30

3.5K 520 39
                                    

"Aku temenin, takut ada laki-laki cabul"

Ku alihkan pandangan ku dari komik yang sedang ku baca ke arah samping, kulihat Dara sedang membuka sebuah buku biologi

"Kamu aneh"

Dara menoleh ke arahku dan menunjuk dirinya sendiri "aku? Aneh? Kenapa kamu bisa bilang aku aneh? Aku aja cantik gini"

Iya kamu emang cantik, tapi aneh juga

"Ngapain kamu deketin aku terus? Masih mau memanfaatkan ku untuk mendapatkan Papa?"

Dara menggeleng "enggak, kali ini tujuanku lain"

Ku naikan sebelah alisku "apa?"

"Ingin menyetubuhi mu"

"Ckkk sinting"

Aku kembali membaca komikku saat Dara terus menatapku dengan lekat "apa kak Aeri masih sering ke rumahmu?"

Dia tau darimana kalau kak Aeri sering ke rumahku? Jangan-jangan dia seperti Mama, suka memata-matai orang

"Bukan urusanmu"

"Kamu ngobrol sama kak Aeri gak?"

Aku menggeleng pelan "gak, kak Aeri kalau datang sukanya main monopoli sama kak David"

"Emangnya kamu dimana saat kak Aeri datang ke rumahmu?"

"Sibuk belajar untuk mempersiapkan materi kelas 11"

"Hummm Mama mu sama Mama ku dulu rival soal mendapatkan Papa dan kepintaran, sekarang kita juga rival"

Aku menoleh ke arah Dara lagi "rival? Aku gak merasa kita sedang menjadi rival, lagian aku juga tidak ingin mendapatkan siapa-siapa"

Dara tersenyum tipis "ahhh.... jadi kamu sudah merelakan kak Aeri untukku?"

"Aku tidak merelakan siapapun karena dari awal juga aku tidak merasa menjalin hubungan dengan siapapun, apa kamu lupa kalau kak Aeri cuma menggapku adiknya? Jadi kamu jangan merasa bahwa kamu sedang bersaing denganku"

Lagian ngapain aku harus bersaing sama Dara? Mendingan aku mencontoh Mama saat Mama masih muda untuk meraih masa depan

Mama fokus belajar dan terus mengejar mimpi, Mama aja bisa sukses tanpa memiliki kekasih, bahkan Mama bisa sukses saat Mama sakit hati karena Papa memiliki kekasih lain

Mama juga bisa bertahan mencintai Papa tanpa harus memiliki Papa. Ujung-ujungnya Papa sekarang bucin banget ke Mama karena kesabaran, kegigihan, kerja keras, kepintaran dan hati Mama yang tulus

Mama adalah panutanku

"Kalau begitu ayo kita bekerja sama"

"Bekerjasama? Dalam rangka apa?"

"Membalas kak Aeri, bukankah perasaan kita di tolak olehnya?"

Aku hanya tersenyum miring "kalau kamu mau membalasnya ya silahkan, jangan mengajakku"

Dara merangkul lenganku dengan erat dan menatapku sambil mengembangkan kedua pipinya "ayolah Lena....kita kan pernah pacaran, masak kamu gak mau di ajak berkerja sama?"

Dihhh kenapa dia jadi sok imut gitu? Apa dia pikir aku bakalan mau bekerja sama dengannya setelah dia menunjukan tampang sok imutnya? Lagian nih ya, dia masih kalah imut sama Winter Aespa

Dara mengusap-usap pipinya di lenganku "ayolah... kita kan orang-orang yang di sakiti kak Aeri, kita harus balas dendam"

"Gak mau, yang merasa tersakiti kan kamu , kalau aku sih biasa aja"

Dara melepaskan rangkulannya di lenganku "ya udah kalau kamu gak mau di ajak berkerja sama, jangan salahin aku kalau aku bakalan memperkosamu"

"Dasar sinting"

Blocked (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang