RB-07

19.8K 1.9K 83
                                        

Sayang sekali target penuhnya lama, jadi sehari cuma bisa up 2 kali, kalau sabtu dan minggu baru bisa lebih dari 2 kali.

Sider gak mau vote jadi lama targetnya penuh.

200 vote dan 70 komen gas.

HAPPY READING

Rayen mengetuk pintu kamar Rachel di jam 5 pagi, Rayen biasa bangun jam 5 karena harus Salat Subuh, tapi setelahnya Rayen tidur lagi sih.

Dan terbangun di jam 7 pagi, jam masuk kantor jam 8.

"Achel, ayo subuh dulu, Ayen udah selesai Salat nih." panggilnya lembut.

Rachel yang di dalam sana masih tidur agak tersentak kaget, dia baru ingat kalau tadi malam Rayen menginap di rumahnya.

"Ah iya Ray, bentar aku siap-siap dulu." jawab Rachel seraya bergegas ke kamar mandi, dia tak boleh membuat calon jodoh menunggu.

"Oke, Ayen mau pulang yah, soalnya baju kelja Ayen di lumah."

"Tapi ini masih subuh Ray."

"Haha gak papa Achel, makasih yah udah ngasih Ayen izin nginap."

"Ya udah, nanti di kantor aku bawain sarapan sekalian bekal makan siang."

"Telima kasih Achel, udah yah Ayen pulang dulu."

"Iya Ray, hati-hati di jalan."

Rayen mengulas senyum tipis, dia mengelus pintu kamar Rachel pelan, lalu berjalan menuju pintu rumah.

Kayanya Rayen harus memikirkan ide pindahan dari rumah orang tua, tapi dia malas memikirkan tentang uang listrik, air atau semacamnya.

Atau, menikah? Rayen ingin menikahi Rachel tapi ini masih terlalu cepat, Rayen ragu Rachel mau menerima nya sebagai suami.

Karena kesal, Rayen mengusap kasar rambut hitamnya dan menghela napas kasar.

"Pusing ah, kepala ku pusing memikilkan semuanya."

Benar, dia juga memikirkan alasan keluarganya benci pada dirinya, dia kira hanya karena kecadelannya, tapi sepertinya tak hanya karena itu.

Kemarin Rayen menemukan sebuah surat di dalam amplop, lalu dengan sengaja dia melipat dan menyimpannya.

Akan Rayen baca saat di kantor, karena mungkin surat itu bisa memecahkan masalahnya dan menjadi petunjuk kenapa dia dibenci keluarganya.

"Lumit sekali hidup Layen tampan ini." ujarnya seraya menggeleng pelan, meratapi nasibnya sendiri.

Tapi sudahlah, yang penting ada Rachel maka semuanya akan aman sejahtera.

.....

Rachel menatap datar pria yang datang ke rumahnya pagi-pagi begini, dia sudah hendak pergi ke kantor tapi harus tertahan karena orang gila ini.

"Apa? Mau apa kemari?" to point Rachel.

Pria bertubuh mungil dengan wajah cantik itu cemberut, dia hendak menggapai tangan Rachel namun gadis itu tepis begitu saja.

Rachel's Baby [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang