2 minggu udah berlalu, yang mana artinya gua harus kembali ke kehidupan sekolah gua di SMA Adi Jaya. Selama 2 minggu ini, banyak kejadian terjadi di rumah gua. Salah satunya adalah Mommy mendepak keluar Om David—pacarnya—dari rumah, sempat ada cekcok dan sedikit ancaman dari Om David tapi semua itu gak bikin Mommy gentar sama sekali. Baru banget gua tau kalau ternyata waktu gua dirawat di rumah sakit, Abin lah yang ngehubungi Mommy waktu lagi rapat di kantor.
Katanya Mommy sempat marah karena selama ini Mommy tau kalau Abin yang jadi biang kerok kelakuan gua sering keluar malam. Tapi Abin gak mau kalah juga, dia ceritain alasan kenapa gua jarang ada di rumah. Itu karena pacar Mommy, Om David. Ya, gua pernah hampir dilecehkan Om David waktu itu. Untung aja ada Abin yang nyusul ke rumah karena gua telat datang. Jangan tanya kemana Mommy waktu itu, she's a workaholic if you guys want to know.
Suasana rumah berubah jadi lebih hangat ketimbang biasanya, karena Mommy gak kerja buat fokus ngerawat gua selama di rumah. Awalnya memang kerasa asing dengan suasana yang udah lama banget ini, tapi pada akhirnya kami berdua bisa hilangin rasa canggung ini.
"Non yakin diantar cuma sampai gerbang? Gak mau sampai kelas?" Tanya sopir yang anter gua.
"Iya dong, ya kali sampe kelas. Saya bukan anak kecil, Pak."
Aneh-aneh aja, masa mau antar gua sampai kelas. Pasti ini kerjaan Mommy deh, dasar Mommy.
Okay, here we go again. Gua masuk kedalam area SMA Adi Jaya dengan rasa lega, karena gua gak harus dengar berita soal adanya keributan antar kelompok sayo—yang mana gua kena tembak 2 minggu lalu. Masalah Nevano dan kawan-kawan udah diurus Abin, so gua cuma terima beres aja seperti biasanya. Mungkin bisa dibilang hari ini adalah hari baru buat gua, dimana sebagian masalah udah clear dan sebagian masalah baru muncul untuk diselesaikan.
Gua masuk ke kelas unggulan dan duduk di kursi gua biasanya. Seketika banyak orang menggerombol di tempat gua dan berbagai macam pertanyaan menghantam kepala gua.
"Siera, gimana kabarnya? Katanya lo kena begal ya makanya gak bisa masuk sekolah?"
"Ah yang bener anjir?! Yang ada begalnya takut duluan liat Siera!"
"Gua kira lo kebal bacok, Ra."
Random banget pertanyaannya, siapapun tolong selamatkan gua dari orang-orang kurang kerjaan ini.
"Permisi teman-teman, aku mau duduk." Gua kenal suara ini, akhirnya ada Nevano yang bisa bubarin orang-orang ini.
"Eh, Nevano beneran ya bukan anak kandung orang tuanya? Gua masih gak bisa percaya loh."
"Lo kemarin lihat sendiri, gimana orang-orang yang kerja di keluarga asli Nevano bawain bingkisan buat kita semua."
"Eh?"
Gak ada satu katapun yang keluar dari mulut gua. Sekarang gua cuma cengo ngelihat penampilan Nevano yang lumayan berubah tanpa kacamatanya. Memang beberapa minggu yang lalu dia sempat gak pakai kacamata, cuma gua baru nyadar aja kalau perbedaannya sebesar ini. Mungkin kalau rambutnya warna pirang, dia bakalan mirip banget sama Nata.
"Tutup mulut, nanti lalat masuk," kata Nevano sambil rapihkan bukunya.
Sialan, gua gak akan ngowoh cuma karena lo copot kacamata kali!.
Gak lama kemudian Sena datang dan dibelakangnya ada Kiran yang ikut masuk ke kelas unggulan. Masih ada plester dijidat kirinya, tapi untung aja anak konglomerat itu masih hidup. Bakalan susah kalau ada apa-apa sama dia, apalagi Saka, kayaknya dia pihak yang bakal paling direpotin karena cewek manja itu.
Biasanya satu-satunya personel cewek dari Trio Kwek-Kwek ini datang paling awal diantara yang lain, tapi kok gua gak lihat dia sama sekali? Where is she? Abin udah pastiin semuanya aman kok, tapi kenapa Lin belum datang? Kalaupun Lin sakit, Nevano juga bakal bilang ke gua. Bahkan dia gak ada kirim pesan ke gua sama sekali, that's weird.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna - 00 line
Genç Kurgu"Apa benar begitu?" "Iya, masih gak percaya? Kan gua udah bilang, sekali lo masuk gak bisa keluar, Nevano!" . . . Kehidupan Nevano yang monoton dan membosankan tiba tiba saja berubah genre sejak ia mendapatkan teman sebangku untuk pertama kalinya da...