Gak penuh komen, penuh vote jadi lah.
Udah sore nih, biasanya sider gak terlalu banyak kalau sore.
200 vote dan 70 komen, mana tau aku baik terus up lagi kaya semalam.
HAPPY READING
Rachel masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat satu kandang besar dengan besi-besi menjulang tinggi.
Di dalamnya ada 5 ekor serigala jantan yang tampak puas menggerayangi wanita paruh baya di dalam sana.
Seringai lebar Rachel berikan, rencana nya berhasil.
"Ahh to..long..keluar..kan..ahh aku.." lirihan yang disertai desahan dari sodokan serigalan yang tengah memasukinya membuat Imelia susah berpikir.
Dia tak tau, yang dia ingat hanyalah kebangkrutan suaminya tadi siang sampai mereka jatuh miskin, Zio dan Razen dipulangkan dari rumah sakit karena tak bisa membayar admisnistrasi.
Saat Imelia berteriak seperti orang gila di depan rumah sakit, sekelompok pria menculiknya dan dibawa pergi.
Setelah Imelia bangun, dia malah berada di kandang sekawanan serigala yang tampak bernapsu, apalagi tubuh Imelia telanjang bulat.
Dia sudah hampir mencapai batasnya karena sodokan dia terima dari arah lubang anal serta lubang vagina nya.
Rasa nikmat sekaligus sakit merasukinya, perutnya terasa penuh dengan cairan-cairan hangat.
"Hiks..tolong.."
Rachel terkikik pelan, dia berjongkok didekat besi kandang lalu tersenyum lebar.
"Aduh ibu mertua, nikmati saja ya hukuman di dalam sana, mana tau anda bisa hamil, hihi."
Raut wajah Imelia pucat disertai liur yang jatuh dari bibirnya "K-kau..wanita..iblis!" geram Imelia.
"Omo, aku memang iblis, tapi aku iblis yang melindungi malaikat ku dari iblis sepertimu hahahahaha, sudahlah, nikmati saja hukumanya, bay bitch~"
Rachel bangkit dan berjalan menuju pintu keluar, tapi dia masih bisa mendengar jeritan dari Imelia.
"AKU BERSUMPAH, KAU TIDAK AKAN BISA BAHAGIA BERSAMA RAYEN! DIA AKAN MEMBENCIMU!"
Rachel berhenti melangkah, dia berbalik lantas mengulas senyum tipisnya.
"Tuhan tidak akan mendengar sumpah dari seorang ibu yang dzalim sepertimu, jadi simpan saja sumpahmu ini." ujarnya tenang namun aura Rachel begitu gelap.
Rachel benci jika kata-kata bahwa nanti Rayen membencinya terdengar, Rayen tak akan membencinya jika Rayen tak tau.
Langkah kakinya terus dibawa keluar dari ruangan itu, tanpa Rachel sadari jika setelah ini ketakutannya menjadi nyata.
...
Beberapa bungkus makanan ada dikedua tangan Rachel, malam ini dia membelikan makanan kesukaan Rayen untuk makan malam mereka.
Panas ditubuh Rayen sudah menurun dan besok mereka sudah bisa pergi jalan-jalan.
Cklek.
"Assalamualaikum, Rayen aku pulang nih bawa makanan kesukaan kamu."
Rachel melangkah menuju ruang santai, dia melihat Rayen sedang menonton tv.
Senyum kembali Rachel berikan, dia berjalan mendekati Rayen lalu meletakan makanan di meja kaca depan Rayen.
Rachel duduk disebelah pria yang mengenakan piyama pororo, bye-bye fever ada didahinya.
"Rayen? Panas kamu udah turun kan?" Rachel bertanya sembari meletakan tangannya didahi Rayen.
Namun pria itu menepisnya kuat, tubuh Rayen bergetar, dia meringsut menjauhi Rachel dengan tatapan mata yang bergulir gelisah.
"Rayen? Ada apa?" Rachel hendak menyentuh Rayen tapi pria itu kembali menepisnya.
"J-jangan..pegang-pegang..a-aku akan pulang dan telima kasih sudah menelima ku disini." suara Rayen bergetar.
Rachel terdiam, dia menghela napas panjang kemudian menunduk sejenak, dia tertawa pelan lebih tepatnya tawa miris yang menyayat hati.
"Kamu takut sama aku?" Rayen menegang, dia menatap Rachel dengan perasaan takut yang besar, dia mendapat kiriman video dari nomor asing.
Video yang berisi Mommy nya yang sedang berhadapan dengan Rachel lalu video saat Rachel berbicara bersama Aldrian perihal pembobolan perusahaan Haldin.
Rayen takut, apalagi saat dia mendengar semua percakapan Rachel bersama mommy nya yang tampak kacau.
"Hahh, baiklah. Karena tugasku untuk menghabisi keluargamu selesai, maka kamu bisa pergi dariku, lagipula kamu takut pada orang gila sepertiku kan? Jadi pergilah, aku tak akan menahanmu."
Suara Rachel begitu lembut dan tenang, Rayen menahan air matanya begitu kuat, dia ingin pergi dari Rachel tapi dia mencintai Rachel.
"Hiks.." alis Rachel naik sebelah.
"Jangan nangis Ayen, nanti panas kamu naik lagi." tegur Rachel.
Rayen menggeleng, dia menggapai lengan Rachel namun Rachel menghindarinya.
"Tidak perlu menyentuhku, malaikat sepertimu tak pantas bersama iblis sepertiku, kamu pulang saja karena besok masih harus istirahat, aku tetap bekerja besok."
Rayen menggeleng ribut, dia mulai menangis histeris.
"Gak mauuu hiks gak mau jauhin Achel gak mauuu huaaaa Ayen gak punya siapa-siapa lagi..Ayen gak mau kehilangan Achel.."
"Kamu hanya merasa aku adalah temanmu, tak apa, aku tak kemana-mana, kamu bisa mendekat padaku saat ketakutanmu sudah hilang."
Tatapan mata Rachel lembut, dia beranjak dari duduknya lalu berjalan menjauh.
"Menyentuhku saja tanganmu sudah gemetar, jadi tenangkan dirimu baru putuskan ingin kembali mendekatiku atau mencari yang baru, yang penting sekarang keluarg kamu gak bakal sakitin kamu lagi, aku hanya mau kamu bahagia Rayen, walau bukan sama aku sekalipun."
Rachel berjalan lagi, tak mendengarkan jeritan histeris Rayen di ruang tv, bukan ini yang Rayen mau.
Dia hanya kaget, tak menyangka jika Rachel melakukan itu demi dirinya, dia hanya agak takut bukan berarti dia ingin pergi dari Rachel.
Tapi benar kata Rachel, dia harus menenangkan diri baru kembali bersama Rachel.
Karena sejujurnya Rayen memang takut, takut pada sisi lain Rachel yang tak Rayen tau.
....
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel's Baby [End]
RomanceGanteng sih, dingin, Ceo kaya raya, tapi manja, cadel lagi, yakin masih mau sama dia? Rachel yang awalnya melamar pekerjaan sebagai Sekretaris sungguh tak menyangka jika Ceo yang di rumorkan buruk rupa malah begitu paripurna bak seorang pangeran. Ma...