10 - Nevano Hildo

26 4 0
                                        

*Hari dimana Saka dan Nevano bertengkar

"Vano pulang," ujarku agak lirih.

Aku tidak perlu berbicara keras-keras karena rumah sedang sepi dan luka di wajahku lumayan sakit. Pintu rumah dikunci, sepertinya Bunda gak di rumah, syukurlah aku bisa membersihkan luka-luka ini dulu. Sebelum ke kamar, aku duduk di ruang tamu sebentar. Rasanya seluruh tubuhku nyeri dan sakit, terutama bagian wajah. Saka gak bisa diremehkan soal pertarungan, dia kan pentolan sekolah. Ahlinya dalam pukul-memukul.

Ada banyak pesan masuk dari Lin dan Sena, baik dari grup ataupun pesan pribadi. Kepalaku kembali teringat kata-kata Saka tadi di kantin, apa seburuk itu aku di matanya? Dan aku masih gak begitu paham kenapa dia datang dan tiba-tiba marah.

Saat itu aku sedang mengamati Siera dan Lin yang sedang mengobrol asik. Sena sedang ke toilet untuk membersihkan rambutnya dari jus jeruk Siera-untung saja aku masih bisa menahan tawaku waktu itu. Tiba-tiba saja Saka datang dan menarik kerah seragamku hingga aku berdiri.

"Bangsat, maksud lo apaan?! Gua diem bukan berarti udah maafin lo ya!" Teriak Saka di depan wajahku.

"Kamu ngomong apa sih?"

Bukannya menjawab, Saka malah melayangkan satu pukulan di wajahku. Seketika badanku diam, masih belum memahami kondisi saat ini. Ditambah emosi Saka yang meledak-ledak, semuanya terasa kacau.

Ada beberapa orang yang berusaha memisahkan aku dari Saka, tapi mereka malah terdorong hingga jatuh. Dari mata Saka terlihat kemarahan yang sangat besar.

"Sekali lagi gua tanya, maksud lo apaan?! Keterlaluan banget lo sampai bawa-bawa orang mati buat dapat perhatian, GILA YA LO?! BAJINGAN!"

Saka menyeretku sampai berdiri dan menjepitku di tembok kantin. "Sekarang jelasin apa maksud ini?!". Di layar ponsel Saka ada fotoku bersama Bunda Silvi di rumah sakit, itu foto terakhir yang Kami punya. Bagaimana Saka tau soal foto itu?.

"KENAPA LO GAK BILANG KALAU KETEMU DIA?!" Teriakan Saka bisa didengar seisi kantin. Amarahnya benar-benar meledak saat itu juga.

"Aku minta maaf, ayo bicarakan ini-"

"Muak gua denger lo minta maaf mulu, basi banget,"

Cengkraman Saka memang sudah lepas, tapi rasanya aku masih tercekik dengan kata-kata Saka yang tajam.

"Saka, lo berlebihan banget-"

"Diem lo, pengganggu," ujar Saka pada Lin dan membuatku emosi.

Wajah Lin tiba-tiba berubah pucat dan matanya bergetar menahan tangis. Demi apapun yang sudah Saka lakukan, hari ini dia benar-benar sudah kelewatan.

"Tarik ucapan kamu barusan."

Aku berusaha menahan amarah sejak tadi, kali ini ucapan Saka gak bisa ditoleransi. Ini kan masalah antara aku dengan dia, kenapa Lin jadi ikut terseret juga? Ini sudah tidak benar. Dibibirnya tesungging senyum miring yang membuat jengkel hatiku.

"Lo mau jadi pahlawan kesiangan juga?" Saka tertawa mengejek.

Siera menarik lengan seragamku agar segera pergi. "Cukup, mundur sekarang Nevano," bisik Siera.

"Apa bener yang gua bilang itu? Ha?"

Tanpa pikir panjang, aku langsung melayangkan pukulan ku pada Saka. Begitulah pertengkaran iami di kantin bisa terjadi tadi. Aku takut yang lain merasa tersinggung dengan kelakuanku tadi, bukannya minta maaf aku malah pergi begitu saja.

"Aish... masih berdarah ya?"

Aku melihat jari telunjukku yang terkena darah dari salah satu ujung alisku. Sepertinya luka karena terkena cincin Saka tadi. Lumayan perih dan menyakitkan. Semoga saja gak meninggalkan bekas luka yang buruk.

Lakuna - 00 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang