Updateee!!
Next day ...
06.05 kst.
Ding Dong!
Bel rumah berbunyi, Ruby membukakan gerbang dan sudah berdiri Haruto di depannya.
"Eh? Mau jemput adek gue?" tanya Ruby.
"He'eh."
"Masuk dulu deh, masih pake baju manusianya." Suruh Ruby yang diangguki Haruto.
"Nih, minum." Ruby menyuguhkan minuman hangat pada Haruto yang sedang menunggu di ruang tamu seperti biasanya.
"Ah, makasih."
"Kemarin kemana? Baru keliatan lagi?" tanya Ruby.
"I-itu ..."
Brak!
Gedubrak!
Bruk!
"Akh!! Aww!"
"Aduuuuuh!!"
Perhatian mereka teralihkan, tiba-tiba saja Sera terjatuh dari tangga dan menggelinding kebawah. Ia mengerang kesakitan memegangi kakinya yang sepertinya terkilir itu.
"Kakkkk!! Tolonginnn!! Sakit!!!" erangnya.
"Yaampun, kok lo bisa jatoh sih? Hati-hati makanya kalo turun tangga!" cecar Ruby.
"Aaaakh! Sakit ...."
Ruby membantunya untuk duduk, dahi kanan Sera terluka akibat terbentur sudut anak tangga yang lancip. "Jidat lo jadi korban juga tuh." Ucap Ruby.
Sera pun menyentuh dahinya yang terdapat luka, lalu tertinggal bercak darah di jari telunjuknya. "Ini beneran darah?"
"Jus tomat." Ruby mendengus, "yaiyalah!"
"Hehe... akh! Aw..."
"Kok bisa jatoh?" tanya Haruto.
"Kesandung, Kak." Jawabnya memelas.
"Kapan coba sifat ceroboh lo bisa ilang?" sindir Ruby.
"Shut!"
Sebenarnya murni kesalahan Sera sendiri. Dia sibuk menghafalkan sekaligus berkomat-kamit mengingat kosakata bahasa Jepang yang semalam ia baca. Tidak fokus pada langkahnya, akhirnya ia terselengkat dengan kakinya sendiri dan terjatuh.
Plak!
"AWW!"
"Kok malah lo geplak sih! Sakit nih!" bentak Sera setelah keisengan Ruby menabok kakinya yang jelas sedang nyeri itu. Tanpa rasa bersalah, Ruby justru pergi meninggalkannya yang masih tergeletak dibawah tangga. Mata kakinya juga terlihat sedikit memar.
Haruto melihat ke arah jam dinding, ternyata masih pukul 06.15 kst. Masih banyak waktu sebelum Sekolah dimulai.
"Itu lukanya diobatin dulu, masih ada waktu." Ucap Haruto.
"Huft..." Sera mengangguk lalu mencoba berdiri.
"Bisa gak?"
"B-bisa! E-eh ... akh!!" Sera terjatuh lagi karena rasa sakit di kakinya menyulitkannya untuk berdiri. Jangankan berdiri, di gerakin sedikit juga nyerinya kebangetan!
Tanpa basa-basi, Haruto menggendong gadis itu ala bridal style menuju sofa. "Kalo gabisa kan tinggal minta tolong, gue keliatan, kan? Bukan makhluk ghoib."
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU ㅡ 99 DAYS [HARUTO WATANABE] [END]
FanfictionAku salah. Pertemuan kita ternyata bukan takdir melainkan luka. Bukan selamanya melainkan sementara. Menyakitkan, memang.