WY | 23

1 2 0
                                    

W i t h Y o u

Hari ini Alsya berangkat di jemput Galan dengan mobil nya, berulang kali Alsya menolaknya tapi tetap saja Galan memaksanya.

Alsya menyuruh Galan untuk masuk duluan dan dirinya akan menyusul, tapi Galan keukeuh untuk pergi kedalam bersama Alsya.

Alhasil ya seperti itulah nyinyiran semua karyawan terjadi lagi meski terdengar hanya sebuah bisikan.

Tatapan-tatapan karyawan kantor langsung tertuju pada mereka berdua.

Alsya takut, tapi Galan terus menggenggam tangannya erat dan mensejajarkan langkah nya dengan langkah Alsya.

Tidak lagi, Galan tidak akan membiarkan siapapun merendahkan Alsya lagi.

"Selamat pagi Pak Galan, Mbak Alsya." ucap salah satu receptionist.

"Pagi." jawab Galan sambil tersenyum ramah, begitu pula dengan Alsya.

"Widihhh langka loh ini." celetuk Anand sambil menaikkan satu alisnya.

"Langka apaan sii." sahut Galan.

"Yang pertama sebuah moment langka Alsya mau dijemput lo ke kantor, dan yang kedua lo bales sapaan dengan senyum yang lebar ckkkkck."

"Gajelas lo." ucap Galan sedikit kesal, namun kemudian beralih pada Alsya di sampingnya. "Kita keruangan aku aja." ucapnya kemudian.

"Aku keruangan aku aja deh." jawab Alsya.

"Kenapa?"

"Gapapa. Gapapaa ya yaa?"

Galan tau Alsya tidak terbiasa dengan hal ini.

"Yaudaa, mau aku anter?"

"Gak usah, aku sendiri aja."

"Oke hati-hati, nanti makan siang aku ke ruangan kamu."

"Iyaa, babaii!!"

Alsya langsung berlari kecil.

"GHEA!!" panggil Alsya saat memasuki ruangannya.

"Alo Sasa cuantikkkk!!" ucap Ghea laku tersenyum.

"Kemarin di anterin Rafel gapapa?"

"Gapapa, kenapa nanya gitu."

"Gue khawatir sama lo."

"Rafel baik kok Sa."

"Iya tau, banget malah. Tapi bukan itu, lo–"

"Rafel udah tau trauma gue."

"Hah serius?!"

"Iya, sore kan ujan ya–"

"Hah emang iya ya?– eh sorry, lalu?"

"Iya ujan, kita berdua diem di depan tempat gue belanja bahan-bahan bunga. Terus dia cerita-cerita gitu, soal keluarga nya, soal Galan and the gang, terus soal– Anand punya pacar–"

"Hah apa?! serius?"

"Apa nya? Anand? i-iya beneran, gue juga syok kemarin."

"Lo okay kan, Ghe?"

"Ya, okay lah Sa. Kenapa gue harus gak okay coba, Hah?"

"Yakin?"

"Gue gak ada perasaan apapun sama Anand, gila lo ah."

"Iya deh iya, terus kenapa lo cerita soal trauma lo sama Rafel?"

"Iya, dia banyak cerita soal dia dan gue nyaman banget sih dengerinnya sampe dia kehabisan topik dan ujan masih rintik-rintik yauda gue cerita in aja kenapa gue bisa sedeket ini sama lo, terus hal-hal kecil soal gue, dan lo tau?! Rafel kelihatan excited banget dengernya, dan Rafel juga nanya soal trauma itu. Kata nya dia tau gue punya trauma dari lo, jadi gue ceritain aja semuanya sama dia."

"Eh lo marah ya sama gue?"

"Engga, Sa. Justru gue seneng, akhirnya ada yang tau soal itu selain gue, lo dan Ayah. Lo tau gak sih, waktu Rafel tau soal kejadian waktu itu di depan halte yang gue mau di lecehkan dan gue trauma gara-gara itu— gue sempet nangis gara-gara inget kejadiannya, terus Rafel nenangin gue dan lo tau dia bilang apa— 'gue bakalan selalu ada buat lo, Ghe' gitu katanya."

"Oh ya? serius?!"

"Iya, Sa."

"Rafel punya perasaan ya sama lo?"

W i t h Y o u

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang