan karena himpitan tubuh mereka.

Gina yang menyadari ia menyakiti Baby dengan cepat meminta maaf lalu membawa Baby duduk. Ia menggengam satu tangan Baby, dengan wajah basah penuh air mata ia menatap tepat di wajah mantan menantunya itu.

"Meski Mama tau kesalahan Erwin sudah benar-benar buat hidup kamu dulu hancur. Maafkan dia ya, sayang. Setidaknya, dia bisa pergi dengan tenang"

"Jangan bilang begitu, Ma. Anak Mama pasti selamat" ucap Baby mencoba menguatkan. Ia tahu rasanya kehilangan seorang anak, jangan sampai wanita sebaik Gina juga merasakan hal yang sama.

Karena tak boleh ada orang yang masuk, Baby hanya bisa melihat tubuh Erwin yang sedang berbaring di atas ranjang dari kaca ruangan.

"Lo harus hidup Erwin. Lo belum dapat maaf dari gue" lirih Baby. Meskipun dulu salah satu doa tergilanya mengharapkan Erwin mati, ada sesak di dadanya yang tidak bisa Baby mengerti melihat Erwin yang kini berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

****

Trapped With My Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang