Mulut Gavin terbuka, kemudian kembali menutup mengurungkan niat bicaranya. Sedangkan laki-laki lainnya sedang sibuk mengumpat sembari memukul-mukul benda putih yang membatasi pergerakannya. Laki-laki itu menatap nyalang Gavin dan mengulurkan tangannya, "kasih ke gua," katanya serius.
Tidak ada jawaban dari Gavin, laki-laki itu menegakkan punggungnya. Hampir 10 menit ia bergelut dengan benda putih di kakinya yang cidera itu, tapi sampai sekarang benda tersebut masih belum bisa lepas dari kakinya. Tentu saja emosinya makin meledak. Gavin masih menyembunyikan tangannya dibelakang punggungnya. "Gua gak dapat—"
"Gua tau lo dapat barang itu. Cepat kasih ke gua sekarang!" Bahu Saka naik turun menahan emosi. Ia dikejar waktu dan harus melepaskan gips yang membungkus kakinya 3 minggu ini. Mau tak mau Gavin menyerahkan gergaji kecil yang diminta Saka. Laki-laki dengan kaos abu-abu itu menatap Saka yang duduk dikursi dan sibuk memotong gipsnya sendiri, ya, Saka memotongnya tanpa bantuan pihak medis.
Amarah Saka sudah meledak-ledak sedari tadi karena ia mendapati kekasihnya—Kirania Rosalind—diculik oleh orang gila yang bosan hidup. Setidaknya itu yang ada dipikiran Gavin. Bertahun-tahun menjadi tangan kanan Saka membuat Gavin hafal betul tabiat laki-laki dengan cukuran mullet itu. Saka khawatir terjadi sesuatu dengan Kiran sampai ia tidak peduli dengan keadaannya sendiri.
Patah kaki yang Saka alami beberapa waktu lalu belum sembuh total dan belum diperkenankan untuk melepas alat bantu itu. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kondisi Saka kedepannya.
Bruk
Saka membuang ke segala arah gips yang dihancurkannya secara sembarangan dan menyabet topeng merah maroonnya dengan kasar dan memakainya. Langkah mantapnya membawa Saka berjalan menuju luar ruangan.
"Kerahin semuanya, apapun yang terjadi kalian harus cari Queen dan bawa orang sialan itu ke gua hidup atau mati!" Perintah Saka pada orang orang dengan topeng serupa yang sudah siap menunggu perintah 'raja' mereka.
"Siap, King!".l
Barisan orang-orang itu membelah tepat ditengah memberi jalan sosok King dan Haru untuk lebih dulu keluar dari markas demi mencari sang ratu yang ada dalam bahaya.
.
.
."Siera, aku takut," Jovanka memeluk dirinya sendiri.
Udara dingin malam dan hujan menjadikan suasana malam ini terasa menakutkan bagi Jovanka. Gadis berkacamata itu menggigil meskipun tubuh bagian atasnya sudah berselimut jaket Nevano. Setelah Siera dan Nevano tiba, mereka berdua meminta keterangan pada Jovanka mengenai hal yang menimpa Kiran—kekasih Saka—yang diculik oleh orang asing dan kebetulan disaksikan oleh Jovanka.
Siera menepuk pelan bahu Jovanka, berusaha menyalurkan ketenangan pada teman sekelasnya itu, "gak lama lagi polisi datang kok, kita tunggu dulu," ujar Siera yang sedari tadi mengumpat mendengar penuturan Jovanka. Ia kesal sendiri tanpa tahu alasannya, lebih tepatnya khawatir dengan Kiran. Tidak bisa dipungkiri Siera memang membenci Kiran, tapi gadis itu sempat mengobrol dengannya di kamar mandi siang tadi. Rasa bersalah tiba-tiba menyelimuti hati Siera. Wajar saja, gadis itu juga manusia kan? Tidak baik membencinya berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna - 00 line
Teen Fiction"Apa benar begitu?" "Iya, masih gak percaya? Kan gua udah bilang, sekali lo masuk gak bisa keluar, Nevano!" . . . Kehidupan Nevano yang monoton dan membosankan tiba tiba saja berubah genre sejak ia mendapatkan teman sebangku untuk pertama kalinya da...