"Marriage is an adventure, like going to war."
(Gilbert K. Chesterton)
Seumur hidup, meski menganggap dirinya cengeng, Ina berusaha untuk tidak menunjukkan air matanya pada dunia. Kecuali di depan Zora atau Navid, itu pun jika kondisinya sangat terpaksa. Karena sejak kecil, Ina berjuang untuk menjadi sosok yang tangguh. Tak pernah mengenal ibunya dan memiliki saudara kembar yang berusah mencontek semua tingkahnya, Ina diberi tanggung jawab oleh dirinya sendiri agar tampil gagah dan tak cengeng.
Akan tetapi, hari ini dia terpaksa mengingkari kebiasaan yang sudah mendarah daging sejak masih kecil itu. Ina juga mengabaikan rasa malu karena Alistair memperhatikan setiap gerak-geriknya. Ini bukan saatnya untuk memikirkan gengsi dan semacamnya, kan? Apa salahnya dia menangis di depan pria yang turut memiliki andil membuat hidup Ina bertambah rumit?
"Maafkan aku, ya. Ina, aku baru menyadari kalau ternyata menikah denganku sangat mengerikan buatmu. Aku ... baiklah." Suara helaan napas terdengar. Membuat Ina yang sedang membersihkan hidung pun menghentikan gerakannya. "Kalau menjadi istriku sudah membuatmu begini tersiksa, aku terpaksa harus mengambil jalan yang berbeda. Walau aku nggak pernah menginginkan ini. Pelan-pelan kita akan mencari cara supaya bisa ... bercerai."
"Ap-pa?" suara Ina melengking. Alistair bahkan sampai menjauhkan tubuhnya sambil mengernyit. Namun perempuan itu mengabaikan reaksi suaminya. Bayangan akan berita perceraian yang sudah pasti membawa konsekuensi bagi nama baik Navid, membuat Ina ketakutan. Jauh lebih takut dibanding terperangkap dalam pernikahan tanpa cinta dengan Alistair. Belum lagi wajah Martin yang ikut tergambar di benaknya tanpa malu.
"Aku nggak tuli, Na," cetus suaminya. "Kamu nggak perlu berteriak sekencang itu."
"Kamu tadi bilang kita harus bercerai?" tanya Ina, mengabaikan komentar Alistair.
"Bukan begitu! Kamu sudah menangis lebih dari sepuluh menit. Wajahmu bahkan sudah begitu sembap dengan mata dan hidung memerah. Aku baru menyadari kalau kamu benar-benar tersiksa dengan pernikahan kita. Padahal kita belum genap dua puluh empat jam menjadi pengantin. Aku nggak pengin bercerai walau menikah tanpa cinta. Seperti yang kubilang tadi, aku dibesarkan di dalam keluarga yang megnanut prinsip bahwa menikah itu cuma sekali seumur hidup. Tapi, aku juga harus realistis. Adakalanya nilai-nilai yang kita anut itu harus disesuaikan dengan kondisi. Itu karena aku nggak mau menyiksa hidupmu, Ina." Alistair memandang istrinya dengan tenang.
"Jadi, kamu bersedia bercerai?" tanya Ina, mirip orang linglung.
"Karena itu pilihan yang terbaik. Aku akan berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Kita akan bercerai kalau itu akan membuatmu lebih bahagia. Jangan cemaskan soal perjanjian pranikah itu. Orang tuaku memang selalu ingin ikut campur. Tapi kali ini mereka sungguh keterlaluan. Atas nama Papa dan Mama, aku sungguh minta maaf sama kamu ya, Na. Kalau saja sejak awal aku tahu apa senjata rahasia yang digunakan orang tuaku untuk membujukmu, aku pasti menolak untuk menikah," sesalnya.
Tangis Ina sudah berhenti total. Menyisakan sakit kepala dan denyut mengganggu di sana-sini. Kata-kata Alistair serupa badai yang menyita seluruh kegeramannya.
"Bercerai?" suara Ina terdengar lirih. Dia sudah mengulangi kata itu beberapa kali. Alistair pun sudah memberikan penjelasan panjang. Akan tetapi, Ina masih belum yakin jika dia sudah mendengar kata yang tepat.
Alistair mengangguk mantap. "Aku nggak mau punya istri yang tidak bahagia. Sekali lagi, setidaknya aku sangat berterima kasih karena kamu bersedia menikah bukan karena uang. Jangan tersinggung, Na. Aku cuma cemas cara itu yang digunakan oleh orang tuaku." Alistair mengangkat bahu. "Mereka memang kadang menjengkelkan, tapi Papa dan Mama selalu berdalih kalau mereka melakukan semuanya karena menyayangiku. Yah, orang tua selalu merasa punya legitimasi untuk membuat pengakuan semacam itu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Genç Kız EdebiyatıIni kisah tentang pernikahan tanpa cinta. Ah, pasti kisah tentang salah satu calon mempelai yang kabur dan terpaksa digantikan oleh saudaranya? Sayangnya, bukan. Ini pernikahan yang melibatkan kecelakaan, kanker otak, gadis nakal yang sering kehil...