Hari senin tepatnya setengah jam sebelum bel istirahat berdering, sekelompok orang dengan berbagai macam senjata tawuran masuk gitu aja setelah ngerusakin gerbang sekolah. SMA Adi Jaya diserang sekolah lain!
Gua lihat teman sebangku Nevano tiba-tiba aja pergi keluar kelas, padahal instruksi dari Pak Budi ngelarang muridnya keluar. Ada apa ini?
"Na, kita beneran gak apa-apa kalau disini?" Tanya Lin dari tempat duduknya.
Lin adalah tipe orang yang gak bisa di situasi ribut kayak sekarang, dari tadi dia gak berani pindah dari duduknya.
"Gak apa-apa, percaya sama Aa'. Pasti mereka gak akan lama disini." semoga aja yang gua bilang bener terjadi.
"SIERA DARI KELAS 12 UNGGULAN!! KELUAR LO PEREMPUAN SIALAN!!!"
Teriakannya terdengar nyaring sampai terdengar dari lantai 3. Apa yang Siera lakuin sampai rombongan tawuran nyamperin ke sekolah secara terang-terangan gini? Udah gua duga, dia bukan orang yang tepat untuk dideketin, pasti ada yang gak beres.
Tiba-tiba mereka mulai lemparin bebatuan berukuran sedang secara membabi buta. Dari suaranya jendela di lantai 2 ada yang pecah, orang-orang di ruangan itu langsung ribut. Kepanikan di lantai 2 menular juga ke ruang kelas gua, mulai ada yang histeris dan kabur keluar kelas.
"Sena! Ayo keluar!" Teriak Lin yang ikutan panik juga.
Lin makin panik karena sebuah batu yang dilontarkan pakai ketapel berhasil pecahin kaca jendela. Yang lain langsung keluar kelas dengan kasar.
"Kalian gak apa-apa?" Nevano datang ke bangku gua dan Lin. Posisinya kaca yang pecah adalah yang paling dekat dengan kursi terbelakang.
"Aman, lo sendiri?"
"Aku gak apa-apa. Kayaknya kita harus ikutan keluar juga," usul Nevano dan akhirnya kami bertiga yang keluar paling akhir.
Murid-murid dari kelas lain juga ikutan keluar dari kelas, jadinya koridor penuh orang dan tangga jadi sempit. Ah, sial. Hp gua ketinggalan!
"Kalian berdua turun duluan, hp gua ketinggalan di kelas." Nevano dan Lin kelihatan keberatan tapi gua tetep balik ke kelas lagi.
Rasanya lebih susah balik ke kelas dari pada keluar kelas. Masalahnya berpuluh-puluh orang jalannya berlawanan arah dengan gua, jadi gua kedorong-dorong kebelakang. Setelah perjuangan yang lumayan, akhirnya sampai juga di kelas. Pecahan kaca makin banyak, jendela yang bolong makin banyak.
"Oh iya, hp!"
Buru-buru gua ke arah meja gua dan langsung ngecek laci meja, untungnya hp yang gua cari masih ada disana. Kalau hp ini hilang, gua bisa kena masalah nanti.
Dari ruang kelas ini gua bisa lihat segerombol orang yang bikin ribut itu. Mereka kelihatan gak seribut sebelumnya karena ada Siera disana. Sebenernya cewek itu ngapain sih sampai ngundang tawuran disekolah? Sinting ya? Apa dia gak takut dikeluarin dari sekolah padahal baru seminggu?! Kinda weird.
"Anak sekolah lo nyerang anak Adi Jaya duluan! Kalau lo mau bukti, korban masuk ke sekolah hari ini," dengan berkacak pinggang, lantang Siera bicara.
"Terus ada masalah sama lo?!"
"Sama kayak lo, gua gak terima kalau temen gua di bully habis-habisan dan dibakar pakai putung rokok."
Situasi makin memanas. Seira kelihatan gak takut sama sekali, bahkan nadanya terkesan menantang.
"Polisi udah didekat sini, kalian pergi aja sana," ucap Siera sambil balik badan.
Benar aja, sirine polisi terdengar makin keras. Akhirnya orang-orang itu kabur dengan sendirinya. Kericuhan mulai dari terdengar, kayaknya yang lain juga ngelihat kejadian yang barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna - 00 line
Teen Fiction"Apa benar begitu?" "Iya, masih gak percaya? Kan gua udah bilang, sekali lo masuk gak bisa keluar, Nevano!" . . . Kehidupan Nevano yang monoton dan membosankan tiba tiba saja berubah genre sejak ia mendapatkan teman sebangku untuk pertama kalinya da...