7 - Kean Saka Revan

60 4 0
                                    

Satu tahun udah gua habisin buat pacaran sama Kiran dan selama itu juga gua harus turunin ego gua karena dia. Gua pikir kalau pacaran pasti ada orang yang perhatian dan ngertiin gua, lah ini? Berasa jadi pawang harimau aja. Ternyata realita gak seindah ekspetasi.

"Saka! Jangan melamun!" ujar Kiran.

Gua ngelirik Kiran dan kembali sibuk dengan rokok gua lagi. Tumben-tumbenan dia ngomong begitu, pasti ada maunya.

"Saka,"

"Apa?"

Kali ini badan gua benar-benar menghadap Kiran yang masih setia duduk ditempatnya. Selama pacaran, gua belum pernah lihat dia senyum manis ke gua. Jangankan gua, anak-anak satu sekolah juga gak akan pernah lihat Kiran senyum manis, kalaupun iya, itu keajaiban.

"Lo jangan deketin Lin lagi,"

Gua pun matiin rokok gua dan duduk di kursi seberang Kiran.

"Kenapa? Cemburu lo?" Tanya gua dengan nada mengejek. Iyalah, masa seorang Kirania Rosalind repot-repot mau cemburu? Walaupun gak bisa dipungkiri, Lin memang lebih unggul.

"Gua ingetin lo sekali lagi, gua sama Lin itu rival jadi gua gak akan biarin dia lebih unggul dari gua," Kiran buang muka setelah tatapan kami bertemu. Ini dia kebiasaan Kiran yang gak banyak orang tau, Kiran selalu buang muka kalau merasa kalah dalam perdebatan.

Padahal gua belum ngomong apa-apa. "Gua gak ada niatan sama sekali, tenang aja," bantah gua.

"Terus kenapa lo deketin temennya Lin? Kan sama aja kayak lo mau deketin Lin nya!"

Ha? Apa sih cewek ini? Random banget kalau ngomong. Dari pada deketin dua tuyul itu, mendingan gua ngerjain yang lain kali. Gak ada gunanya bahas mereka, kenapa coba Dia mancing-mancing bahas mereka?

"Gua gak deket sama dua kucrut itu btw."

"Bukan, tapi Siera. Kenapa lo deket-deket anak baru itu?" Potong Kiran.

Oh astaga, ternyata dia bahas anak baru itu, gua kira temen Lin yang mana. Tapi keren juga Lin dapat teman cewek lagi, dulu aja gak ada cewek yang deketin dia.

"Ada urusan." Kayaknya jawaban gua gak cukup memuaskan bagi Kiran.

Cewek itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan terus menerus lihat ke arah gua. Ah, pasti sekarang dia lagi di mode tuan putri-nya.

Mode tuan putri adalah sebutan gua untuk salah satu sifat Kiran yang nyebelin. Kalau Kiran udah di mode ini, dia pasti makin keras kepala dan gak mau dengerin apa-apa. Yang jelas dia mau semuanya sesuai dengan keinginan dia sendiri, tapi bukan berarti gua bakal nurutin semua perintahnya.

"Urusan, urusan dan urusan. Sebenernya urusan po apa sih?! Kenapa gua gak boleh tau urusan lo itu?"

"Itu privasi," bantah gua mentah-mentah.

"Tapi kita pacaran."

"Terus gua gak boleh punya privasi?"

Cewek itu diam dan tatap gua seakan gak percaya. Tanpa pamit ke Kiran gua cabut dari rooftop, masih ada pekerjaan yang harus gua lakuin hari ini.

"Saka, gua kan—"

"Nanti kan bisa, gua lapar," elak gua dan pergi gitu aja.

Sebenarnya gua gak tau mau kemana, yang jelas saat ini gua lagi gak mau menghabiskan waktu sama Kiran. Bosan? Gak juga, cuma ya capek gitu ngehadapin tingkah posesif Kiran yang gede banget.

Di tengah kegabutan gua, gak sengaja gua ketemu Lin yang lagi bawa buku banyak banget. Akhirnya gua ambil setengah dari buku itu dan jalan di sebelahnya.

Lakuna - 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang