"Apa benar begitu?"
"Iya, masih gak percaya? Kan gua udah bilang, sekali lo masuk gak bisa keluar, Nevano!"
.
.
.
Kehidupan Nevano yang monoton dan membosankan tiba tiba saja berubah genre sejak ia mendapatkan teman sebangku untuk pertama kalinya da...
Setelah 5 hari skors + 1 minggu istirahat total, akhirnya gua bisa kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya. Ya walaupun pergerakan gua masih belum bisa bebas-bebas banget, setidaknya gua udah mulai terbiasa pakai kruk.
"Kenapa gua diskors cuma 5 hari sih? Nanggung banget, masa gua sekolahnya cuma hari selasa pake seragam abu? Mana besok pake batik, sia-sia gua cuci seragam kalau gini mah,"
Setelah pakai jaket, gua ambil tas yang selalu gua gantung disamping pintu. Mau gak mau gua harus pesan ojek online, rasanya gak mungkin kalau gua jalan kaki kesekolah dengan kondisi ini.
"Loh, Saka? Kamu mau kemana?" Tanya salah satu ibu pengasuh.
"Saya mau sekolah, Bu. Masa hukuman saya sudah selesai kemarin, ada apa?"
Muka Ibu Pengasuh kelihatan bingung. Gua memang gak tahu apa yang mau diomongin, tapi kayaknya ini masalah serius.
"Itu... Ibu Kepala Panti mau kamu ketemu sama seseorang, kayaknya gak akan selesai dalam waktu singkat. Gimana kalau kamu gak masuk sekolah dulu? Masalahnya ini sangat penting untuk kamu."
Ternyata dugaan gua benar. Semoga aja masalah yang dimaksud bukan soal Gavin yang tengokin gua beberapa waktu lalu. Anak itu main kesini gak ada malunya sama sekali, takutnya Ibu Kepala Panti ngerasa gak nyaman sama kehadiran bocah sinting itu. Ya, dia main sama anak panti lainnya sampai ada yang nangis, bego emang. Bahkan kucing disini juga jadi korban dia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau begitu saya menyusul habis ini, terima kasih, Bu."
Ya, semoga aja masalah ini gak seserius yang gua kira.
"Kak Saka mau kemana?" Tanya anak perempuan kecil yang selalu ngintilin gua. Wajar sih, soalnya selama ini gua bantuin ngerawat dia bahkan sejak pertama kali dibawa ke panti.
"Ibu Kepala Panti mau ketemu Kakak. Kamu sendiri kenapa disini? Kenapa gak main sama yang lain Cecil?"
Cecil gelengin kepalanya pelan dan keluar dari tempat persembunyiannya. Anak berumur 4 tahun itu mendekat ke gua, kedua matanya fokus ke kaki kiri gua yang digips.
"Kakak bisa jalan sendiri? Mau Cecil bantu?" Tawar Cecil dengan muka imutnya.
Berbeda dengan gua, Cecil satu-satunya anak usia 4 tahun di panti ini, gak ada anak lain yang sepantaran umurnya. Entah apa yang bikin dia selalu ngintilin gua, tapi yang jelas Cecil anak baik dan lucu. Rasanya miris ngelihat anak selucu dan sebaik Cecil ditelantarkan gitu aja. Andai kehidupan gua lebih baik dari ini, gua mau bikin Cecil hidup bahagia.
"Cecil bisa kok gendong Kakak! Cecil kuat!" Dengan percaya dirinya Cecil kepalin kedua tangannya di udara. Gak lupa dia gembungin pipinya yang tembem.
Walau agak kesusahan gua mengusap pelan kepala anak kecil itu.
"Makasih tawarannya, tapi Kakak bisa jalan sendiri kok. Kamu main aja sama temen-temen yang lain, ok?"
"Siap, Kakak!" Setelah itu Cecil pergi menjauh dari kamar gua.