39. Happy Tears (END)

8.3K 836 359
                                    

"A natural response to intens feelings of happines."

-Happy Tears
_________________________

Berita tentang kematian Theodore jelas langsung membuat publik geger. Pesawat yang jatuh di perairan pasifik itu tentu bukan sebuah hoax belaka, mengingat banyaknya orang yang tengah berkumpul di bandara—menantikan kabar dari setiap orang yang mereka sayangi.

Isak tangis dan air mata memenuhi bandara pagi itu. Beberapa orang saling berpelukan, berpegangan tangan—berharap dengan cara itu mereka bisa menguatkan satu sama lain. Sementara yang lain hanya terduduk lemas dengan tatapan yang kosong. Duka menyelimuti udara dengan begitu dalam.

Namun di antara mereka yang tengah berduka, ada segelintir orang-orang yang tidak percaya dengan berita kematian Theodore. Tak dapat dipungkiri, perhatian media kini juga tertuju pada fakta bahwa Theodore Jared Alford menaiki pesawat komersil itu untuk pulang ke Italy.

Berbagai pertanyaan dan spekulasi menyeruak di kalangan masyarakat.

"Bukankah tidak mungkin jika orang sepertinya menaiki pesawat komersil?"

"Apa mungkin itu Theo yang berbeda?"

"Dia datang dengan pesawat pribadi,  jadi untuk apa dia kembali dengan pesawat komersil? Itu cukup mengagetkan."

"Mungkin kita harus menunggu konformasi jumlah korban secara menyeluruh."

Semua opini itu membuat Alana yang juga tengah berada di bandara untuk mendapatkan konfirmasi dari maskapai pun menangis tergugu. Dia menggenggam erat ponselnya.

Sebenarnya, Alana juga tidak ingin percaya jika yang diberitakan itu benar sepupunya. Pasalnya, sangat mustahil bagi seorang Theodore yang tidak pernah menaiki pesawat komersil di sepanjang hidupnya kembali ke Italy tanpa persiapan—dan tanpa berpamitanp pada Lilly.

Namun karena rumah yang kosong dan ponsel Theodore yang tidak bisa dihubungi sejak berita itu muncul, maka bukan tidak mungkin jika sepupunya benar-benar menjadi korban atas jatuhnya pesawat.

"Alford... apa yang sebenarnya ingin kau lakukan? Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau ingin kembali ke Italy? Kenapa..."

"Alana!"

Pertanyaan dalam benak Alana seketika buyar tatkala seorang wanita memanggilnya dari kejauhan. Alana lantas membalikkan badan dan mendapati Lilly tengah berdiri menatap ke arahnya dengan mata yang sembab. Di sampingnya, ada Louis yang senantiasa mendekap erat bahu rapuh itu.

Tanpa kata, Lilly segera melesat mendekati Alana dan memeluknya. Dengan isak tangis yang sama-sama tergugu, Lilly lantas menatap mata sembab Alana yang memerah.

"Alana, tolong beritahu aku bahwa berita itu bohong. Di-dia... Dia tidak mungkin, kan?" bisik Lilly terbata. Namun Alana hanya bisa menghela napas panjang.

"Aku tidak bisa menghubunginya sejak berita itu diterbitkan Lilly, jadi ada kemungkinan..."

"Tidak mungkin!" Lilly berseru dengan tatapan tidak percaya. Hatinya tidak siap menerima kenyataan bahwa Theodore benar-benar telah meninggalkannya dengan cara yang sangat tragis setelah pengakuan hati mereka semalam.

Rasanya, Lilly sangat ingin membalikkan waktu dan mengubah semua keputusannya semalam. Kini, dia sangat ingin menerima ajakan Theo untuk kembali bersama, dia ingin memulai semuanya dari awal dengan pria itu—pria yang mati-matian berusaha ia benci.

Namun semua terlambat.

Keputusannya membawa akhir yang tragis bagi kisah mereka....

The Escapes of MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang