9. Rumah dan Obat

95 11 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Tumben lo dateng pagi, ada apa?"

Rescha duduk di samping Zein dipinggir lapangan. Mereka yang baru datang dari kantin, tak sengaja melihat Zein yang tengah duduk di pinggir lapangan. Murid-murid yang tak sengaja melihat Zein tengah duduk santai di pinggir lapangan, tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mengambil beberapa jepretan foto Zein yang selalu tampan seperti biasanya. Kadang mereka juga heran, sepertinya mau Zein jungkir balik atau sedang mengupil pun, dia masih terlihat sangat tampan.

Itu udah jatahnya dari lahir kale

Zein menatap sebentar Rescha, kemudian kepalanya hanya menggeleng sebagai jawaban. Tatapan tajamnya mengarah kedepan, tepatnya pada murid-murid kelas X IPA 2 yang baru saja keluar untuk istirahat. Matanya terus menelisik setiap murid yang berlalu lalang. Mencari objek yang akhir-akhir ini memenuhi otaknya.

"Lagi ada masalah lo?" Egi bertanya sambil mencomot ice cream ditangannya.

Zein menggeleng lagi, tanpa menatap Egi. Egi hanya mengedikkan bahu acuh, tidak terlalu ambil pusing. Karena dirinya juga bingung dengan sikap Zein yang sering berubah-ubah itu.

"Ck, kaya cewek lo!" Rescha berdecak. "Lo semalem habis nemuin bokap lo?"

Pertanyaan dari Rescha barusan membuat Zein menahan nafasnya sejenak. Ia menatap datar Rescha.

"Don't discuss a human bastard."

Rescha meneguk salivanya dengan kasar. Jika Zein sudah berbicara seperti itu, artinya memang cowok itu tidak boleh membicarakan Rio di depannya.

"Zein ngomong apaan, Al?" Egi berbisik pada Alfa.

Alfa yang tengah memakan snacknya langsung menatap datar Egi. Ia menunjuk jajanan yang ia pegang.

"Artinya snack?" Alfa mengangguk mengiyakan. Tidak ingin membuat Egi bertanya-tanya lagi. Egi ini kalau sudah bertanya seperti anak kecil. Kepo akut.

Egi mengangguk-anggukan kepala. Ia memegang lengan kokoh Zein. "Lo pengen jajan, bos?"

"Bajingan!" Arion terkekeh melihat wajah polos Egi saat menawari Zein snack. Mata cowok itu mengerjap beberapa kali saat Arion mengumpat kasar.

Zein mendengus.

"Lo kenapa mau kasih Zein snack anjrit??" Rescha bertanya gemas.

"Artinya bukan snack, Egi bangsat." ujar Arion mencoba sabar.

"Yakan gue nggak tau sih! Coba deh kalo ngomong tuh pake bahasa Indonesia yang baik dan benar, tinggalnya juga di Indonesia, sok-sokan mau pake bahasa Inggris pula." celoteh Egi, memanyunkan bibirnya.

Plak!

"Tu bibir nggak usah dimonyongin gitu, jijik gue." Arion bergidik, setelah menghadiahi Egi tamparan tepat di bibir.

ELZEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang