13 - Kata Bimasena

30 3 0
                                    

Hari ini gua dan Lin rencananya mau jengukin Nevano. Bertiga sama Jovanka juga, katanya dia khawatir Nevano beneran ketinggalan pelajaran selama diskors.

"Aku bingung bawa apa kalau jenguk orang sakit, jadi maaf ya cuma ini aja," kata Jovanka sambil serahin keranjang buah beserta isinya.

"Lin juga bawa sesuatu buat lo," langsung aja Lin keluarin catatan materi sejak hari kedua Nevano diskors. Lumayan banyak, tapi Lin sengaja bikin catatan double supaya bisa dibagi dengan Nevano. Jadi Nevano gak perlu susah susah tulis ulang.

Nevano diam sambil terima barang barang itu, "aku gak tau harus ngomong apa... Terima kasih banyak, tapi kalian gak perlu repot-repot begini," kata Nevano.

"Gak, No. Lo kan temen kita, udah sewajarnya kalau saling bantu kan? Udah dong, jangan gitu mukanya," Lin ketawa lihat muka Nevano yang kelihatan malu-malu. Dasar, badannya aja gede tapi gak enakan.

"Nih, dipakai. Aneh banget lihat lo gak pakai kacamata,"

Seketika itu juga mata Nevano berbinar-binar. Kacamatanya yang rusak kemarin, gua udah bikin yang baru dan sama persis. Karena setahu gua kacamatanya kemarin masih baru, semoga aja gak ada kesalahan di lensanya.

Karena kami bertiga jenguk Nevano sehabis kelas tambahan, jadinya pulang sedikit lebih malam. Ditambah tadi sempat diajak makan malam sama Tante Ana, tapi takut kemalaman kami bertiga setuju untuk tolak tawaran itu. Walaupun agak gak enak, tapi resiko aja buat dua cewek ini.

"Gua udah pesen taksi onlinenya, Ka. Lo serius gak mau bareng aja nih?" Tawar gua sekali lagi.

"Gak usah, Sena. Harusnya aku yang terima kasih karena udah dibantu pesan taksi online."

Lin yang berdiri di samping Jovanka juga berusaha ngebujuk cewek berkacamata itu untuk bareng aja.

"Rumah kita berlawanan arah, malah nanti kalian yang kemalaman banget. Aku bisa kok pulang sendiri."

"Kalau udah sampai nanti jangan lupa kabarin loh," kata Lin sambil peluk Jovanka.

Tepat setelah itu, taksi online yang dipesan akhirnya datang. Sekali lagi Jovanka pamitan dengan gua, Lin dan Nevano yang antar kami sampai depan rumah.

"Kalian juga hati-hati, jangan terlalu ngebut bawa mobilnya, Na."

"Tenang, aman kalau gua yang bawa. Balik dulu ya, No," gua pamitan dengan Nevano dan rangkul sebentar badannya. Setelah itu gantian Lin yang pamitan dan gak lupa peluk Nevano bentar. Bentar doang kok, gak masalah.

"Cepat sembuh ya, No. Sampai ketemu di sekolah."

Mobil mulai jalan, rumah Nevano udah gak kelihatan di spion mobil. Karena hampir jam 8, gua sengaja jalanin mobil sedikit lebih cepat. Ngeri juga sob kalau bawa cewek keluar malam gini, untung aja Lin udah izin mamanya dulu kalau bakal pulang telat.

Seperti biasa, di dalam mobil gua dan Lin ngobrol-ngobrol random sambil dengerin lagu ala-ala. Sesekali gua mikir, bisa gak ya kalau gua lebih lama kayak gini sama Lin? Rasanya sayang banget kalau harus buru-buru selesai. Tapi yang namanya ekspetasi kadang gak sesuai dengan realita, pada ujungnya kami berdua sampai di depan rumah Lin.

"Bentar, gua mau ketemu mama lo. Sekalian minta maaf karena pulang kemalaman," kata gua sambil siap-siap turun dari mobil.

"Gak usah, Na. Mami ngerti kok—"

"Shhh, udah cepet turun."

Kalau gak dipotong, pasti Lin bakalan makin ngelarang. Lebih baik gua langsung turun aja. Rasanya tangan gua berkeringat, jujur gua gugup tanpa alasan. Bukan sekali dua kali gua ketemu Mama Lin, tapi kalau urusannya begini ya lain cerita.

Lakuna - 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang