November, 30"Har, lo serius? Apa gak mau dipikirin lagi?" Sudah ke-99 kalinya laki-laki itu bertanya seraya mondar-mandir di kamar mereka. Namun, tetap saja tak digubris oleh Haruto, ia tetap memasukkan barang-barangnya kedalam koper.
"Terus gue sama Daniel, gimana? Trus Yewon? Yewon kan sayang banget sama lo, Har. Dia sendiri ngaku udah nganggep lo kayak kakaknya sendiri. Masa tega lo mau ninggalin dia?" ucap Yoonbin pantang menyerah.
Pertanyaan tentang Yewon, Haruto jadi melamunkan hal itu. Ia sama sekali tidak memberitahu gadis kecil yang lumayan akrab dengannya selama di asrama. Bagaimana jika Yewon tahu bahwa ia akan pergi dari asrama, bagaimana juga dia memberitahunya? Tentu Yewon akan mencegahnya sebisa mungkin.
Plak!
Yoonbin baru saja menepuk pundak Haruto, membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya. "Eh?"
"Kok malah bengong anjir!"
"Ah, itu masalahnya, gimana cara gue pamit ke Yewon, ya? Lo ada ide gak, Bin?"
"Kalo gue sih mending bersatu sama Yewon dan mecegah elo biar gak pergi. Kita sama-sama masih masa pengobatan, Har. Lo juga belum sembuh total. Belum. Gue aja buat masuk ke asrama ini, mati-matian loh, Har." Laki-laki itu menunjukkan kepeduliannya.
"Maka dari itu, karena lo dah mati-matian, lo harus sembuh disini."
"Terus lo nggak gitu?"
"..."
Yoonbin meraih kedua bahu Haruto, "Har, liat gue." Yoonbin dengan tatapan tajamnya menekan erat bahu laki-laki di depannya itu.
"Kita. Sembuh. Bareng. Bisa kok, bisa. Pasti. Emang lo gak mau sembuh?"
"Gue bukan gak mau sembuh, tapi gue gak yakin gue bakal sembuh." Timpal Haruto dengan kepala menunduk.
"Makanya lo harus semangat. Jangan loyo gini ah, jangan mikir yang enggak-enggak, jujur aja, emang kenapa lo-" Belum sempat Yoonbin menyelesaikan ucapnnya, Haruto lebih dulu menyelanya, "Stadium 4."
Haruto menceritakan apa yang ia dengar tempo hari.
Mata Yoonbin berkaca-kaca, "Haruto ..."
"Gausah nangis lo."
"Terus lo beneran mau ninggalin gue, Daniel, sama yang lainnya, gitu?"
"Kalo gue masih ada, nanti gue mampir kesini."
"Ah, lo jangan gitu lah, lo gak bakal pergi secepat itu kan?"
"Hanya Tuhan yang tau. Gue mahkluknya bisa apa? Cuma bisa pasrah dan siap kalo suatu saat gue ninggalin dunia ini. Makanya gue gak mau, disaat-saat terakhir gue, jauh dari keluarga."
"Terus kita-kita disini lu anggep apa anying?" Yoonbin sedikit emosi tapi laki-laki itu juga tak bisa menahan derai air matanya yang menetes terus-menerus.
Haruto tersenyum, "Kalo gue duluan, gue sih pengennya lo hadir di pemakaman gue. Kalo gak dateng, gue pelorotin celana lo dalem mimpi."
"Udah stop, nanti ini kamar banjir air mata gue lagi. Dah sono lanjut, gue mau nyari Daniel dulu." Yoonbin memilih pergi dari kamar.
"Hm."
ㅡㅡㅡ
"Yewon ..."
"Iya, Kak?"
"Emm ... janji dulu...."
"Janji apa tuh, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU ㅡ 99 DAYS [HARUTO WATANABE] [END]
FanficAku salah. Pertemuan kita ternyata bukan takdir melainkan luka. Bukan selamanya melainkan sementara. Menyakitkan, memang.