Berhubung aku masih diskors, hari ini aku mengantar Ila untuk membeli buku. Biasanya Ila pergi dengan bunda atau dengan teman-temannya, tapi kali ini dia mau bersamaku.
"Kak, jalan-jalan dulu yuk? Lama gak kesini sama Kakak," pinta Ila dengan tangannya yang menggenggam tanganku.
Ila tersenyum lebar menampilkan gigi kelincinya. Kami berdua berkeliling pusat perbelanjaan dan sesekali mampir untuk melihat-lihat barang di toko yang menarik. Banyak hal baru disini, ternyata sudah lumayan lama aku gak ke sini.
"Makasih Kak Vano. Kakak memang kakak terbaik di dunia," Ila memelukku dari samping. Ila akan memeluk seseorang di sampingnya ketika merasa senang.
Aku melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangan kiri ku, disana tertulis jam 2 siang. Kami melewatkan waktu makan siang karena Ila sibuk memilih pakaian yang digunakan saat ini, belum lagi macet di daerah Jalan Pahlawan yang mengular.
"Kita makan dulu nanti baru lanjut cari barang kamu ya?"
"Siap, pak bos!" Aku mengusak pelan kepala Ila dan menggandengnya menuju tempat makan cepat saji di sekitar kami. Karena makanan cepat saji, kami gak perlu menunggu begitu lama sampai pesanan kami siap.
Ila itu menggemaskan dan dia murah senyum. Wajahnya dengan Ano terbilang sangat mirip, bahkan kalau Ano diberi polesan sedikit make up, dia terlihat cantik seperti Ila. Menyenangkan sekali jika membicarakan tentang si kembar, seakan-akan tidak ada habisnya. Aku begitu menyayangi mereka berdua.
Seperti halnya di rumah, Ila dan Aku sesekali bercanda. Dua porsi makanan telah Kami habiskan, sekarang adalah waktunya mencari barang yang dicari cari Ila. Sebuah toko buku paling dekat menjadi target pertama Kami, sambil menunggu Ila mencari Aku melihat-lihat deretan buku yang tertata rapi di raknya. Mataku menangkap sebuah buku di rak paling atas, sepertinya buku baru.
"Kakak baca apa?"
Aku menoleh dan mendapati Ila telah berdiri di sebelahku. Aku pun menunjukkan sampul novel tadi padanya, Ila mengangguk.
"Bagus tuh, beli aja nanti aku pinjam. Hehehe," ujar Ila sambil tertawa.
"Dasar kamu, sukanya pinjam buku. Sudah dapat yang kamu cari?"
Ila menunjukkan sebuah buku yang tebalnya bukan main. Memangnya pelajaran apa yang membuat anak SMP membutuhkan buku setebal itu?
"Yakin Kamu gak salah buku?" Tanyaku memastikan pilihan Ila.
"Gak salah kok,"
Aku hanya bisa tersenyum tipis dan mengambil alih buku itu. Di kasir aku pun menyerahkan kedua buku tadi dan segera melakukan pembayaran.
Karena permintaan Ila, kami pun membeli es krim sebagai cemilan. Mengitari satu pusat perbelanjaan cukup melelahkan, apalagi ditanganmu ada sebuah buku dengan tebal 300 halaman.
"Kak, aku titip sebentar ya? Aku mau ke toilet dulu, ok?" Ujar Ila dan langsung berlari saat itu juga. Aku cuma menggelengkan kepala pelan dan membuang wadah es krim yang sudah kosong.
Ngomong-ngomong, aku sudah lama gak pergi keluar seperti ini. Biasanya aku pergi keluar karena permintaan Bunda atau ajakan Lin dan Sena, itu pun kalau ada waktu. Karena aku bekerja di kedai Uncle Khong, waktu belajar tambahan ku juga hilang, tapi aku gak memusingkan itu. Sekitar 3 tahun aku bekerja di tempat itu tanpa sepengetahuan orang rumah, aku bekerja karena keinginanku sendiri. Kalau sampai Bunda tau, pasti Bunda gak akan kasih izin aku bekerja.
"Kak Vano!" Teriak Ila panik. Aku pun segera menghampiri Ila yang sedikit berlari ke arahku. Napasnya gak teratur dan beberapa keringat menghiasi wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna - 00 line
Novela Juvenil"Apa benar begitu?" "Iya, masih gak percaya? Kan gua udah bilang, sekali lo masuk gak bisa keluar, Nevano!" . . . Kehidupan Nevano yang monoton dan membosankan tiba tiba saja berubah genre sejak ia mendapatkan teman sebangku untuk pertama kalinya da...