15. Drapetomania | 1

70.2K 4.7K 278
                                    

"An overwhelming urge to run away,"

-Drapetomania

______________________________

Pagi yang kurang bersahabat menyambut kembalinya Lilly ke White Mansion hari ini. Gemuruh langit yang saling bersahut-sahutan sejak tadi, seakan tengah memberi pertanda bahwa hujan deras akan turun sebentar lagi. Dan di sinilah Lilly sekarang, duduk di dalam mobil bersama Theodore yang tengah sibuk dengan tabletnya.

"Kita akan pulang ke White Mansion,  Lillyanne. Dan aku tidak menerima penolakan untuk hal itu." Kalimat bernada perintah yang tidak mengenal arti negosiasi itu adalah alasan utama mengapa Lilly berada di dalam mobil ini.

Saat terbangun dari tidur, Lilly sudah mendapati Theodore tengah berdiri  di hadapannya sambil memegang sebuah paper bag putih yang berisi pakaian baru. Tanpa bisa bertanya lebih banyak, Lilly langsung dicecar dengan perintah mutlak seorang Theodore Alford yang menginginkannya berganti pakaian dan kembali ke White Mansion tanpa bantahan.

Tak bisa membantah apalagi menolak, Lilly yang tidak memiliki cukup kekuatan untuk bertengkar pun hanya bisa menuruti semua yang diperintahkan. Meski ada banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya, tapi Lilly tak bisa berbuat banyak.

Tak ada pilihan lain selain menuruti perintah Theodore untuk saat ini.

Dengan mengenakan kemeja putih dan celana jeans yang baru dibeli oleh Theodore saat di rumah sakit tadi, Lilly hanya bisa terdiam di dalam dekapan hangat pria itu,  memperhatikan layar tablet Theodore yang tengah menampilkan deretan diagram dan animasi-animasi aneh yang tak dimengerti olehnya.

Sesekali Theodore akan mencium puncak kepala Lilly dan mengusap rambutnya dengan lembut sambil menelepon seseorang yang sepertinya adalah kolega bisnis  dari luar negeri, mengingat Theodore sempat menggunakan beberapa bahasa asing  saat menelepon. Kesibukan yang tidak bisa ditunda terlalu lama membuat pria itu harus bisa bersikap flexibel terhadap pekerjaannya.

"Hah...." Lilly menghembuskan napas pelan, tanda jika ia mulai jenuh dengan keadaan ini. Bayangkan saja, sepanjang perjalanan menuju mansion, Lilly diharuskan diam seperti ini. Theo bahkan tidak memberikannya ruang untuk bergerak bebas. Pria itu terus-terusan mendekapnya sejak saat mereka masuk ke dalam mobil.

Mendengar wanitanya menghela napas, Theodore pun mengalihkan pandangan.

"Kenapa? Bosan ya?" tanya Theo, seolah mengetahui apa yang Lilly rasakan. Lilly mengangguk pasti.

"Hmm. Sangat-sangat bosan," jawab Lilly. Tak ingin membuat wanitanya kesal di hari pertamanya kembali, Theodore pun melepaskan pelukannya dan membiarkan Lilly bergerak bebas sesuai keinginan. Ya, Theodore tahu jika sebenarnya Lilly ingin bergerak bebas sejak tadi, namun karena rasa rindu yang begitu dalam akibat dua minggu tidak bertemu, jadinya Theodore bersikap egois seperti tadi.

Begitu pelukannya terlepas, Lilly pun langsung menggeser tempat duduknya ke dekat jendela.

"Nah... Begini 'kan enak. Aku jadi bisa melihat pemandangan," ujar Lilly dengan lega. Theodore tersenyum tipis menanggapi perkataan Lilly.

"Iya, kau mungkin merasa nyaman,  tapi aku tidak," sahut Theodore yang kemudian mengamit tangan Lilly dan menggenggamnya dengan erat.

"Sebagai ganti dari kau yang menjauh, aku akan menggenggam tanganmu hingga kita sampai."

"Tap—"

"Aku tidak menerima penolakan, sayang," tegas Theodore hingga membuat membuat Lilly terdiam, tak bisa membantah. Ya daripada kembali ke posisi awal, Lilly lebih baik mematuhi permintaan Theodore.

The Escapes of MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang