"The inconsolable longing in the human heart for we know not what."
-Sehnsucht
_______________________________
Theodore tidak pernah membayangkan jika dia akan berada di situasi seperti ini. Menjadi seorang figuran dalam kisah cinta wanitanya dengan pria lain dan menyaksikannya sendiri. Di sepanjang hidupnya, Theo selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, kecuali Lilly dan cintanya—ya kedua hal itu memang sangat sulit untuk didapatkan.
Bahkan setelah semua opsi, negosiasi, dan rencana masa depan yang ia paparkan di masa lalu, wanita itu tetap tidak mau berdiri di sampingnya. Lilly tidak pernah mau kembali ke White Mansion untuk melanjutkan hidup bersamanya.
Lilly takut, dia trauma hingga tidak bisa menyambut uluran tangannya kala itu. Dan secara garis besar, Theodore sebenarnya paham akan perasaan itu. Hanya saja—rasa tidak ingin kehilangan yang bercampur dengan keengganan untuk mengakui cintanya, membuat Theo seringkali terlihat bajingan.
Kata-kata kasar yang sering keluar dari dalam mulutnya adalah bentuk dari ketidakrelaan Theo atas keinginan Lilly untuk pergi. Sikap pemaksa dan arogannya adalah bentuk keseriusan Theo dalam "mempertahankan" Lilly di sisinya.
Tapi, sekarang Theo tahu bahwa caranya salah. Benar-benar salah.
Kata-kata kasar dan sikap bajingan itu malah membuat Lilly terluka hingga ia enggan untuk berdekatan. Jadi jangan salahkan Lilly jika saat kontrak berakhir, dia dengan segala angan-angan kebebasannya memutuskan untuk pergi—meninggalkan setiap luka yang tertoreh di hati. Itu keputusan yang tepat secara manusiawi, namun tidak untuk sebuah hati.
Theo tidak bisa menerima keputusan itu—hingga kesalahan fatalnya yang terakhir.
Saat ia menyadari jika dia, dengan kedua tangannya sendiri telah melukai dan menghancurkan Lilly, di saat itu juga Theodore kehilangan kendali atas pikirannya.
Dia menggila untuk semua penyesalan yang membebani hati.
Dia menggila untuk rasa bersalah yang menghujam jantungnya setiap hari.
Rasa itu kian tumbuh hingga membuatnya hampir mati. Keinginan besar Theo untuk mendapatkan Lilly, perlahan mulai tergantikan dengan perasaan pasrah yang ia sebut sebagai penyerahan diri. Egonya untuk membawa Lilly langsung lenyap saat matanya menangkap rona kebahagiaan di balik wajah Lilly saat menatap seorang gadis kecil waktu itu.
"Biarkan dia menyembuhkan lukanya, Alford." Kalimat yang seringkali diucapkan oleh orang di sekitarnya membuat Theo sadar jika kesempatannya mungkin telah habis.
"Masih memikirkannya ya?" Suara Alana yang tiba-tiba masuk ke dalam indera pendengarannya sontak membuat lamunan Theo buyar. Dia menatap ke arah sekretaris yang merangkap sebagai cctv sang ibu dengan pandangan datar. Theo tidak menjawab dan malah membuang pandangannya ke arah lain.
Mengerti akan sikap Theo yang cenderung menutup diri, Alana lantas memberanikan diri untuk duduk di sofa yang bersebrangan dengan pria itu.
"Jika aku yang ada di posisi Lilly, aku pasti juga akan melakukan hal yang sama," ujar Alana dengan bahasa informal yang sudah biasa didengar oleh Theo. Ya, jangan heran kenapa Alana bisa seberani itu dengan Theo karena sebenarnya Alana masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Theo. Dan alasannya bekerja di perusahaan orang lain adalah karena ia sedang BOSAN.
Selepas bercerai dari suami bodohnya yang lebih memilih jalang elite dibanding dirinya, Alana memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan milik Madelyn—yang notabenenya adalah sepupu jauh sang ayah. Ya hitung-hitung refreshing, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Escapes of Mistress
RomansaLillyanne Nicole Brown hanya tahu bagaimana caranya menghamburkan uang ribuan dollar dalam satu hari. Wanita berusia 23 tahun itu tidak pernah memikirkan hal lain selain uang, berbelanja dan hidup mewah. Dan demi menunjang semua kebutuhan hidupnya y...