11 - Afanasyi Siera

22 2 0
                                    

"Amplop?"

Duh, kenapa gua salah ambil sih. Gua ambil lagi amplop itu dan keluarin beberapa buku. Nevano diam dan kayaknya dia gak paham, buset dah lemot amat ini orang.

"Tadi kegiatannya mencatat, karena lo gak masuk ya udah gua pinjemin buku catatan kemarin dan hari ini," jelas gua.

Sekitar 10 detik Nevano diam dengan mulut sedikit kebuka. Setelah itu dia bilang makasih dan kembali diam. Apa jangan-jangan pukulan Saka kemarin bikin otaknya lemot?

"No, lo kenapa sih diajak ngobrol susah banget?" Tanya gua to the point. Capek juga lama-lama ngobrol sama ini orang. Wajar aja sih, gua jarang ngobrol berdua sama Nevano jadinya kurang nyambung.

"Bukan begitu. Kacamata ku rusak kemarin, jadi kurang nyaman untuk baca."

Entah kenapa Nevano ngomong gitu sambil mainin ibu jarinya. Dia malu atau sedih? Gua masih belum bisa ngerti pikiran orang ini. Rasanya aneh banget, baru kali ini gua ngerasa susah ngerti apa yang dimaksud seseorang.

Gua ambil salah satu buku yang di sampulnya ada nama gua segede gaban dan angkat sejajar dengan muka gua. "Lo bisa baca ini?"

Dengan mata yang sedikit disipitin, Nevano mengangguk pelan. "Afanasyi... Siera."

Bisa baca kok, apa mungkin gak nyaman kalau buat baca terlalu lama ya? Mana ada 3 mata pelajaran yang tugasnya mencatat, sialan, banyak tugas emang itu sekolah. Kalau bukan karena dua bucin (Sena dan Lin), kayaknya gua gak bakal susah-susah ke sini.

"Aku boleh minta tolong?"

Ha? Apaan dah tiba-tiba minta tolong ke gua.

"Apa?" Tanya gua.

"Kamu bisa dikte catatannya? Aku bakal tulis dengan cepat kok," pinta Nevano.

Gila ya, masa gua disuruh dikte dia? Ribet banget, udah gua pinjemin buku juga-

"Iya, cepet gua dikte."

...

Kenapa mulut dan otak gua gak sinkron?

Sambil tunggu Nevano ambil bukunya, gua merutuki apa yang udah keluar dari mulut gua. Kenapa iya iya aja?! Padahal hari ini gua ada janji sama Saka, SIALAN DEH MULUT INI!!

Tenang, Siera. Lo harus tenang supaya gak makin runyam! Sekarang gua harus ngabarin Saka lebih dulu, semoga aja dia gak masalah kalau gua agak telat.

"Tapi dia gak boleh tau alasan gua telat," gumam gua pelan. Kebiasaan ngomong sendiri.

 Kebiasaan ngomong sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yak, mantap. Semua harus selesai dengan cepat supaya urusan gua yang lain bisa selesai tepat waktu.

.
.
.

Seumur hidup gua hutang ke orang lain, dan orang itu adalah Nevano. Mau ditaruh mana coba muka gua? Demi apapun, gua bakal bayar duit ojol dari adiknya. Sebelum pulang dari rumah Nevano gua minta Abin isi e-wallet gua dan setelah itu mau gua transfer ke Sheilla. Tapi Nevano bilang gak usah, begitu juga Sheilla. Kakak adik itu sama-sama keras kepala, pusing gua lihatnya. Mana katanya Sheilla punya kembaran, pasti mirip banget sama Nevano yang suka ngeyel.

Lakuna - 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang