Happy reading <3
Stepmother~
Lalisa baru saja sampai dirumah ayahnya, kepulangannya dari LA sangat mendadak karena sang ayah akan menikah lagi. Dia mengatakan tidak akan datang, tapi ayahnya mengancam akan mengambil fasilitas miliknya.
Pakaian dikoper sudah masuk kedalam lemari, saat tiba dibandara, dia berniat akan menetap sedikit lama disini untuk teman-teman sekolahnya.
Lisa membaringkan tubuhnya dikasur, dia mengelus halus spreinya. Ini terhitung sudah 4 tahun dia tidak pulang kerumah, satu minggu setelah ibunya meninggal. Lalisa memutuskan untuk pergi bekerja di LA.
Dia menyuruh orang yang mengetuk pintunya untuk masuk, ternyata itu salah satu pembantu rumah. "Maaf nona, tuan dan nyonya sudah menunggu untuk makan malam." Katanya sambil membungkuk.
"Aku akan turun,"
Lisa bergegas turun, sebenarnya dia malas makan tapi juga penasaran dengan wanita yang akan menjadi ibunya itu. Saat sudah diruang makan, dia terpaku sejenak sebelum kembali berjalan dan duduk disamping ayahnya, tepat dihadapan calon ibunya.
"Nah sayang, ini Lalisa putriku. Daddy harap kalian bisa cepat akrab." Lisa tidak menggubris itu, dia sibuk dengan makan malamnya. Sementara wanita didepan Lisa ini masih memandang dalam pada Lisa.
"Uhm, aku Jennie, kamu mungkin bisa memanggil ku mommy." Katanya.
~~~
Hari pernikahan tiba, Lalisa dengan malas duduk disamping neneknya. Dia sangat cantik dengan dress selutut berwarna putih, dan juga flatshoes putihnya.
Selama acara berlangsung Lisa sangat sadar, jika ibu tirinya itu terus menatap kearahnya. Bukan hanya sekali, tapi setiap saat. Dia sangat tidak nyaman, apalagi beberapa kali ibu tirinya itu tertangkap sedang memperhatikan area dadanya yang memang terekspos.
Acara selesai tepat pukul 12 malam, mereka kembali kerumah. Lalisa mengganti bajunya dengan dress tidur, dia terkejut saat ibu tirinya sedang berbaring diranjangnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Lisa, dia masih berdiri didepan pintu kamar mandi.
"Oh sudah selesai? Kemarilah sayang, uh aku langsung terangsang melihat pakaianmu." Katanya, Lisa menatap takut pada ibu barunya itu.
"Keluarlah, seharusnya kau bersama daddy."
Jennie tersenyum tipis. "Dari pada bersama pria tua itu lebih baik aku bersamamu. Lagipula dia sudah tidur lelap,"
"Apa yang kau lakukan pada daddy?!"
"Tidak ada sayang, aku bilang kan daddy mu itu tidur. Kemari sayang, berbaring disampingku." Jennie menepuk tempat kosong disampingnya.
"Ahjumma! Ahjumma! Ahjussi!-
"Sstt.. tidak ada yang mendengarmu," Jennie ada didepan Lisa mengelus pipi gembil gadis itu.
Harum tubuh Lisa membuat Jennie gila, dia merobek kain yang dipakai anak tirinya. Hal itu membuat Lisa memekik terkejut, dia hendak melayangkan tangan pada Jennie, tapi terlambat. Wanita yang berbeda beberapa tahun darinya itu langsung melempar Lisa ke tempat tidur.
Jennie menghampiri Lisa, dia merangkak diatas tubuh yang lebih muda. Jennie mengendus area leher hingga dada, Lisa menahan air matanya yang siap jatuh. Dia melayangkan tamparan pada pipi Jennie.
"Uh, kau menamparku? Sepertinya kau suka kekerasan eoh?" Jennie beranjak, dia mengambil sebuah tali pita didekat sofa.
Hal itu dimanfaatkan oleh Lisa untuk kabur, dia mencoba membuka pintu dan menggedor pintu, berharap seseorang datang menyelamatkannya. Jennie yang melihat Lisa hanya tertawa kecil, mau sampai pagi pun tidak akan ada yang datang. Dia membuat semua penghuni rumah tidur dengan lelap.